



Komnas HAM RI Siap Kawal Kasus Pembunuhan Kesya di Sorong
Ibunda almarhumah Kesya, Aminah, yang didampingi juga oleh Bapak David Kapisa selaku Kepala Suku Biak Sorong Raya Papua Barat, diterima oleh Komisioner Komnas HAM Saurlin P. Siagian.
Menurut Paul Finsen Mayor, keluarga Kesya berada di Jakarta dalam rangka safari keadilan.
Mereka mengetuk hati berbagai lembaga dan instansi agar memberi perhatian terhadap kasus yang menimpa mereka.
Setelah sebelumnya bertemu Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin dan direspons positif, di mana DPD RI siap mengawal proses hukum agar berjalan sesuai prosedur dan juga akan melakukan langkah advokasi.
"Hari ini kita mengadu ke Komnas HAM. Intinya, sama keluarga almarhum bisa mendapat keadilan dan pelaku diadili sesuai hukum yang berlaku," kata Paul, Selasa 25 Februari 2025.
Aminah, ibunda almarhumah Kesya, mengaku belum puas dengan proses hukum yang berjalan sampai sekarang.
Pihak keluarga menilai banyak kejanggalan yang ditemukan dari perjalanan kasus pembunuhan anaknya.
Seperti saat reka ulang, di mana kronologi yang diutarakan dari pihak Pomal Lantamal XIV Sorong berbeda dengan yang diucapkan pelaku.
Keluarga korban juga menduga ada pelaku lain selain Kelasi Satu TTU Agung Suyono Wahyudi Ponidi yang sudah ditetapkan sebagai tersangka.
"Kami minta Komnas HAM turun tangan. Kami ingin kasus ini bisa terang benderang dan merasakan bahwa ada keadilan bagi rakyat kecil seperti kami. Pembunuhan ini bukan pembunuhan biasa, tetapi sangat keji dan biadab. Terlebih lagi, pelakunya adalah oknum anggota TNI terhadap rakyat sipil," tutur Aminah.
Menanggapi aduan keluarga Kesya, Komisioner Komnas HAM Saurlin P.
Siagian mengaku pihaknya sudah mengikuti kasus tersebut jauh hari.
Pihaknya siap memproses kasus pembunuhan tersebut dengan segala daya upaya yang mampu dilakukan.
"Kami akan pelajari kembali perjalanan kasusnya. Kami siap membantu, siap mendorong, mengawal, dan turun langsung dalam proses hukum untuk mengungkap kasus Kesya ini dengan seterang mungkin. Semoga almarhumah Kesya beserta keluarga mendapat keadilan," papar dia.
Sebelumnya, Kepala Seksi Penyelidikan dan Kriminal Lidkrim POMAL Lantamal XIV Sorong Mayor PM Anton Sugiharto menjelaskan peristiwa tersebut terjadi pada Minggu, 13 Februari 2025, sekitar pukul 01.00 WIT.
Korban dijemput di rumah oleh saksi berinisial S bersama beberapa temannya dan menuju sebuah tempat hiburan malam (THM) di Kota Sorong.
Dari keterangan saksi, korban dan pelaku awalnya tidak saling mengenal.
Mereka baru berkenalan di tempat hiburan malam sekitar pukul 02.00 WIT.
Setelah bersenang-senang sekitar pukul 03.00 WIT, teman pelaku hendak pulang, dan korban pun ingin ikut mengantar.
Korban kemudian kembali ke tempat hiburan malam lalu menemui saksi S dan beberapa teman-temannya di dalam.
Pada pukul 04.30 WIT, korban dan pelaku keluar menggunakan mobil jenis minibus hitam, sedangkan teman-teman mereka menggunakan kendaraan masing-masing.
Keduanya sempat berkumpul di Tembok Berlin, area reklamasi, dan menenggak minuman keras.
Setelah sempat bercengkrama, saksi S mengajak korban untuk pulang, tetapi ditolak karena korban ingin diantar oleh pelaku.
Keduanya kemudian menuju sebuah hotel untuk check-in, namun gagal, dan akhirnya melanjutkan perjalanan ke Pantai Saoka.
Dalam perjalanan, mereka berhubungan intim.
Setelah itu, pelaku dan korban menuju ke sebuah hotel dengan tujuan check-in, namun gagal sehingga menuju ke Saoka, kata Anton.
Keduanya dalam kondisi dipengaruhi minuman keras.
Dalam perjalanan, mereka sempat berhubungan intim, sambungnya.
Mayor Anton Sugiharto mengungkapkan peristiwa tragis terjadi akibat cekcok antara pelaku dan korban.
Pelaku yang merasa belum puas kemudian mengambil sangkur dan menikam korban sebanyak 32 kali di bagian dada dan punggung. "Kami masih mencari barang bukti sangkur yang dipakai pelaku menikam korban," jelasnya.
Pihak POMAL telah mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk pakaian korban, sarung sangkur, mobil, dan rekaman CCTV dari THM.
Hingga kini, empat orang saksi telah diperiksa, termasuk saksi S yang menjemput Kesya Lestaluhu. "Saya tegaskan, korban dan saksi masuk ke tempat hiburan tidak sama. Pelaku masuk pukul 23.00 WIT, dan korban masuk pukul 01.00 WIT," katanya.
Ibunda almarhumah Kesya, Aminah, yang didampingi juga oleh Bapak David Kapisa selaku Kepala Suku Biak Sorong Raya Papua Barat, diterima oleh Komisioner Komnas HAM Saurlin P. Siagian.
Menurut Paul Finsen Mayor, keluarga Kesya berada di Jakarta dalam rangka safari keadilan.
Mereka mengetuk hati berbagai lembaga dan instansi agar memberi perhatian terhadap kasus yang menimpa mereka.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).