Kutuk Praktik Penindasan Berekspresi, Guru Besar UI Imbau Generasi Muda Berani Melawan
Ilustrasi Universitas Indonesia. [Suara.com/Supriyadi]
16:52
2 Pebruari 2024

Kutuk Praktik Penindasan Berekspresi, Guru Besar UI Imbau Generasi Muda Berani Melawan

Ketua Dewan Guru Besar UI, Harkristuti Harkrisnowo menghimbau para generasi muda untuk berani melawan kepada praktik-praktik intimidasi para pesta demokrasi, Pemilu 2024.

Hal itu disampaikan Harkristuti aksi deklarasi damai yang bertepatan dengan Dies Natalis UI ke-74 di depan Gedung Rektorat UI, Jumat (2/2/2024).

Menurut Harkristuti, para generasi muda harus mengetahui bahwa negara Indonesia sudah berbenah diri dan junjung tinggi prinsip demokratis tanpa adanya praktik intimidasi dan teror ketakutan.

"Jadi kami juga ingin mengimbau, ada anak anak kami murid murid kami mahasiswa yang menjadi generasi muda, generasi z, generasi milenial dan lainnya yang juga saya kira memang mereka belum mengetahui sejarah masa lalu. Oleh sebab itu, perlu mengetahui bahwa Indonesia sudah cukup lama bebenah diri untuk menjadi negara demokratis," ungkapnya kepada awak media.

"Mereka semuanya harus melawan apabila ada upaya-upaya untuk megintimidasi," tegas Harkristuti.

Di deklarasi kebangsaan yang disampaikan oleh para Dewan Guru Besar Universitas Indonesia itu, mereka menyebut bahwa aksi tersebut memiliki kesamaan dengan petisi yang sebelumya digaungkan oleh civitias UGM dan UII.

"Dan kami juga sepakat bahwa setiap universitas harus melakukhan langkah-langkah baik secara individual maupun cara kelompok untuk bisa menjalankan dan menjamin agar ke depan ini kita memiliki pemilu yang benar-benar diinginkan oleh rakyat Indonesia," jelasnya.

"kita juga tidak mau pada tahun 2024 ini deomkrasi kita dirusak oleh perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan etika etika bernegara," tambah Harkristuti.

Isi pesan Kebangsaan Civitas Universitas Indonesia:

Pesan Kebangsaan Sivitas Akademika UI
Genderang Universitas Indonesia bertalu kembali
Kampus kami adalah kampus perjuangan, yang telah melahirkan para petarung yang berdiri paling depan dalam menghadapi berbagai peristiwa berat bangsa ini.

Para pendahulu kami, bahkan telah menumpahkan darahnya, sebut saja Arif Rahman tahun 1965, Yun Hap di tahun 1998, dan tak terbilang pula mereka yang dipenjara tanpa pengadilan tahun 1974 dan 1978 karena menolak penguasa otoriter.

Sungguh pun tampak diam, seakan kami tenggelam dalam kerja-kerja akademik di ruang kelas, di ruang seminar, laboratorium, berdiam diri dalam tumpukan buku, atau menulis gagasan di ujung pena, kami tetap mewaspadai hidupnya demokrasi dan mewaspadai pula kedaulatan agar tetap di tangan rakyat.
Lima tahun terakhir, utamanya menjelang pemilu 2024 ini, kami kembali terpanggil untuk menabuh genderang, membangkitkan asa, dan memulihkan demokrasi negeri yang terkoyak.

Negeri kami tampak kehilangan kemudi akibat kecurangan dalam perebutan kuasa, nihil etika, menggerus keluhuran budaya serta kesejatian bangsa. Kami, warga dan alumni Universitas Indonesia prihatin atas hancurnya tatanan hukum dan demokrasi. Hilangnya etika bernegara dan bermasyarakat, terutama korupsi, kolusi, dan nepotisme yang telah menghancurkan kemanusiaan, dan merampas akses keadilan kepada kelompok-kelompok miskin terhadap berbagai hak yang berkaitan dengan kelayakan hidup.

Keserakahan atas nama pembangunan tanpa naskah akademik berbasis data, tanpa kewarasan akal budi dan kendali nafsu keserakahan, telah menyebabkan semakin punahnya sumberdaya alam hutan, air, kekayaan di bawah tanah dan laut, memusnahkan keanekaragaman hayati, dan hampir semua kekayaan bangsa kita.

Mereka lupa bahwa di dalam hutan, di pinggir sungai, danau dan pantai, ada orang ada manusia, ada flora dan fauna, dan keberlangsungan kebudayaan masyarakat adat, bangsa kita. Bangsa Indonesia.

Kami resah dan sekaligus geram atas sikap dan tindak para pejabat, elite politik dan hukum yang mengingkari sumpah jabatan mereka untuk menumpuk harta pribadi, menumpuk kekuasaan, membiarkan negara tanpa tata kelola dan digerus korupsi yang memuncak menjelang Pemilu.
Kami cemas kegentingan saat ini akan bisa menghancurkan masa depan bangsa dan ke-Indonesiaan kita.

Mr Soepomo, salah seorang perumus Konstitusi, UUD 45, Rektor UI tahun 1951-1954, pernah berpesan agar sivitas akademika Universiteit van Indonesia dengan otonomi atau kebebasan akademik yang melekat, dapat merebut kembali zaman keemasan Sriwijaya yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia.

Maka, berdasarkan ruh kebebasan akademik yang kami punya, kami berdiri di sini mengajak sivitas akademika perguruan tinggi di seluruh tanah air untuk segera merapatkan barisan guna mengawal pelaksanaan Pemilu yang adil, jujur dan bermartabat dengan:

1. Mengutuk segala bentuk tindakan yang menindas kebebasan berekspresi
2. Menuntut hak pilih rakyat dalam pemilu dapat dijalankan tanpa intimidasi dan ketakutan
3. Menuntut agar semua ASN, Pejabat Pemerintah, ABRI dan Polri dibebaskan dari paksaan untuk memenangkan salah satu paslon.
4. Menyerukan agar semua perguruan tinggi di seluruh tanah air mengawasi dan mengawal secara ketat pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di wilayah masing-masing. Mari kita jaga bersama demokrasi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai dan banggakan

Depok, 2 Februari 2024

Editor: Galih Prasetyo

Tag:  #kutuk #praktik #penindasan #berekspresi #guru #besar #imbau #generasi #muda #berani #melawan

KOMENTAR