Listrik Jadi Kendala Utama Pemulihan Air Bersih Pascabanjir Aceh
JAKARTA, KOMPAS.com – Pemulihan layanan air bersih di Aceh pascabanjir masih terkendala serius akibat pasokan listrik yang belum sepenuhnya pulih.
Kondisi ini memaksa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di sejumlah wilayah mengandalkan genset berbahan bakar minyak (BBM) dengan biaya operasional yang sangat besar.
Ketua DPD Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi) Aceh, Sulaiman, mengatakan ketersediaan listrik menjadi kebutuhan paling mendesak untuk mengembalikan pelayanan air bersih bagi masyarakat terdampak bencana.
“Saat ini, kami sangat terkendala dengan listrik, ada beberapa tempat kami pakai pompa menggunakan listrik,” ujar Sulaiman dalam konferensi pers secara daring di kanal YouTube BNPB, Sabtu (20/12/2025) pukul 17.00 WIB.
Ia menjelaskan, ketika banjir melanda Aceh dan melumpuhkan pasokan listrik, instalasi pengolahan air milik PDAM terpaksa dioperasikan menggunakan genset berbahan bakar BBM.
Kondisi ini membuat operasional menjadi tidak efisien dan membebani daerah. Selama 15 hari pertama masa tanggap darurat, kebutuhan BBM untuk menjalankan genset di Kabupaten Aceh Besar saja mencapai 37 ton.
“Di Aceh besar itu, kami selama 15 hari menggunakan BBM menghabiskan 37 ton untuk genset,” jelas Sulaiman.
Meski pompa air tetap dapat dioperasikan dengan genset, Sulaiman mengakui pelayanan air bersih belum berjalan optimal karena keterbatasan daya dan distribusi.
Hingga kini, baru dua daerah yang pasokan listriknya pulih sepenuhnya, yakni Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Sementara itu, daerah lain masih dalam proses pemulihan bertahap.
Kondisi listrik di Kabupaten Pidie Jaya sudah mencapai 70 persen. Tapi, beberapa kabupaten ada yang masih 50 persen, bahkan ada yang masih 20 persen.
Selain listrik, Sulaiman menyebut sejumlah bantuan lain yang menjadi prioritas untuk mendukung pemulihan layanan air bersih, antara lain tandon atau tempat penampungan air, serta bahan kimia yang dibutuhkan untuk proses pengolahan air.
Ia juga melaporkan dampak kerusakan yang cukup parah pada infrastruktur PDAM akibat banjir bandang. Dari total 23 PDAM yang tersebar di 23 kabupaten/kota di Aceh, sebanyak 17 instalasi dilaporkan mengalami kerusakan berat.
“Selama terjadi banjir di Aceh, semua instalasi daripada air bersih atau biasa kita sebut PDAM, Aceh ada 23 kabupaten, ada 23 pdam. Cuma paling terdampak dari banjir ini ada 17 PDAM yang berat yang kita lihat,” katanya.
Dalam upaya penanggulangan bencana, PDAM di wilayah yang tidak terlalu terdampak diarahkan untuk membantu daerah lain yang mengalami kerusakan lebih parah. Namun, proses penanganan sempat terkendala akibat terputusnya jaringan komunikasi saat awal bencana.
Seiring berjalannya waktu, komunikasi antarwilayah mulai pulih. Pemerintah daerah bersama PDAM kini terus mengupayakan perbaikan infrastruktur agar layanan air bersih dapat kembali beroperasi secara optimal dan berkelanjutan.
Tag: #listrik #jadi #kendala #utama #pemulihan #bersih #pascabanjir #aceh