Kepala BNPT Tegaskan Dialog Kebangsaan Mampu jadi Sarana Deradikalisasi dan Penguatan Moderasi Beragama
Kepala BNPT, Eddy Hartono bersama Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha dalam dialog kebangsaan. (Istimewa)
18:40
23 Desember 2025

Kepala BNPT Tegaskan Dialog Kebangsaan Mampu jadi Sarana Deradikalisasi dan Penguatan Moderasi Beragama

- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, Densus 88 Antiteror Polri, serta Pondok Pesantren LP3IA Al-Qur’an Narukan menggelar Dialog Kebangsaan Bersama Tokoh Agama dalam rangka penguatan toleransi dan moderasi beragama. Kegiatan tersebut berlangsung di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Kepala BNPT, Eddy Hartono, menegaskan dialog kebangsaan memiliki peran penting sebagai sarana pencerahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, forum dialog dinilai efektif untuk mendukung program deradikalisasi serta penguatan moderasi beragama.

“Forum dialog kebangsaan ini menjadi wadah pencerahan bagi kita semua yang hadir,” kata Eddy Hartono, Selasa (23/12).

Ia juga mendorong para mitra deradikalisasi untuk memanfaatkan momentum dialog sebagai ruang pembelajaran dan refleksi kebangsaan. Menurutnya, dialog dapat memperkuat keimanan sekaligus komitmen kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat.

“Jadi gunakan waktu ini sebaik-baiknya dan ini merupakan pencerahan dan pembekalan untuk iman kita lebih tumbuh dan berkembang dalam rangka kita mengimplementasi sebagai Warga Negara Indonesia,” ujarnya.

Penguatan nilai dialog dalam ajaran Islam turut disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. Ia menilai, dialog merupakan bagian penting dari tradisi Islam yang mendorong sikap objektif dan keterbukaan dalam berpikir.

“Awal Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW itu sebagai agama dialog. Dialog itu menjadikan orang bisa berpikir objektif,” jelas Gus Baha.

Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren LP3IA Al-Qur’an Narukan, Gus Umam, menegaskan komitmen pesantren dalam mencetak santri yang tidak hanya unggul dalam ilmu keagamaan, tetapi juga memiliki wawasan kebangsaan yang kuat.

“Pondok Pesantren Al-Qur’an selalu berkomitmen mendidik santri tidak hanya memahami ilmu agama, tetapi juga memiliki sikap toleran, menghargai perbedaan, dan cinta terhadap NKRI. Kegiatan ini menjadi bagian dari ikhtiar bersama untuk menjaga persatuan dan kedamaian bangsa,” tutur Gus Umam.

Di sisi lain, salah satu mitra deradikalisasi, Laswadi, mengungkapkan dialog kebangsaan memberikan dampak positif terhadap perubahan pemahaman keagamaan dan kebangsaan.

“Dengan adanya dialog ini akan semakin menambah keyakinan saya akan perubahan ke arah yang lebih baik dalam bernegara, berbangsa, dan beragama,” tuturnya.

Ia menilai, dialog bersama para ulama menjadi sarana yang efektif untuk meluruskan pemahaman keagamaan yang keras dan intoleran. 

“Yang intoleran itu sangat diperlukan, sangat efektif dengan dialog tentunya, sehingga dengan dialog itu juga memahami sebetulnya apa yang dirasakan oleh kawan-kawan yang pemahamannya keras,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, kegiatan dialog kebangsaan ini dilaksanakan secara luring dan daring. Acara tersebut diikuti oleh 20 mitra deradikalisasi atau mantan narapidana terorisme (eks napiter) di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta 223 narapidana terorisme yang tersebar di 36 lembaga pemasyarakatan di seluruh Indonesia, termasuk Lapas Nusakambangan.

Keterlibatan peserta dari berbagai latar belakang tersebut diharapkan dapat memperluas jangkauan pesan toleransi, moderasi beragama, dan penguatan persatuan nasional.

Editor: Sabik Aji Taufan

Tag:  #kepala #bnpt #tegaskan #dialog #kebangsaan #mampu #jadi #sarana #deradikalisasi #penguatan #moderasi #beragama

KOMENTAR