NASA Pantau Pelemahan Medan Magnet Raksasa di Atlantik Selatan
South Atlantic Anomaly (NASA Goddard/YouTube)
13:00
25 November 2025

NASA Pantau Pelemahan Medan Magnet Raksasa di Atlantik Selatan

NASA kembali menyoroti salah satu fenomena geomagnetik paling aneh di Bumi: pelemahan besar pada medan magnet planet yang terjadi di wilayah Atlantik Selatan.

Area melemah ini, yang dikenal sebagai South Atlantic Anomaly (SAA), terus berkembang dan berubah bentuk, memicu perhatian para ilmuwan karena dampaknya terhadap satelit dan stasiun luar angkasa.

Mengutip Science Alert (18/11/2025), fenomena tersebut sudah lama diamati, tetapi laporan terbaru menunjukkan bahwa ukuran anomali ini terus bertambah. Sejak 2014, luas SAA meningkat hingga hampir setengah dari ukuran Eropa, sementara intensitas medan magnetnya semakin melemah.

Kondisi ini tidak berbahaya bagi manusia di permukaan Bumi, tetapi menjadi ancaman nyata bagi teknologi luar angkasa yang melintasinya.

SAA digambarkan NASA sebagai “lekukan” pada medan magnet Bumi, atau seperti lubang jalan kosmik. Medan magnet yang melemah menyebabkan satelit yang melewatinya terpapar partikel bermuatan tinggi dari matahari. Ketika partikel-partikel tersebut menghantam perangkat elektronik, satelit bisa mengalami gangguan mendadak, kesalahan data, hingga kerusakan permanen.

Karena itu, banyak operator satelit harus mematikan sebagian sistem saat memasuki zona SAA untuk mencegah kerusakan. Bahkan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) juga melintas melalui area ini sehingga rawan gangguan.

Di balik risiko tersebut, SAA menawarkan peluang penelitian besar. Fenomena ini dinilai penting untuk dipahami karena berkaitan langsung dengan dinamika inti Bumi yang menghasilkan medan magnet.

NASA, mengutip Science Alert (18/11/2025), mengatakan bahwa medan magnet Bumi merupakan kombinasi dari berbagai sumber arus listrik, terutama yang berasal dari pergerakan besi cair di inti luar planet. Arus ini menghasilkan medan magnet global, tetapi distribusinya tidak merata.

Di bawah benua Afrika, sekitar 2.900 kilometer di bawah permukaan tanah, terdapat struktur batuan padat raksasa bernama African Large Low Shear Velocity Province (LLSVP). Massa raksasa ini diyakini mengganggu aliran besi cair dan mengubah pola pembentukan medan magnet.

Geofisikawan Weijia Kuang menjelaskan bahwa di wilayah SAA muncul area kecil dengan polaritas medan magnet terbalik. Ketika area ini tumbuh, intensitas magnet di sekitarnya melemah drastis. Perubahan ini juga diperkuat oleh kemiringan sumbu magnet Bumi.

Penelitian dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa SAA bukan struktur statis. Pada 2016, penelitian NASA menemukan bahwa area anomali ini bergerak perlahan. Data dari CubeSat pada 2021 kemudian mengonfirmasi pergeseran tersebut.

Menariknya, pada 2020 para ilmuwan mendeteksi bahwa SAA tampaknya mulai membelah menjadi dua bagian. Masing-masing bagian memiliki pusat pelemahan magnet tersendiri, dan keduanya bergerak dengan pola yang berbeda.

Belum diketahui apa arti pembelahan ini bagi masa depan medan magnet Bumi. Namun, temuan tersebut menunjukkan bahwa fenomena ini jauh lebih dinamis dari dugaan sebelumnya.

Meski perubahan dalam beberapa dekade terakhir terlihat dramatis, penelitian yang dirilis pada 2020 menunjukkan bahwa pola anomali seperti SAA bukan hal baru. Fenomena ini kemungkinan pernah muncul berulang kali selama 11 juta tahun terakhir.

Jika benar, temuan tersebut menunjukkan bahwa SAA bukan tanda bahwa Bumi akan mengalami pembalikan kutub magnetik dalam waktu dekat — sesuatu yang secara alami terjadi setiap beberapa ratus ribu tahun, tetapi tidak sedang berlangsung sekarang.

Selain itu, penelitian pada 2024 menemukan bahwa perubahan medan magnet akibat SAA juga mempengaruhi tampilan aurora, menunjukkan dampak lebih luas pada interaksi atmosfer dan partikel Matahari.

Baru bulan lalu, misi Swarm milik Badan Antariksa Eropa (ESA) yang terdiri dari tiga satelit pemantau medan magnet, mengungkap detail baru. Chris Finlay, geofisikawan dari Technical University of Denmark, mengatakan bahwa pelemahan medan magnet berlangsung lebih cepat di wilayah Afrika dibandingkan Amerika Selatan.

“Jelas ada sesuatu yang unik terjadi di kawasan ini,” ujarnya, merujuk pada dinamika di bawah permukaan Bumi yang mempengaruhi kekuatan medan magnet.

Meskipun perubahan SAA berjalan lambat, bentuk dan intensitasnya terus mengalami evolusi. Terry Sabaka dari NASA menegaskan bahwa pemantauan berkelanjutan penting untuk memperbaiki model dan memprediksi perkembangan anomali ini.

“Setiap misi baru memberi kita data yang membantu memahami bagaimana fenomena ini berkembang,” katanya.

Kontributor : Gradciano Madomi Jawa

Editor: Agatha Vidya Nariswari

Tag:  #nasa #pantau #pelemahan #medan #magnet #raksasa #atlantik #selatan

KOMENTAR