Mantan Bupati Tangerang Sebut Pagar Laut Ada Sejak 2014, Begini Komentar Nelayan di Desa Sukawali
Unsur pemerintah dan nelayan berjibaku membongkar pagar laut di perairan Tangerang Banten pada Rabu (22/1/2025). 
19:49
26 Januari 2025

Mantan Bupati Tangerang Sebut Pagar Laut Ada Sejak 2014, Begini Komentar Nelayan di Desa Sukawali

- Mantan Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar angkat bicara merespons foto dirinya yang diunggah konsultan hukum proyek PIK 2, Muannas Alaidid, melalui akun X @muannas_alaidid pada Rabu (22/1/2025).

Dalam foto yang diunggahnya, terlihat Zaki berada di kawasan pantai utara (pantura) Tangerang dengan latar belakang pagar bambu yang disebut sudah ada sejak satu dekade lalu.

"Foto tahun 2014. Info saja bahwa tahun itu sudah ada pagar-pagar. Tapi, enggak ada yang perhatikan. Gak tau siapa yang pasang, tujuannya apa dan untuk apa. kewenangan Pemkab Tangerang hanya di pesisir pantai, tidak sampai laut," kata Zaki.

Zaki mengaku tidak mengetahui secara pasti siapa yang memasang pagar bambu tersebut serta tujuan awal pemasangannya. 

Namun, ia menegaskan bahwa pagar itu sudah ada sejak lama, jauh sebelum proyek PIK 2 dimulai.

Sementara itu, sejumlah nelayan di Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, mengaku tidak terganggu dengan keberadaan pagar laut

Bahkan, keberadaan pagar laut banyak dimanfaatkan nelayan setempat untuk mencari ikan dan kerang saat tidak bisa melaut. Termasuk diharapkan bisa mengurangi abrasi.

Nelayan asal Desa Sukawali, Wasmin mengatakan, jika pagar laut sepanjang 7 km, yang masuk di wilayah Desa Sukawali dibuat masyarakat setempat, sekitar 2014.

“Awalnya hanya kecil-kecilan, hanya beberapa meter saja, terus tiba-tiba banyak yang membantu dari sana sini, saya kurang tahu dari mana,” kata Wasmin.

Dia pun menjelaskan, pembuatan pagar tersebut dimaksudkan untuk budidaya kerang hijau, cumi cumi, maupun ikan. 

“Habitat ikan itu kumpulnya di situ. Jadi untuk sero (semacam rumpon). Kalau rumpon itu di tengah laut, kalau sero itu di pinggir,” jelasnya.

Selain itu, kata Wasmin, ada kegelisahan warga soal abrasi yang terjadi di wilayahnya. Kata Wasmin, sebelumnya jarak jalan saya dengan bibir pantai sekitar 1.200 meter. Namun saat ini jaraknya hanya sekitar 500 meter saja.  

“Tahun 1984 itu abrasinya sudah tinggi, per tahunnya itu yang kena abrasi sekitar 30 sampai 50 meter. Waktu itu pada masanya pak lurah Nasir ada pengukuran, jarak jalan raya dengan pantai itu 1.200 meter, itu dari tahun 1984. Sekarang itu jaraknya hanya sekitar 600-700 meter,” kata Wasmin.

Adapun daratan yang tergerus abrasi tersebut, menurut Wasmin, dulunya berupa hutan bakau, api-api, maupun empang.

Mengenai beradaan pagar laut yang disebut dikeluhkan para nelayan, salah seorang nelayan asal Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, Harjo Susilonmengatakan, untuk daerah lain ia mengaku tidak tahu. 

Namun untuk nelayan Sukawali sebenarnya tidak ada masalah. 

Bahkan, keberadaan pagar laut tersebut dimanfaatkan nelayan Sukawali untuk mencari kerang hijau, kerang batik, cumi-cumi, rajungan, kepiting, yang banyak berada di sana.

“Kalau warga nelayan Sukawali sebenarnya (pagar) itu tidak mengganggu. Bahkan ada manfaat lain. Selain menahan abrasi juga bisa untuk sero,” ungkap dia.

Ketua Nelayan asal Desa Sukawali, Wawan Setiawan, mengatakan, nelayan itu ada bermacam-macam. Yakni, ada nelayan perahu gardan, perahu pancingan, apolo, nelayan jaring.

Nelayan di Sukawali, menurut Wawan, adalah nelayan yang mencari ikan di tengah laut. 

“Jadi gak main di pinggir laut. Jadi saya rasa nelayan di Sukawali adanya pagar laut tidak merasa terganggu. Tidak ada yang kapalnya jebol karena ada bambu. Kalau yang terganggu itu tukang sodok yang nyari rebon yang di pinggir-pinggir. Itupun sebenarnya gak terlalu terganggu juga,” kata Wawan.

Editor: Wahyu Aji

Tag:  #mantan #bupati #tangerang #sebut #pagar #laut #sejak #2014 #begini #komentar #nelayan #desa #sukawali

KOMENTAR