Nasib Proyek Kereta Gantung Feeder LRT Jabodebek-MRT Masih Dikaji
Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Suntana. Ia mengungkapkan progres pembuatan kereta gantung atau skytrain untuk feeder transportasi massal. [Dok Polda Lampung]
15:34
12 Juni 2025

Nasib Proyek Kereta Gantung Feeder LRT Jabodebek-MRT Masih Dikaji

Proyek penyediaan kendaraan pengumpan atau feeder untuk integrasi sistem transportasi massal LRT Jabodebek dan MRT Jakarta masih dalam tahap pengkajian oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub). 

Salah satu opsi yang tengah dikaji secara serius adalah penggunaan teknologi kereta gantung sebagai moda transportasi penghubung antarsimpul tersebut.

Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Suntana mengungkapkan, kekinian prosesnya telah memasuki tahap Detail Engineering Design (DED) untuk menentukan jenis feeder yang paling sesuai dengan kondisi geografis, kebutuhan teknis, serta ketersediaan lahan di kawasan Jabodetabek.

"Ada yang pakai kereta yang di atas, seperti MRT yang itu. Nanti juga ada yang di bawah, tergantung semuanya ketersediaan tanah ya," ," ujar Suntana, dalam acara International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), yang ditulis Kamis 12 Juni 2025.

Selain itu, ia juga mengungkapkan dalam proyek tersebut juga akan ada penggunaan teknologi baru di dalamnya.

"Termasuk ini ada teknologi yang baru pakai kayak kereta api gantung gitu, seperti kereta gantung (skytrain)," ujarnya.

Lebih lanjut, Suntana menekankan, pemilihan bentuk feeder akan memperhitungkan sejumlah aspek, antara lain efisiensi biaya, ketersediaan lahan, dan terutama dampaknya terhadap lingkungan sekitar. 

Ia menyatakan pentingnya menghadirkan moda transportasi umum yang ramah lingkungan dan bisa menarik minat masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi.

"Nanti kita lihat yang efisien, yang biayanya yang tidak terlalu mahal, dan yang penting kesediaan tanah. Dan yang paling penting tidak merusak lingkungan. Itu perlu kita lakukan agar masyarakat tertarik menggunakan sarana kendaraan umum," katanya.

Kemenhub berencana untuk membangun skytrain atau kereta gantung sebagai angkutan pengumpan transportasi lainnya.

Terdapat dua jalur skytrain yang akan dibangun, Serpong-Lebak Bulus (MRT Jakarta), dan Sentul-Harjamukti (LRT Jabodebek).

Menteri Perhubungan (Menhub), Dudy Purwanghandi mengatakan, kedua pembangunan skytrain ini seluruhnya akan dibiayai oleh investor.

"Ini kedua ini saya menekankan kepada pijen kereta api bahwa tidak boleh menggunakan anggaran APBN. Jadi kita terbuka siapa saja yang masuk," ujar Menhub di Jakarta seperti yang dikutip, Kamis 6 Maret 2025.

Ilustrasi Skytrain di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Nantinya, skytrain akan dibuat sebagai feeder transportasi massal di Kawasan Jabodetabek. [Antara]Ilustrasi Skytrain di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Nantinya, skytrain akan dibuat sebagai feeder transportasi massal di Kawasan Jabodetabek. [Antara]

Nantinya, angkutan skytrain ini akan menjadi jembatan transportasi masyarakat dari wilayah Sentul maupun Serpong yang ingin kembali melanjutkan perjalanan dengan LRT Jabodebek ataupun MRT Jakarta.

"Kita sudah punya gambar-gambarnya dan mereka kemungkinan akan menyampaikan kepada kita proposalnya dan saya buka kepada siapa saja," ucap dia.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Risal Wasal menjelaskan, setidaknya ada empat investor yang berminat untuk menjadi investor pembangunan skytrain tersebut.

Empat Investor tersebut diantaranya, Belarusia, Jerman, dan dua investor dari China.

"Kami tengah minta kajian dari mereka nanti kita buat investor gathering," kata dia.

Risal menambahkan, pembangunan skytrain ini memakan biaya hingga Rp200 miliar per kilometer.

Sayangnya, dia tidak membeberkan kapan pembangunan skytrain tersebut akan dibangun.

"Pembangunan ini juga hanya memakan waktu 6 bulan," katanya.

Untuk diketahui, skytrain sebagai feeder transportasi massal menawarkan berbagai keunggulan dibanding moda lain. 

Moda transportasi tersebut beroperasi otomatis di jalur layang, skytrain bebas dari kemacetan dan memiliki ketepatan waktu tinggi.

Selain itu, ramah lingkungan karena menggunakan listrik, serta menjamin keamanan dan kenyamanan dengan sistem tertutup dan bebas hambatan. 

Skytrain dinilai cocok sebagai penghubung antar simpul transportasi seperti MRT, LRT, bandara, terminal bus, hingga kawasan perumahan atau bisnis.

Meski investasi awalnya tinggi, biaya operasional jangka panjang lebih efisien karena minim awak dan hemat energi. 

Selain mendukung integrasi transportasi, skytrain juga mendorong pengembangan kawasan berorientasi transit (TOD) serta meningkatkan nilai ekonomi lahan sekitarnya. 

Editor: Chandra Iswinarno

Tag:  #nasib #proyek #kereta #gantung #feeder #jabodebek #masih #dikaji

KOMENTAR