Pratu Andi Akhiri Hidup Imbas Mahar Rp250 Juta, Pengamat: Pimpinan Peka saat Prajurit Kena Masalah
(Kiri) Foto mendiang Pratu Andi Tambaru dan (Kanan) Momen kebersamaan Pratu Andi dengan kekasihnya. Pengamat menilai perlunya pimpinan peka ketika ada prajurit terkena masalah seperti Pratu Andi. Di sisi lain, dia menilai perlunya sistem buddy. 
09:56
14 Januari 2025

Pratu Andi Akhiri Hidup Imbas Mahar Rp250 Juta, Pengamat: Pimpinan Peka saat Prajurit Kena Masalah

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menyoroti kasus seorang prajurit TNI AD berpangkat Prajurit Satu (Pratu) bernama Andi Tambaru yang mengakhiri hidup buntut tidak bisa memenuhi keinginan keluarga calon istrinya berupa mahar Rp250 juta.

Khairul mengatakan peristiwa tragis yang menimpa Pratu Andi Tambaru merupakan wujud kompleksitas yang dialami prajurit TNI dalam kesehariannya.

Menurutnya, apa yang dialami oleh Pratu Andi Tambaru adalah beban berat akibat keterbatasan finansial sebagai prajurit berpangkat rendah.

"Kejadian tragis yang menimpa Pratu Andi Tambaru memberikan pelajaran penting terkait kompleksitas tantangan yang dihadapi dalam keseharian seorang prajurit TNI, serta peran institusi dalam menangani tekanan yang dialami personelnya."

"Sebagai prajurit berpangkat rendah, tekanan finansial, seperti tuntutan mahar adat yang tinggi, dapat menjadi beban berat, terutama dengan keterbatasan pendapatan," katanya dalam keterangan tertulis kepada Tribunnews.com, Selasa (14/1/2025).

Khairul mengatakan peristiwa tragis ini jangan hanya dianggap sebagai permasalahan pribadi semata seorang prajurit TNI.

Dia menyoroti perlunya kesejahteraan mental bagi personel sebagai wujud pengelolaan sumber daya manusia (SDM) di tubuh TNI.

Salah satu tanggung jawab institusi TNI, kata Khairul, adalah mewujudkan nilai solidaritas dan kebersamaan secara nyata.

"Nilai solidaritas dan kebersamaan yang melekat dalam tradisi militer perlu diterjemahkan ke dalam bentuk dukungan nyata, baik melalui mediasi, pendampingan, maupun penguatan kepemimpinan," jelasnya.

Khairul mengusulkan, agar peristiwa seperti yang menimpa Pratu Andi tidak terjadi dengan prajurit lainnya adalah dengan adanya 'sistem buddy'.

Adapun 'sistem buddy', katanya, adalah setiap anggota dipasangkan dengan rekan sejawat untuk saling mendukung hingga menjaga satu sama lain.

Dia mengatakan konsep seperti ini mirip seperti program 'kakak-adik asuh'. Sementara, yang membedakan, terkait hubungan antar prajurit.

"'Buddy' bertugas memberikan dukungan emosional, mendeteksi tanda-tanda tekanan mental, dan membantu rekannya mengatasi masalah, baik yang bersifat pribadi maupun profesional." 

"Sistem ini tidak hanya memperkuat solidaritas, tetapi juga mencegah anggota merasa terisolasi dalam menghadapi tekanan," katanya.

Tak cuma kepekaan antar prajurit saja, Khairul juga ingin adanya kepekaan yang ditunjukan oleh pimpinan atau perwira dalam institusi TNI ketika ada seorang anggota terlibat masalah pribadi seperti Pratu Andi.

Pimpinan, kata Khairul, bisa menjadi jembatan ketika ada anggotanya menghadapi masalah dengan pihak lain.

Dalam kasus Pratu Adi, Khairul menjelaskan pimpinan bisa turut berdiskusi dengan pihak keluarga calon istri terkait penyesuaian mahar.

"Dalam hal ini, pimpinan berperan sebagai jembatan antara anggota yang menghadapi masalah dengan pihak terkait, misalnya keluarga, untuk mencari solusi yang saling menguntungkan, seperti menyesuaikan tuntutan mahar dengan kondisi ekonomi," jelasnya.

Lebih lanjut, Khairul menegaskan pimpinan tidak sekedar hanya menjadi atasan dari prajurit saja tetapi juga menjadi figur.

Sehingga, dia berharap agar pimpinan di TNI bisa peka terhadap kondisi anggotanya.

"Pimpinan atau atasan langsung juga perlu memiliki kepekaan terhadap kondisi anggotanya. Pelatihan kepemimpinan yang mencakup kemampuan mendeteksi tanda-tanda tekanan mental serta langkah pendampingan awal harus menjadi bagian dari sistem pembinaan."

"Pimpinan kemudian tidak hanya sekadar menjadi atasan, tetapi juga figur yang mampu memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan ketika anggota membutuhkannya," pungkasnya.

Kronologi Pratu Andi Akhiri Hidup

Dikutip dari Pos Kupang, Pratu Andi sempat curhat ke dua rekannya yaitu Pratu Valen dan Prada Ricky Dillak pada Sabtu (11/1/2025) malam dan Minggu (12/1/2025) dini hari sebelum mengakhiri hidup.

Dia curhat terkait permintaan mahar sebesar Rp250 juta dari keluarga calon istrinya.

Namun, tiba-tiba, Pratu Andi mengakhiri hidup dan jasadnya baru ditemukan di Bandara DC Saudale Rote, Kupang pada Minggu pagi sekira pukul 07.15 WITA.

Adapun jasad Pratu Andi pertama kali ditemukan oleh petugas bandara yang sedang melakukan patroli.

Danrem 161 Wira Sakti Kupang, Brigjen TNI Joao Xavier Barreto Nunes membenarkan bahwa tewasnya Pratu Andi karena mengakhiri hidup.

"Jadi Pratu Andi Tambaru diduga murni melakukan tindakan bunuh diri dengan cara gantung diri," ucap Joao, dikutip dari Kompas.com.

Joao dalam kesempatannya juga membenarkan motif asmara di balik kejadian pilu ini.

Ia menyebut orang tua atau calon mertua (camer) dari kekasih meminta uang mahar Rp 250 juta ke Pratu Andi Tambaru.

Mendiang merasa tertekan hingga memilih jalan singkat dengan mengakhiri hidup.

"Ada permasalahan asmara dengan pacarnya bernama Manja Mooy. Sehingga Pratu Andi Tambaru merasa terbeban dengan perihal tersebut dan memutuskan untuk melakukan tindakan bunuh diri," tandas Joao.

Informasi tambahan, jenazah Pratu Andi Tambaru sementara dalam penanganan Kodim 1627/Rote Ndao.

DISCLAIMER:

Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan tersebut.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling.

Pembaca bisa menghubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes (021-500-454) atau LSM Jangan Bunuh Diri (021 9696 9293) atau melalui email [email protected].

Sebagian artikel telah tayang di Pos Kupang dengan judul "Anggota TNI Bunuh Diri, Gegara Mahar Kawin, Pratu AT Sempat Kirim Pesan WhatsApp ke Pacar"

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Pos Kupang/Mario Giovani Teti)(Kompas.com/Sigiranus Marutho Bere)

Editor: Nuryanti

Tag:  #pratu #andi #akhiri #hidup #imbas #mahar #rp250 #juta #pengamat #pimpinan #peka #saat #prajurit #kena #masalah

KOMENTAR