



Kepergok Nebeng Patwal saat Kejebak Macet, Dedi Mulyadi Kena Sentil: Awas Kena E-Tilang
Bukan Dedi Mulyadi jika tidak bikin publik gempar. Gubernur Jawa Barat (Jabar) itu baru-baru ini kembali bikin kehebohan karena kepergok nebeng sepeda motor. Momen langka itu viral setelah video amatir yang merekam peristiwa itu beredar di media sosial, belum lama ini.
Dilihat dari video yang turut dibagikan akun Instagram, rekam24.id pada Kamis (12/6/2025), Dedi Mulyadi terlihat mendadak turun dari mobil Toyota Alphard berkelir putih saat sedang dalam perjalanan.
Berdasar narasi dalam video itu, alasan Dedi Mulyadi turun karena terjebak macet di jalan raya. Disebutkan jika peristiwa itu terjadi saat Dedi Mulyadi hendak menghadiri acara Peresmian Kampus Bela Negara Universitas Pertahanan RI oleh Bapak Presiden RI di Sentul, Bogor pada Rabu (11/6/2025) kemarin.
Dalam video tersebut, Dedi yang mengenakan jas putih dan peci hitam langsung berlari setelah turun dari mobil. Sejumlah orang termasuk Bupati Bogor Rudi Susmanto turut mengikuti Dedi Mulyadi yang turun dari Alphard.

Berdasar video viral itu, Dedi Mulyadi terlihat menaiki sepeda motor gede alias moge yang sedang dibawa oleh petugas Patwal. Momen Dedi Mulyadi nebeng motor petugas Patwal pun turut menjadi sorotan para pengguna kendaraan yang sedang terjebak kemacetan.
Bahkan, terdengar suara perempuan yang merekam kejadian itu turut memanggil-manggil nama Dedi Mulyadi ketika sedang dibonceng oleh petugas Patwal.
"Bapak," pekik pemotor wanita sembari merekam menggunakan gawainya.
Teriakan itu pun sempat digubris oleh Dedi Mulyadi dengan melambaikan tangan saat meninggalkan lokasi kemacetan.
Sontak video viral Dedi Mulyadi nebeng moge Patwal saat terjebak kemacetan menuai sorotan. Namun, momen itu memicu pro-kontra dari kalangan netizen. Ada yang memuji dan ada yang mengkritik tindakan Dedi karena tidak menggunakan helm saat sedang dibonceng anggota Patwal.
"Sumpah ini gubernur terbaik di Indonesia," puji salah sat netizen.
"Hati-hati pak ga pake helm entar kena e-tilang," timpal netizen lainnya.
"Gpp gak pake helm, pemujanya membela sih, walaupun salah tetap benar dan sah," sindir netizen lainnya.
"Konten tapi bukti nyata nya mantap. Iri yaaa," tulis netizen membela Dedi Mulyadi.
![Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (tengah) didampingi Waki Kota Depok Supian Suri (kiri) berbincang dengan siswa saat menghadiri pelepasan peserta program Pembinaan Karakter dan Bela Negara di Markas Divisi Infanteri 1 Kostrad, Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (9/6/2025). [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/bar]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/10/89096-penutupan-pembinaan-karakter-barak-milter-depok-program-barak-militer-dedi-mulyadi-kdm.jpg)
Diketahui, Dedi Mulyadi tak pernah luput dari sorotan publik terkait sejumlah kebijakan yang diberlakukannya setelah menjadi Gubernur Jabar. Salah satunya yakni program barak militer untuk siswa-siswa yang dianggap 'nakal' yang menuai pro-kontra di tengah masyarakat.
Setelah program kirim anak-anak 'nakal' ke barak militer, Dedi Mulyadi lagi-lagi menjadi sorotan setelah mengeluarkan kebijakan untuk menghapus pekerjaan rumah alias PR untuk para murid.
Kebijakan anyar itu disampaikan oleh Dedi Mulyadi melalui video singkat yang diunggahnya di akun TikTok resmi, @dedimulyadiofficial, beberapa waktu lalu. Selain menghapus PR, Dedi Mulyadi meminta agar siswa masuk ke sekolah pukul 06.00 pagi.
Program baru yang digarap oleh Dedi Mulyadi itu pun menuai kritik dari sejumlah kalangan, salah satunya dari Wakil Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi PKB, Lalu Hadrian Irfani.
Lalu menilai pemberian PR merupakan bagian dari strategi pembelajaran yang menjadi kewenangan guru, bukan kepala daerah.
“Guru adalah pihak yang paling memahami kebutuhan dan karakteristik siswanya. Karena itu, keputusan untuk memberikan PR atau tidak seharusnya diserahkan kepada guru, bukan dibatasi secara sepihak oleh kepala daerah,” kata Lalu Ari kepada wartawan, Rabu (11/6/2025).
Ia mengingatkan, bahwa pendidikan bersifat kontekstual, dan strategi belajar seperti PR bisa jadi relevan untuk sebagian siswa dalam menguatkan pemahaman materi.
“Tidak semua siswa punya kondisi belajar yang sama di rumah. Ada yang butuh penguatan lewat PR, ada juga yang tidak. Di sinilah pentingnya diskresi guru dalam menentukan metode belajar yang paling sesuai,” ujarnya.
Tag: #kepergok #nebeng #patwal #saat #kejebak #macet #dedi #mulyadi #kena #sentil #awas #kena #tilang