Ketika Trump Masih Enggan Blokir TikTok di AS, Bukti Masih Sayang...
Ilustrasi TikTok di Amerika Serikat(NurPhoto)
17:12
19 Juni 2025

Ketika Trump Masih Enggan Blokir TikTok di AS, Bukti Masih Sayang...

- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperpanjang lagi "usia" TikTok di negaranya.

Padahal, aplikasi berbagai video pendek ini seharusnya diblokir permanen di Negeri Paman Sam 19 Juni 2025.

TikTok terancam diblokir di AS lantaran belum mematuhi undang-undang soal divestasi yang diminta AS sejak tahun lalu.

Akan tetapi, Trump justru memberi perpanjangan waktu selama 90 hari lagi bagi ByteDance, induk perusahaan TikTok, untuk yang ketiga kalinya.

Sama seperti perpanjangan waktu sebelumnya, ByteDance diminta untuk segera menjual operasi TikTok di AS kepada perusahaan non-China atau TikTok akan diblokir permanen di Amerika.

Perpanjangan waktu untuk TikTok terbaru diumumkan langsung oleh Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam pernyataan resmi pekan ini.

Leavitt menyebut, Trump akan menandatangani perintah eksekutif tambahan pekan ini untuk memastikan TikTok tetap bisa diakses pengguna AS.

"Seperti yang telah dikatakannya berulang kali, Presiden Trump tidak ingin TikTok menghilang (diblokir) begitu saja," kata Leavitt, sebagaimana dihimpun dari CNBC, Kamis (19/6/2025).

"Perpanjangan ini akan berlangsung selama 90 hari dan akan digunakan oleh pemerintah untuk memastikan kesepakatan penjualan dapat diselesaikan, sehingga rakyat Amerika tetap dapat menggunakan TikTok dengan jaminan bahwa data mereka aman," lanjut Leavitt.

Jika dihitung, deadline baru untuk TikTok adalah Rabu, 17 September 2025. Dalam tiga bulan ke depan, TikTok mesti menjual operasinya di AS ke perusahaan non-China, atau diblokir.

Namun, Trump juga bisa kembali memberikan waktu tambahan lagi bagi TikTok.

Bukti masih sayang

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berbicara di Oval Office Gedung Putih, Washington DC, 5 Mei 2025.AFP/JIM WATSON Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berbicara di Oval Office Gedung Putih, Washington DC, 5 Mei 2025.

Perpanjangan ini menjadi bukti bahwa Trump masih "sayang" dan enggan memblokir TikTok di negaranya.

Bahkan, pada Mei lalu, Trump mengaku bahwa TikTok memiliki "tempat hangat di hatinya", karena dianggap membantunya memenangkan suara kaum muda dalam Pilpres tahun lalu.

"Saya punya sedikit rasa sayang di hati saya untuk TikTok. Karena, seperti yang Anda tahu, saya menang di kalangan anak muda dengan 36 poin," ujar Trump saat diwawancarai outlet berita NBC News.

"Tidak ada Republikan (politisi dari Partai Republik) yang pernah menang di kalangan pemilih muda, dan saya menang karena fokus pada TikTok," tambahnya, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Techspot.

Sikap ini berbeda dengan periode 2017-2021 saat Trump menjabat pertama kali sebagai Presiden AS. Ketika itu, Trump termasuk keras terhadap TikTok, bahkan menyerukan larangan penuh saat kampanye pertamanya.

Sikap ini berbeda dengan periode 2017-2021 saat Trump menjabat pertama kali sebagai Presiden AS.

Ketika itu, Trump termasuk keras terhadap TikTok, bahkan menyerukan larangan penuh saat kampanye pertamanya.

Namun, kini, Trump tampaknya melihat aplikasi berbagi video dengan lebih dari 1,8 miliar pengguna aktif bulanan ini sebagai aset politik.

Perpanjangan waktu ketiga kali

Ilustrasi TikTok.Pexels/cottonbro studio Ilustrasi TikTok. 

Seperti disebutkan sebelumnya, ini merupakan ketiga kalinya Trump menunda pemblokiran TikTok. Ancaman pemblokiran TikTok pertama kali berlaku sejak awal 2025 lalu.

Hal itu sesuai dengan UU Keamanan Nasional bernama "Protecting Americans from Foreign Adversary Controlled Applications Act" atau Perlindungan Warga dan Aplikasi yang Dikendalikan Pesaing Asing), yang diteken Kongres dan Presiden sebelumnya, Joe Biden.

UU tersebut mendefinisikan TikTok (anak perusahaan ByteDance asal China) sebagai ancaman terhadap keamanan nasional dan dikendalikan oleh musuh asing.

Undang-undang ini pun mewajibkan ByteDance untuk menjual TikTok ke perusahaan non-China, atau TikTok akan dilarang beroperasi.

Perusahaan penyedia layanan seperti Apple, Google, hingga penyedia cloud AS juga akan dilarang mendukung TikTok, termasuk menyediakan hosting dan distribusi aplikasi.

TikTok sejatinya telah menghadapi tenggat awal sejak 19 Januari 2025, sehari sebelum Trump dilantik kembali sebagai Presiden AS.

Akibatnya, tepat pada 20 Januari, TikTok sempat diblokir secara nasional di Amerika Serikat. Aplikasi itu bahkan sempat diturunkan dari Apple App Store dan Google Play Store.

Namun tak lama kemudian, Trump memberi perpanjangan pertama selama 75 hari, menjadikan tenggat baru jatuh pada 5 April 2025.

Menjelang April, Trump kembali melunak dengan memberi perpanjangan kedua, memperpanjang tenggat hingga 19 Juni 2025.

Kini, ketika batas waktu itu kembali mendekat, Trump mengumumkan perpanjangan ketiga, memberikan waktu tambahan hingga pertengahan September 2025 untuk menyelesaikan proses divestasi TikTok dari ByteDance.

TikTok tidak tinggal diam. Mereka juga sempat memggugat aturan tersebut ke Mahkamah Agung.

Akan tetapi, Mahkamah Agung menolakgugatan TikTok dan menyetujui argumen pemerintah bahwa aplikasi ini dapat menimbulkan risiko keamanan nasional.

Pemerintah AS telah lama mencurigai bahwa data pengguna TikTok dapat diakses oleh pemerintah China, dan bisa digunakan untuk penyebaran propaganda atau bahkan pemerasan.

Meski demikian, hingga kini belum ada bukti langsung yang dibuka ke publik terkait dugaan ini. TikTok pun bergeming tak mau menjual perusahaannya.

Bahkan menyatakan lebih memilih untuk menyetop operasional TikTok di AS ketimbang menjual media sosial tersebut ke perusahaan AS, jika proses hukum dan pembicaraan dengan pemerintah AS gagal.

Hingga kini, TikTok masih berada di bawah naungan perusahaan induknya, ByteDance. Saat ini, TikTok beroperasi di bawah perseroan terbatas yang berbasis di Los Angeles, AS dan Singapura.

Namun, pada dasarnya, TikTok tetap dimiliki ByteDance, perusahaan teknologi yang berbasis di Haidian, Beijing, China.

Menurut rilis yang diterbitkan oleh TikTok pada Mei 2023, sekitar 60 persen saham ByteDance dimiliki oleh investor, termasuk perusahaan investasi besar AS, seperti General Atlantic, Susquehanna Capital, dan Sequoia Capital.

Sebanyak 20 persen saham ByteDance dimiliki oleh pendirinya, Zhang Yiming. Namun, Zhang memegang lebih dari 50 persen hak suara ByteDance, kata sumber yang dekat dengan isu ini.

Kemudian, 20 persen sisanya dimiliki oleh karyawan TikTok di seluruh dunia. Tiga dari lima anggota dewannya adalah orang Amerika.

Namun, cengkeraman Pemerintah China terhadap perusahaan-perusahaan swasta dalam beberapa tahun terakhir membuat AS khawatir mengenai seberapa besar kendali yang dimiliki Partai Komunis China terhadap ByteDance dan data yang dimilikinya.

Makanya, AS bersikukuh ingin ByteDance melepas TikTok, atau TikTok diblokir di AS. Sejumlah pihak dikabarkan tertarik untuk membeli TikTok AS. Beberapa nama besar yang muncul termasuk Amazon, Microsoft, AppLovin, miliarder Frank McCourt Jr., bahkan Mr. Beast, serta co-founder Oracle Larry Ellison.

Namun belum jelas apakah Pemerintah China akan menyetujui rencana penjualan TikTok oleh ByteDance, mengingat ByteDance juga harus mendapat restu dari otoritas Tiongkok jika ingin menjual unit TikTok ke perusahaan asing.

Sumber lain menyebut, China sempat bersiap untuk menyetujui penjualan TikTok di AS, tapi tak jadi setelah Donald Trump mengumumkan tarif perdagangan baru terhadap produk Tiongkok pada April lalu.

Trump menyatakan bahwa proses penjualan TikTok kemungkinan akan diselesaikan setelah AS dan China mencapai kesepakatan dagang yang lebih luas.

ByteDance tak rela lepas TikTok

ilustrasi ByteDanceGame Developer ilustrasi ByteDance

Hingga kini, Bytedance menunjukkan sikap ketidak-inginannya menjual bisnis TikTok ke AS.
Menurut sumber industri yang dihimpun Reuters, alasan dibalik penolakan penjualan TikTok ke perusahaan AS ini adalah karena algoritma TikTok dianggap penting untuk bisnis dan operasional ByteDance secara keseluruhan.

Selain itu, algoritma TikTok, suatu mekanisme yang bisa merekomendasikan video-video TikTok berdasarkan minat pengguna, juga dianggap cukup akurat, bagus, dan berbeda dengan platform media sosial lainnya.

Dengan begitu, menjual TikTok ke perusahaan AS sama saja dengan membongkar "rahasia dapur" ByteDance yang telah mereka kembangkan selama ini ke semua pihak, dan algoritma ini bisa saja dicontek oleh para kompetitor TikTok.

 

 

Tag:  #ketika #trump #masih #enggan #blokir #tiktok #bukti #masih #sayang

KOMENTAR