Harbolnas Diramal Melambat, Begini Tips untuk Brand Fashion
Ilustrasi belanja online, Harbolnas 2018 menghasilkan transaksi sebesar Rp 6,8 triliun
23:00
29 September 2024

Harbolnas Diramal Melambat, Begini Tips untuk Brand Fashion

    – Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) akhir tahun nanti diprediksi kurang bergairah tahun ini. Penurunan daya beli membuat masyarakat lebih berhemat. Hal ini harus diwaspadai bagi para jenama fashion.   Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda memprediksi, pertumbuhan belanja online pada Harbolnas 2024 akan sedikit melambat dibandingkan tahun lalu. Angkanya tak jauh-jauh dari 22–23 persen dibanding 2023.   "Salah satu indikator pemicunya perlambatan konsumsi rumah tangga," ujarnya dikutip Minggu (29/9).   Sinyal ini tentu harus ditangkap baik oleh pihak e-commerce maupun brand. Tak terkecuali brand fashion.    Diakui Marketing Communication Manager Cloami Astrid Yuliandini, ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh brand fashion. Selain kondisi pasar, tantangan lainnya adalah tingginya Minimum Order Quantity (MOQ) yang ditetapkan oleh vendor manufaktur. Di mana, hal ini seringkali menjadi hambatan dalam melakukan penelitian dan pengembangan (R&D) serta produksi.    "Padahal jelang akhir tahun inilah waktu yang tepat bagi brand fashion untuk mempersiapkan stok guna menghadapi Harbolnas 12 Desember serta peningkatan permintaan selama Ramadan dan Idulfitri 2025," ungkapnya.   Kedua waktu tersebut, selalu menjadi puncak penjualan terbesar bagi brand fashion di Indonesia. Untuk menjawab tantangan tersebut, kata dia, sebetulnya bisa diatasi dengan mencari partner yang memiliki persyaratan MOQ yang rendah seperti ditawarkan pihaknya. Sehingga produksi dapat tetap berjalan dengan biaya lebih terjangkau.   "Kami dapat menjadi solusi bagi UMKM dan bisnis fashion rintisan untuk memproduksi clothing line impian, tentunya dengan fleksibilitas kuantitas dan harga yang lebih kompetitif," ujarnya.   Tak hanya MOQ rendah, pihaknya juga menawarkan berbagai layanan, mulai dari desain, layanan jahit, produksi menyeluruh, hingga penyediaan bahan baku produksi pakaian seperti kain dan aksesorisnya.    "Pada prosesnya, kami juga bermitra dengan sejumlah ahli industri tekstil dan garmen terkemuka, termasuk PT Sansan Saudaratex Jaya, PT Ayoe Indotama Textile, dan PT Harapan Kurnia Textile," sambungnya. Hal ini guna memastikan kualitas terbaik dalam setiap produksi.    Dengan layanan produksi yang fleksibel ink, lanjut dia, maka brand dapat merencanakan produksi lebih efektif dan efisien. Dengan begitu, brand akan selalu siap memanfaatkan momentum penjualan seperti Harbolnas maupun Idul Fitri.    Selain itu, dia meyakini, dengan layanan yang beragam dan MOQ rendah ini maka dapat mendongkrak pertumbuhan industri garmen dalam negeri. Ekosistem supply chain fashion pun bisa bertumbuh optimal di Indonesia.   Saat ini, Industri fashion disebutnya terus menunjukkan pertumbuhan positif tiap tahunnya. Dalam laporan BPS, sektor tekstil dan pakaian jadi tercatat mengalami peningkatan volume permintaan baik dari dalam maupun luar negeri.   Produk tekstil meningkat sebesar 7,34 persen (YoY), sementara pakaian jadi tumbuh 3,08 persen (YoY). "Di triwulan I tahun 2024, industri ini berada pada fase ekspansi, dengan PMI (Prompt Manufacturing Index, red) BI mencapai 57,40 persen serta nilai investasi yang melampaui Rp4,14 triliun dari tahun 2022 hingga 2024," papar Astrid.   Peningkatan ini tak lepas dari optimalisasi produksi dan adopsi teknologi dalam bisnis fashion, serta meningkatnya minat generasi muda terhadap brand lokal. Beberapa brand lokal seperti Hijup, Peggy Hartanto, Dear GG, dan Laica bahkan telah menarik perhatian dan berhasil menembus pasar internasional.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #harbolnas #diramal #melambat #begini #tips #untuk #brand #fashion

KOMENTAR