Evaluasi Harus Menyentuh Akar Masalah, Bukan Sekadar Patrick Kluivert
Pelatih timnas Indonesia asal Belanda Patrick Kluivert.(KOMPAS.COM/SUCI RAHAYU)
18:03
13 Oktober 2025

Evaluasi Harus Menyentuh Akar Masalah, Bukan Sekadar Patrick Kluivert

- Kegagalan timnas Indonesia melangkah ke Piala Dunia 2026 menjadi kabar pahit bagi jutaan pencinta sepak bola Tanah Air.

Di tengah sorotan yang terus langsung, pengamat sepak bola nasional Anton Sanjoyo menilai bahwa evaluasi tidak bisa berhenti pada hasil di lapangan saja.

Menurutnya, yang perlu dibedah lebih dalam adalah struktur dan arah kebijakan tim kepelatihan serta cara federasi mengambil keputusan. 

“Kalau dalam konteks jangka panjang dan jangka pendek Timnas Indonesia saat ini, buat saya yang harus dievaluasi adalah tim kepelatihan,” kata pria yang biasa disapa Bung Joy ini kepada Kompas.com.

“Tim kepelatihan didatangkan dengan cara ajaib juga, kan. Ketika satu tim kepelatihan sedang berjalan tiba-tiba diganti dengan tim kepelatihan lain,” imbuhnya.

Perilaku Memaksakan Target

Ia menilai langkah federasi yang mengganti pelatih dari Shin Tae-yong ke Patrick Kluivert di tengah jalan justru memperlihatkan tidak adanya konsistensi dalam membangun fondasi timnas Indonesia.

Meski Ketua Umum PSSI Erick Thohir sempat menegaskan bahwa target utama bukan Piala Dunia 2026, langkah-langkah yang diambil justru menunjukkan sikap sebaliknya.

“Perilakunya dan federasi itu perilaku memaksakan untuk lolos di 2026 dengan menambah terus pemain diasporanya. Ini jadi kontradiktif antara ucapan dan tindakannya,” tuturnya.

" Patrick Kluivert sendiri bukan pihak yang harus ditunjuk sebagai pihak kesalahan."

Selain itu ia menilai bahwa akar masalah justru terletak pada manajemen teknis dan kebijakan PSSI yang tidak konsisten sejak awal.

“Kalau dari awal Patrick Kluivert diragukan lalu excuse-nya ‘iya tapi dia kan didampingi oleh tim’, tapi kalau kita lihat sejak dipegang Kluivert, Timnas ini tidak menunjukkan peningkatan signifikan,” ujar Anton Sanjoyo.

Ia menilai kemenangan Indonesia atas China dan Bahrain pun diraih dengan susah payah, sementara laga-laga melawan tim besar seperti Jepang dan Australia tidak bisa dijadikan tolok ukur realistis.

“Saya tidak menghitung yang lawan Australia karena itu kasus luar biasa dengan persiapan minim. Lawan Jepang, ya kalah 6-0 karena lawannya memang kelas dunia,” sambungnya.

Setidaknya, Joy menilai ada sedikit kemajuan saat melawan Irak walau hal itu datang terlalu terlambat. 

Pelatih timnas Indonesia Patrick Kluivert menyaksikan laga kedua grup J Kualifikasi Piala Asia U23 2026 melawan Makau yang berakhir dengan skor 5-0 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (6/9/2025) malam.KOMPAS.COM/SUCI RAHAYU Pelatih timnas Indonesia Patrick Kluivert menyaksikan laga kedua grup J Kualifikasi Piala Asia U23 2026 melawan Makau yang berakhir dengan skor 5-0 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (6/9/2025) malam.

Tim Kepelatihan Harus Dievaluasi, Termasuk Pola Pemanggilan Pemain

Selanjutnya ia berharap PSSI harus berani melakukan evaluasi menyeluruh terhadap tim kepelatihan, bukan hanya soal hasil pertandingan, tetapi juga soal adaptasi taktik terhadap kondisi khas sepak bola Indonesia.

Sebab ia menilai pelatih asal Belanda itu belum mampu memahami dinamika Timnas Indonesia yang unik, di mana banyak pemain berasal dari luar negeri dan tidak bermain di kompetisi sepak bola Indonesia.

Apalagi kualitas pemain diaspora Indonesia tidak bisa disamakan dengan pemain bintang seperti Lamine Yamal, Lionel Messi atau Ronaldo, yang bisa langsung padu hanya dalam dua hari latihan.

“Kualitas mereka masih jauh dari kelas dunia. Jadi model kumpul cuma dua hari itu tidak akan mungkin berhasil,” katanya.

Untuk itu Anton Sanjoyo menegaskan, federasi juga harus bertanggung jawab karena sejak awal sudah mengetahui konsekuensi dari mengandalkan banyak pemain diaspora.

Ia menyarankan agar federasi merekrut pelatih dengan rekam jejak lebih meyakinkan dibanding Patrick Kluivert.

“PSSI tahu dengan mengambil banyak diaspora hal ini akan terjadi. Tidak mungkin mereka tidak tahu, kan mereka orang-orang pintar,” kata mantan jurnalis olahraga Harian Kompas tersebut.

“Menurut saya mereka juga harus tanggung jawab dan perlu pelatih dengan CV yang lebih bagus dari Patrick Kluivert, karena sejarah kepelatihannya sangat tidak meyakinkan,” tegasnya.

Masa Depan Kluivert Masih Abu-Abu

Kini setelah kegagalan timnas Indonesia di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia ini, masa depan Patrick Kluivert di kursi pelatih timnas Indonesia memang berada di ujung tanduk.

Walaupun masih terikat kontrak hingga 2026, namun tekanan publik terus meningkat.

Tagar #KluivertOut menggema di media sosial setelah Indonesia kalah 0-1 dari Irak di Jeddah, yang memastikan langkah Garuda terhenti.

Tetapi baginya, keputusan soal pelatih hanyalah bagian kecil dari persoalan besar yang selama ini dibiarkan mengakar.

“Kalau mau maju, bukan cuma pelatihnya yang dirombak. Tapi pola berpikir federasi juga harus berubah,” pungkas Anton Sanjoyo.

Tag:  #evaluasi #harus #menyentuh #akar #masalah #bukan #sekadar #patrick #kluivert

KOMENTAR