Bagaimana Sistem Agroforestri Menghidupkan Kembali Lahan Bekas Tambang di Malang?
Bagaimana Sistem Agroforestri Menghidupkan Kembali Lahan Bekas Tambang di Malang? (Dok. Freepik)
14:12
7 November 2025

Bagaimana Sistem Agroforestri Menghidupkan Kembali Lahan Bekas Tambang di Malang?

Baca 10 detik
    • Sistem agroforestri di lahan bekas tambang Gunung Gede mulai menunjukkan tanda pemulihan ekosistem setelah satu tahun diterapkan.
    • BRIN dan DLH Malang menyusun pedoman ilmiah untuk rehabilitasi berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat dan sektor swasta.
    • Program ini dikembangkan menjadi laboratorium edukatif serta sistem pemantauan digital berbasis teknologi.

Setahun sejak sistem agroforestri diterapkan di kawasan bekas tambang Gunung Gede, Desa Sumbersejo, Malang, tanda-tanda kehidupan kembali muncul.

Tanah yang dulu tandus kini mulai subur, ditumbuhi beragam vegetasi baru, dan perlahan memulihkan ekosistem yang sempat rusak akibat aktivitas tambang.

Menurut Titut Yulistyarini, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Ekologi BRIN, perubahan nyata terlihat setelah satu tahun pendampingan.

“Tanah yang semula tandus kini menunjukkan peningkatan kesuburan dan keanekaragaman vegetasi,” ujarnya dalam kegiatan diseminasi hasil kajian bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang.

Ilustarsi - Siapa Saja Pemegang Saham Terbesar PT Merdeka Gold Resources Tbk /freepik PerbesarIlustarsi - Siapa Saja Pemegang Saham Terbesar PT Merdeka Gold Resources Tbk /freepik

Keberhasilan ini berkat sistem tanaman sisipan seperti nangka, kelengkeng, jambu air, mangga, dan kelapa genjah. Kombinasi tanaman produktif dan pohon pelindung menciptakan ekosistem yang lebih stabil sekaligus memberi nilai ekonomi bagi masyarakat.

Peneliti BRIN lainnya, Sugeng Budiharta, menyebut pihaknya tengah menyusun protokol rehabilitasi lahan bekas tambang agar hasil penelitian dapat dijadikan pedoman ilmiah nasional. “Rehabilitasi bukan hanya soal menumbuhkan vegetasi, tetapi juga melibatkan masyarakat dan memperbaiki fungsi ekologis lahan pascatambang,” katanya.

Dari sisi kebijakan, muncul gagasan agar nilai serapan karbon dari lahan rehabilitasi masuk dalam skema pajak karbon perusahaan. DLH Provinsi Jawa Timur juga mengusulkan pengukuran laju erosi tanah sebelum dan sesudah rehabilitasi untuk menilai efektivitas pemulihan.

Tak hanya fokus pada lingkungan, proyek ini juga membuka ruang bagi pendidikan ekologi. Camat Gedangan, Teguh Susetyo, berencana menjadikan area ini sebagai laboratorium hidup bagi pelajar.

“Kami ingin anak-anak belajar langsung mengenal tanaman dan perannya menjaga alam,” ujarnya.

DLH Kabupaten Malang menegaskan bahwa keberhasilan ini adalah hasil kolaborasi lintas sektor.

Melalui program SIMPLE BANG +++ (Sistem Pemulihan Lahan Eks Tambang Berkelanjutan), pemda kini dapat memantau kondisi lahan secara digital, mulai dari proses penanaman hingga kontribusi CSR perusahaan.

Plt. Kepala DLH Malang, Ahmad Dzulfikar Nurrahman, menyimpulkan: “Pemulihan lahan bukan hanya soal menanam pohon. Ini tentang mengembalikan fungsi ekosistem dan memperkuat ketahanan pangan masyarakat.”

Upaya ini menjadi bukti bahwa pendekatan berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan partisipasi warga dapat menghadirkan harapan baru bagi lanskap yang sempat rusak.

Penulis: Muhamad Ryan Sabiti

Editor: Bimo Aria Fundrika

Tag:  #bagaimana #sistem #agroforestri #menghidupkan #kembali #lahan #bekas #tambang #malang

KOMENTAR