Bank Indonesia Perbarui Proyeksi Pembiayaan Syariah
Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) BI Imam Hartono (tengah) dalam taklimat media di kantornya, Rabu (4/6). (Agas Putra Hartanto/Jawa Pos)
23:45
4 Juni 2025

Bank Indonesia Perbarui Proyeksi Pembiayaan Syariah

Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi pembiayaan perbankan syariah tahun ini. Sejalan dengan perubahan ke bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Meski demikian, sejumlah insentif makroprudensial dan pelonggaran kebijakan di sektor keuangan syariah tengah dikaji.

"Proyeksi dari pembiayaan syariah kami revisi menjadi antara 8 sampai 11 persen," kata Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) BI Imam Hartono di kantornya, Rabu (4/6).

Perubahan itu sejalan dengan revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,6-5,4 persen di 2025. Sementara prospek ekonomi syariah nasional diperkirakan tumbuh 4,8-5,6 persen. Sejalan dengan dinamika tensi perdagangan dan geopolitik global.

Sebelumnya, bank sentral menargetkan pembiayaan syariah bisa tumbuh 9-13 persen. "Dampak global pada perekonomian ini bersifat umum. Baik itu (perbankan) syariah maupun konvensional," imbuh Imam Hartono.

Sebagai catatan, data BI menunjukkan bahwa pembiayaan perbankan syariah tumbuh 9,87 persen year-on-year (YoY) di 2024. Sementara, ekonomi syariah tumbuh 4 persen YoY. Didukung sektor unggulan halal value chain, dengan pangsa terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat menjadi 25,45 persen.

Berdasar tracking survei BI, indeks literasi ekonomi syariah 2024 sebesar 42,84 persen. Meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 28,01. Pada 2025, tingkat literasi ekonomi syariah ditargetkan bisa menjadi 50 persen.

"Ketika literasi itu meningkat dan kemudian inklusi rendah, berarti ada potensi di sana. Artinya persepsi masyarakat perlu diperkuat," ujar Imam.

Agar menarik itu, bank sentral mendorong produk-produk perbankan syariah sesuai dengan keinginan masyarakat. Di sisi lain, juga melakukan technical assistance terhadap pelaku usaha syariah meliputi tiga hal.

"Melalui korporasi, capacity, dan menghubungkan dengan akses pembiayaan," terang Imam Hartono.

Kepala Grup Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) BI Dadang Muljawan mengakui bahwa pembiayaan sindikasi yang melibatkan perbankan syariah masih kecil. Mengingat, area corporate banking atau wholesale merupakan keputusan bisnis bank yang tidak bisa dibangun sehari atau dua hari.

"Ini adalah suatu proses bisnis yang memerlukan waktu yang panjang, engagement yang memerlukan endurance yang panjang. Bukan sehari masuk, nggak mungkin. Tentunya memerlukan suatu skill yang secara internal (bank) juga harus selalu diperkuat," jelas Dadang.

Saat ini, perbankan syariah sedang meniti langkah ke atas. Seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk yang mencoba masuk ke Dubai, Uni Emirates Arab. Juga baru saja mendapat principle license dari Arab Saudi.

"Mudah-mudahan dengan adanya exposure semakin luas, maka kemampuan risk taking capacity, maupun kapasitas untuk pembiayaan menjadi lebih optimal," tandas Dadang Muljawan. 

Editor: Latu Ratri Mubyarsah

Tag:  #bank #indonesia #perbarui #proyeksi #pembiayaan #syariah

KOMENTAR