Prof Ikrar Nusa Ungkap Perbedaan SBY dengan Jokowi Menjelang Lengser
Pakar Politik, Prof Ikrar Nusa Bhakti saat wawancara khusus dengan News Manager Tribun Network, Rachmat Hidayat di Studio Tribunnews, Komplek Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta pada Senin (13/11/2023) 
19:06
13 Agustus 2024

Prof Ikrar Nusa Ungkap Perbedaan SBY dengan Jokowi Menjelang Lengser

Sejarah mencatat Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo memiliki persamaan menjabat dua periode pemerintahan.

Namun ada banyak perbedaan dari dua pemimpin negeri ini menjelang lengser.

Hal itu diungkap Guru Besar Riset di Pusat Penelitian Politik LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Prof Ikrar Nusa Bhakti saat wawancara dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Gedung Tribun Palmerah, Jakarta, Senin (12/8/2024) malam.

Menurut Prof Ikrar, SBY tidak memiliki pengaruh terhadap pemerintah berikutnya, sebaliknya Jokowi masih berpengaruh bukan tanpa musabab.

“Mengapa demikian? Karena yang namanya Susilo Bambang Yudhoyono tidak seserakah Jokowi. Apa yang saya katakan itu adalah bahwa Susilo Bambang Yudhoyono walaupun pernah terdengar suara bahwa dia juga menginginkan perpanjangan masa jabatan Presiden, tapi gagasan itu tidak pernah dia lakukan menjadi suatu program untuk menjadikan itu sebagai mimpi yang menjadi kenyataan,” katanya.

Kedua, Prof Ikrar menilai SBY juga tidak pernah berpikir, apalagi bertindak untuk kemudian menjadikan anaknya Agus Harimurti Yudhoyono ataukah Ibas dipersiapkan menjadi calon Presiden.

Sementara itu, Jokowi satu-satunya Presiden Republik Indonesia yang kemudian menerabas konstitusi, menerabas undang-undang hingga menerabas semua faksun politik.

“Dan kemudian dia tidak peduli apa kata orang, dia tidak peduli kritik orang, pokoknya anak gue harus terpilih. Dan ternyata akhirnya terpilih,” tukasnya.

Prof Ikrar melihat Jokowi tengah berupaya memenangkan anak bungsunya Kaesang Pangarep untuk menjadi pemenang kepala daerah.

Meski Kaesang baru memeroleh elektabilitas 1 persen di Pilkada Jakarta, siasat politik atau strategi politik mulai terlihat di permukaan.

“Anda bisa melihat bagaimana meniadakan calon Kepala Daerah DKI yang memiliki elektabilitas yang tertinggi, yaitu Anies Baswedan yang angkanya 39 persen, dan juga Basuki Tjahaja Purnama yang angkanya itu 30 persen,” ucapnya.

Lebih lanjut, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pun yang tadinya mendukung Anies Baswedan kemudian sangat gamblang diyakini akan masuk ke dalam Koalisi Indonesia Maju.

Prof Ikrar menilai Jokowi tokoh paling pintar melakukan politik percitraan.

Di situlah perbedaan SBY setelah selesai menjabat Presiden, dia nggak muncul lagi karena tidak bisa melakukan politik pencitraan.

“Saya nggak akan lupa loh ya, ketika Jokowi habis dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden bersama Jusuf Kalla, anda tahu, itu kan Pak SBY di depan Istana Merdeka ya, itu menunggu supaya terjadi pisah sambut,” tuturnya.

“Tapi anda tahu, kan waktu itu Pak Jokowi membuat suatu acara yang kemudian menjadikan dia sampai ke Istana Merdeka itu sangat lama. Itu Anda bisa lihat ya, bagaimana dia muter-muter di depan Bundaran HI, saya ada di situ loh ya,” tambah Prof Ikrar.

Jokowi kemudian bertemu dengan para pendukungnya usai dilantik.

“Dan dia pokoknya bikin supaya tidak ada pisah sambut Presiden dengan Presiden terpilih yang baru. Yang intinya dia ingin menihilkan SBY ya.

Saling sindir pemerintahan SBY dengan pemerintahan Jokowi kerap terlihat hampir satu dekade lampau.

Prof Ikrar tidak lupa Jokowi kerap menjelekkan SBY yang meninggalkan beberapa bangunan mangkrak di masa pemerintahan seperti megaproyek Wisma Atlet di Hambalang. 

“Sekarang kita belum tahu ya, apakah kemudian gedung-gedung yang ada di IKN itu akan berlanjut menjadi Ibu Kota Negara ataukah seperti yang kata Prabowo, ya nanti saja,” urainya.

Selain itu, Prof Ikrar mengaku masih ingat Jokowi pernah mengritik SBY saat menyiapkan masterplan pemindahan Ibu Kota Baru.

Kritik Jokowi kepada SBY dahulu di mana ibu kota akan dipindah dan kemudian untuk apa tujuannya.

“Sekarang nggak tahunya dia sendiri yang bikin Ibu Kota Baru ya,” paparnya.

Editor: Muhammad Zulfikar

Tag:  #prof #ikrar #nusa #ungkap #perbedaan #dengan #jokowi #menjelang #lengser

KOMENTAR