Banyak Sampah di Gunung, Pendaki Legendaris RI: Sekarang Alam Rusak
Pendaki gunung legendaris Indonesia, Djukardi Adriana (74) atau Abah Bongkeng.(KOMPAS.com/ Nugraha Perdana )
10:28
17 Februari 2025

Banyak Sampah di Gunung, Pendaki Legendaris RI: Sekarang Alam Rusak

Mendaki gunung masih menjadi kegiatan yang digemari banyak orang, termasuk anak-anak muda saat ini. Namun banyaknya sampah di gunung menjadi masalah yang mengundang keprihatinannya. 

Di Gunung Rinjani misalnya, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) mengungkapkan data periode April sampai Oktober 2024, sampah yang dihasilkan dari kegiatan pendakian berjumlah 31 ton.

Pendaki legendaris Indonesia, Djukardi Adriana (74) atau akrab disapa Abah Bongkeng, sampai tak mampu membendung air mata saat mengungkapkan kondisi gunung di Indonesia yang kini dipenuhi sampah, khususnya sampah plastik.

“Sebagai pendaki gunung harus memiliki etika ketika mendaki gunung," ujarnya dalam diskusi bersama puluhan Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) di Malang, Jawa Timur, Minggu (16/2/2025).

Ilustrasi naik gunung sebagai salah satu cara healing atau pemulihan batin.UNSPLASH/ASHIM D'SILVA Ilustrasi naik gunung sebagai salah satu cara healing atau pemulihan batin.Menjaga, Bukan Merusak Alam 

Abah Bongkeng yang memulai perjalanan sebagai pendaki gunung sejak 1971 mengingatkan para pendaki bahwa mendaki gunung berarti memahami alam. Oleh karena itu, kegiatan tersebut harus berorientasi pada kelestarian lingkungan. 

"Memahami alam itu sendiri bahwa alam pegunungan harus tetap asri, terjaga, dengan kedatangan kita sebagai manusia, tidak merusak lingkungan gunung yang kita datangi,” kata dia. 

Kini, Abah Bongkeng mengemban misi untuk mewujudkan gunung bebas sampah. Kondisi gunung seperti Arjuno-Welirang, Semeru, dan Butak yang masih dipenuhi sampah menjadi sorotannya.

Ia berharap para pendaki gunung, terutama anak-anak muda, memiliki rasa tanggung jawab terhadap alam. Jangan sampai mendaki gunung hanya karena Fear of Missing Out (FOM)) atau takut ketinggalan.

“Sekarang mendaki gunung seperti FOMO. Dulu memang banyak yang menggemari naik gunung, tapi tidak seperti ini, kondisinya kotor, banyak sampah, alam rusak. Dulu saya mendaki Rinjani sangat bersih, elok dipandang, sekarang ditemukan banyak sampah, saya menangis,” tuturnya.

Regulasi Harus Ketat 

Abah Bongkeng menilai perlunya penerapan aturan ketat terkait kuota dan waktu pendakian di Indonesia, sebagaimana diterapkan di luar negeri.

“Kalau di luar negeri, ada aturan jelas seperti kuota pendaki yang boleh mendaki berapa, di sini belum teratur dengan baik,” kata Abah Bongkeng.

Ia juga menekankan pentingnya pemeriksaan barang bawaan pendaki. Saat ini, aturan tersebut sudah ada. Namun ia menilai implementasi aturan tersebut masih lemah. 

"Sekarang kan asal banyak pendaki akan lebih menguntungkan, tidak peduli bawa bahan sampah atau apa, bungkusan mi, kantong kresek, itu kan tidak diperiksa, harusnya diancam, harus dibawa kembali turun (gunung).” kata dia.

Gerakan Gunung Bebas Sampah

Abah Bongkeng menyarankan adanya kerja sama dengan berbagai pihak untuk menyediakan perlengkapan makan ramah lingkungan yang dapat disewa oleh pendaki.

“Jadi kalau memulai, misal pengelola gunung pas ada pendaki masuk dicek barangnya ternyata membawa plastik untuk makanannya, maka harus diganti dengan menyewa seperti tempat makan,” jelasnya.

Bersama Eiger, Abah Bongkeng aktif mengampanyekan gerakan Zero Waste Mountain, seperti yang diterapkan di Gunung Kembang, Wonosobo.

“Sekarang review-nya di media sosial juga bagus, katanya bersih, ya kami bersyukur lah,” ungkapnya.

Ia menargetkan Gunung Semeru sebagai destinasi berikutnya untuk menerapkan aturan ketat demi mewujudkan gunung bebas sampah.

Tag:  #banyak #sampah #gunung #pendaki #legendaris #sekarang #alam #rusak

KOMENTAR