



Perusahaan Tambang Harus Terapkan Prinsip Keberlanjutan, Ini Aspek-aspeknya
– Keberlanjutan dalam industri pertambangan semakin menjadi perhatian utama seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Perusahaan tambang dituntut untuk menerapkan prinsip keberlanjutan di berbagai aspek operasionalnya guna memastikan kegiatan eksplorasi dan produksi tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
CEO PT J Resources Asia Pasifik, Tbk. (Kode emiten PSAB), Edi Permadi, menegaskan bahwa praktik pertambangan berkelanjutan harus mengacu pada kaidah Good Mining Practice.
“Kegiatan usaha pertambangan dewasa ini didorong untuk memperhatikan aspek tata kelola yang baik dan benar. Apalagi, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan semakin tinggi. Oleh karena itu, perusahaan tambang wajib mengintegrasikan aspek keberlanjutan dalam setiap tahapan operasionalnya,” ujar Edi dalam siaran pers, Senin (24/2/2025).
Pilar Keberlanjutan dalam Pertambangan
Menurut Edi, industri pertambangan memiliki lima pilar utama yang saling berkaitan, yaitu modal, teknologi, sumber daya manusia (SDM), regulasi, dan sosial. Setiap aspek ini harus dijalankan dengan prinsip keberlanjutan agar industri pertambangan dapat bertahan dalam jangka panjang.
“Industri ini sangat padat modal. Investasinya besar, mulai dari eksplorasi hingga produksi. Namun, dewasa ini, pembiayaan untuk industri pertambangan semakin selektif, dengan perhatian lebih pada aspek lingkungan,” kata Edi.
Selain itu, penggunaan teknologi juga menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam mendukung program hilirisasi.
“Saat ini, teknologi pengolahan mineral dan batu bara masih banyak bergantung pada luar negeri. Pemerintah perlu mendorong pengembangan teknologi pengolahan dalam negeri melalui kerja sama dengan perguruan tinggi dan investor besar,” lanjutnya.
Peran Regulasi dan AMDAL dalam Keberlanjutan
Dalam upaya menjaga keberlanjutan, regulasi yang ketat juga menjadi faktor penentu. Proses eksplorasi hingga produksi harus melalui studi kelayakan dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). “AMDAL bukan hanya sekadar dokumen wajib, tetapi juga langkah penting untuk memastikan bahwa setiap tahapan pertambangan dilakukan dengan memperhitungkan dampak lingkungan serta strategi mitigasinya,” jelas Edi.
Tahapan ini mencakup proses dari pembukaan lahan, konstruksi tambang, hingga reklamasi dan penutupan tambang setelah umur operasionalnya berakhir. Selain itu, perusahaan tambang diwajibkan melakukan konsultasi publik dengan para pemangku kepentingan sebelum memperoleh izin lingkungan.
Keberlanjutan dalam Aspek Sosial dan SDM
Keberlanjutan juga harus diterapkan dalam aspek sosial dan pengelolaan tenaga kerja. Edi menjelaskan bahwa perusahaan tambang dikenal sebagai industri padat karya yang melibatkan banyak tenaga kerja, terutama dari masyarakat di sekitar area tambang. “Kami mengutamakan tenaga kerja lokal, sekaligus meningkatkan kualitas SDM mereka melalui berbagai program pelatihan dan pemberdayaan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikenal sebagai Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di industri tambang harus berorientasi pada kemandirian masyarakat. “CSR tidak boleh hanya bersifat seremonial. Program ini harus membantu masyarakat agar tetap mandiri setelah aktivitas tambang berakhir,” tegas Edi.
Konservasi dan Masa Depan Industri Tambang
Bagian dari praktik pertambangan berkelanjutan adalah konservasi sumber daya mineral. Menurut Edi, eksplorasi lanjutan harus terus dilakukan agar perusahaan memiliki cadangan yang cukup untuk mendukung produksi dalam jangka panjang. “Eksplorasi adalah nadi yang menentukan usia pertambangan. Perusahaan harus menata kapasitas produksi dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan,” ujarnya.
Keberlanjutan dalam industri pertambangan juga harus didukung dengan penegakan hukum yang ketat. “Industri pertambangan termasuk yang highly regulated. Oleh karena itu, penegakan aturan harus lebih kuat agar praktik pertambangan yang baik dan benar dapat diterapkan secara konsisten,” tandasnya.
Sebagai bentuk komitmen terhadap keberlanjutan, anak perusahaan PT J Resources Asia Pasifik, Tbk., yaitu PT J Resources Bolaang Mongondow, berhasil meraih PROPER Hijau tahun ini, sebuah penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup atas kinerja lingkungan yang baik. “Ini merupakan pencapaian luar biasa yang mencerminkan upaya maksimal perusahaan dalam menerapkan prinsip pertambangan berkelanjutan,” kata Edi.
Selain itu, dari sisi kinerja produksi, perusahaan mencatatkan produksi emas sebesar 101.000 oz pada tahun 2024, dan dengan perkembangan proyek DOUP, produksi diharapkan mencapai 200.000 oz pada tahun 2027. Tren harga emas yang terus meningkat akibat ketidakpastian geopolitik global juga menjadi faktor yang menguntungkan bagi industri ini.
Dengan berbagai tantangan dan peluang yang ada, perusahaan tambang harus terus berinovasi dalam menerapkan prinsip keberlanjutan. “Keberlanjutan bukan hanya sekadar tuntutan regulasi, tetapi juga menjadi kunci utama bagi industri pertambangan agar tetap relevan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan,” pungkas Edi.
Tag: #perusahaan #tambang #harus #terapkan #prinsip #keberlanjutan #aspek #aspeknya