



Kepala Sekolah Rakyat Dididik Jadi Pemimpin yang Tak Sekadar Beri Arahan
- Retret Kepala Sekolah Rakyat memasuki hari ke-3, para peserta didorong agar menjadi pemimpin yang tak sekadar memberi arahan kepada bawahannya.
Materi retret kali ini dibawakan oleh pihak Kementerian Sosial dan Kementerian Agama.
Staf Ahli Menteri Bidang Perubahan dan Dinamika Sosial Kemensos, Edi Suharto, mengatakan bahwa seorang kepala sekolah bukan sekadar manajer administratif, melainkan pemimpin yang mampu menghadirkan perubahan nyata di lingkungan sekolah.
“Kepala sekolah harus hadir secara utuh, baik secara fisik maupun sosial, untuk membangun kedekatan dengan guru, siswa, dan seluruh komunitas pendidikan,” kata Edi di Aula Pusdiklatbangprof di Jakarta Selatan, Rabu (18/6/2025).
“Kami diberi tugas untuk memberikan penguatan, terutama terkait peningkatan motivasi dan empati sosial kepala sekolah. Kita juga memberikan pengayaan terkait dengan motivasi dan empati,” jelasnya.
Dia menekankan bahwa hari ini pihaknya akan memberikan materi untuk tiga aspek. Yang pertama adalah memperkaya pengetahuan soal motivasi dan empati sosial.
“Pemimpin yang efektif adalah sosok yang mampu memberi inspirasi, mendengarkan dengan baik, bukan hanya sekadar memberikan arahan,” lanjut dia.
“Mendengarkan adalah kunci untuk memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi berbagai pihak di sekolah. Dari sana, muncul solusi yang lebih tepat dan relevan,” ungkapnya.
Dia juga menekankan bahwa seorang kepala sekolah harus menjadi sumber motivasi yang tak pernah padam.
Kepala sekolah harus hadir dengan semangat tinggi, mampu membangkitkan energi kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
“Empati menjadi nilai penting agar setiap keputusan dan kebijakan lahir dari pemahaman terhadap kondisi nyata yang dihadapi oleh guru dan siswa,” ungkap dia.
“Tidak kalah penting, seorang pemimpin harus bergerak cepat dan responsif terhadap situasi yang berubah. Ketika masalah muncul, solusi tidak boleh tertunda. Ketika peluang datang, harus segera direspons,” tegasnya.
Seorang kepala sekolah harus memimpin untuk tujuan bersama, bukan untuk kepentingan pribadi.
Ia tidak hanya memberi instruksi, tetapi juga menginspirasi dan memotivasi seluruh elemen sekolah untuk bersama-sama meraih hasil optimal.
Komunikasi menjadi kunci penting. Pemimpin yang baik harus mampu berkomunikasi dengan jelas, terbuka, dan membangun dialog dua arah.
Dari komunikasi inilah muncul saling pengertian dan komitmen kolektif.
“Dengan semua karakter ini—inspiratif, komunikatif, penuh semangat, empatik, dan responsif—seorang kepala sekolah akan mampu membawa sekolah rakyat menjadi ruang tumbuh yang bermakna bagi semua,” kata dia.
Dia menjelaskan bahwa berdasarkan arahan dari Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf, penting untuk menekankan integrasi bagi para pemimpin.
Hal ini dinilai penting agar pemimpin bisa memberi arah, mampu memberikan semangat, inspirasi, dan lain-lain.
Kemensos merumuskan nilai kepemimpinan dalam singkatan "LEADER". Huruf L adalah singkatan dari "listening" yakni kemampuan mendengarkan; E untuk "enthusaistic" atau penuh semangat-motivasi; A adalah "acceptance" yang artinya penerimaan terhadap kondisi murid-murid; D adalah "determintation" atau tekad-keberanian membuat keputusan dan arahan; E adalah "emphathy"; dan R yakni "responsive" atau cepat tanggap.
“Harapannya, kepala sekolah yang telah dibekali pengetahuan ini mampu membawa pengalaman dan semangat ini untuk dipraktikkan. Diharapkan juga ini menjadi bekal yang menguatkan kepada mereka sehingga bisa diterapkan di lapangan,” tegas dia.
Adapun pemateri dalam retret yang dijalankan dalam lima hari ini akan diisi oleh berbagai instansi, di antaranya Kemensos, Kemenag, Kemendikdasmen, Tim Formatur Sekolah Rakyat, hingga Kepala Sekolah SMA Unggulan CT Arsa Foundation Sukoharjo.
Tag: #kepala #sekolah #rakyat #dididik #jadi #pemimpin #yang #sekadar #beri #arahan