Mengenal Sosok Joko Pinurbo: Sepak Terjang Menjahit Syair Puisi yang Abadi Dalam Ingatan
Mendiang penyair Joko Pinurbo semasa hidup. (Istimewa)
12:08
27 April 2024

Mengenal Sosok Joko Pinurbo: Sepak Terjang Menjahit Syair Puisi yang Abadi Dalam Ingatan

 

Kabar duka datang dari penyair asal Jogjakarta, Joko Pinurbo. Pria yang akrab disapa Jokpin itu meninggal di usianya yang ke-61 tahun, pada Sabtu (27/4), pukul 06:03 di Rumah Sakit Panti Rapih, Jogyakarta.

Bagi para pengamat dan pecinta puisi di tanah air, tentunya tidak asing dengan karya-karya Joko Pinurbo. Kemahirannya dalam menjahit syair puisi menjadikannya sosok seniman sastra itu dikenal di dunia seni dan sastra. 

Kemahiran Joko Pinurbo menjahit syair telah ditekuni selama 25 tahun, yakni sejak dirinya duduk  di bangku sekolah menengah atas (SMA). Syair-syair itu pun juga telah dimuat di beberapa media massa. Namun dirinya masih awam dalam merangkai kata waktu itu, sehingga tak banyak orang mengenalnya.

Ketika munculnya antologi puisi “Celana” pada tahun 1999 namanya pun mencuat dan mulai dikenal oleh masyarakat. Buku tersebut diterbitkan pertama kali oleh Indonesia Tera, Magelang. Dan di tahun 2018 diterbitkan ulang oleh Gramedia Pustaka Utama.

Nampaknya puisi “Celana” itu sebagai pembuka jalan kiprah Jokpin di dunia kepenyairan Jokpin. Dikutip oleh JawaPos.com, menurut wawancara yang dilakukan oleh Whiteboard Journal karyanya di dalam buku Celana itu mempu memancing perhatian masyarakat. Sebab, dia mengeksplorasi objek-objek sederhana yang ada disekitar untuk dijadikan sebagai objek puisi yang ciamik.

“Jadi dengan kata lain saya berhutang budi dengan “Celana”. Saya tidak akan pernah melupakan saat kumpulan puisi ini, ternyata dengan objek-objek sesederhana celana, kamar mandi, atau sarung justru mampu membuat saya lebih berkembang bahkan dianggap layak untuk diterbitkan setelah ditolak tiga kali,” kata Joko Pinurbo seperti yang dilansir di laman Whiteboard Journal (4/10/2017).

Sepak terjangnya dalam menjahit syair puisi tentunya tak sedikit jalan terjal yang dilalui. Beberapa kali gagal dalam menulis puisi. Puisi yang gagal tersebut lantas dibakar olehnya. Namun semangatnya terus membara.

Dia pun terus mengeksplorasi kata dan gaya bahasa. Akhirnya dia menemukan gaya bahasa yang menurutnya nyaman. Yakni perpaduan antara puisi jenaka, nyeleneh namun menyisipkan fenomena sosial. Lantas proses yang panjang itu tak membuat dirinya menyesal, malahan proses yang pernah dia lewati membersamainya menemukan hal yang baru.

“Setelah saya melakukan perubahan yang cukup radikal dalam gaya maupun pendekatan dalam berpuisi, ternyata kesabaran saya dalam 25 tahun lebih ada hasilnya. Jadi, saya tidak merasa menyesal bahwa 25 tahun saya belajar, berlatih dan banyak menghasilkan puisi meskipun gagal, karena justru proses pergulatan yang lama itulah yang mengantarkan saya pada penemuan sesuatu yang tidak terduga,” bebernya.

Tak hanya “Celana” saja yang fenomenal, dia juga menelurkan karya-karya lain yang nyeleneh namun mengandung banyak makna didalamnya, seperti Di Bawah Kibaran Sarung (2021), Celana Pacar Kecilku (2007), Tak Ada Asu Diantara Kita (2023) dan masih banyak lagi.

Karya-karyanya yang dikemas dengan apik itu telah mengantarkanku meraih beberapa penghargaan seperti Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014).

Lalu Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014), Anugerah Kebudayaan Gubernur DIY (2019), Buku Akik Award (2020), dan lainnya. Karya-karya Jokpin kini sudah banyak diterjemahkan dalam bahasa Inggris, Jerman, dan Mandarin.

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #mengenal #sosok #joko #pinurbo #sepak #terjang #menjahit #syair #puisi #yang #abadi #dalam #ingatan

KOMENTAR