



Siapa Pengganti Paus Fransiskus? Simak 5 Daftar Calon Kardinal Kuat yang Jadi Penerus Berikutnya
Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik di dunia, akhirnya meninggal dunia pada Senin (21/4/2025) pagi setelah berjuang melawan sakit pneumonia ganda dalam beberapa bulan terakhir.
Paus pertama asal Amrika Latin yang meninggal di usia 88 tahun ini akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 07.35 Waktu setempat.
Dikutip dari Legit, salah satu paus tertua dalam sejarah Gereja Katolik Roma ini membuat Vatikan dan dunia mengalami masa berkabung besar-besaran.
Kendati demikian, sosok yang bakal menggantikan atau menjadi paus berikutnya pun tak kalah ramai dibicarakan.
Di masa berkabung ini, Vatikan akan segera mengadakan konklaf kepausan atau sebuah tradisi turun temurun untuk memilih paus baru sejak abad ke-13, dengan 138 elektor yang berhak memberikan suara.
![Paus Fransiskus (Jorge Mario Bergoglio). [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/22/26466-paus-fransiskus-jorge-mario-bergoglio-ist.jpg)
Hingga Januari 2025, terdapat 138 elektor dari 252 kardinal, dan hanya mereka yang berusia di bawah 80 tahun yang diizinkan untuk memberikan suara.
Sidang dengar pendapat umumnya melibatkan beberapa putaran pemungutan suara dan dibutuhkan mayoritas dua pertiga agar seorang kandidat dapat terpilih.
Proses ini diperkirakan memakan waktu sekitar 15 hingga 20 hari. Lantas, siapa saja tokoh-tokoh kuat yang potensial menjadi paus berikutnya? simak daftar 4 kardinal-kardinal utama yang bisa menggantikan Paus Fransiskus:
1. Kardinal Pietro Parolin
Di usianya yang ke-70, Kardinal Parolin adalah Sekretaris Negara Vatikan saat ini dan memegang jabatan tertinggi di antara para kardinal yang berhak memberikan suara.
Ia dikenal sebagai tokoh moderat, Parolin telah mendapatkan kehormatan atas ketajaman diplomatiknya dan pendekatan yang seimbang terhadap isu-isu politik dan teologis.
Ia baru-baru ini menyuarakan pendapatnya tentang diplomasi internasional, termasuk perlunya solusi damai untuk konflik global.
"Setiap orang dapat berkontribusi untuk perdamaian, tetapi solusinya tidak boleh ditempuh melalui pemaksaan sepihak yang berisiko menginjak-injak hak seluruh masyarakat," tegas Parolin.
2. Kardinal Peter Erdö
Kardinal Erdö, Uskup Agung Esztergom-Budapest, dikenal karena pandangannya yang konservatif dan telah menjadi pengkritik keras kebijakan gereja yang lebih progresif.
Di usianya yang ke-72, ia merupakan salah satu tokoh terkemuka gereja dalam hal nilai-nilai Katolik tradisional, khususnya mengenai isu-isu seperti perceraian dan pernikahan ulang.
"Kita tidak boleh membiarkan sakramen diperlakukan dengan tidak hormat. Pernikahan tidak dapat dipisahkan, dan gereja harus melindungi ajaran sucinya," kata Erdö.
3. Kardinal Luis Antonio Tagle
Di usianya yang ke-67, Kardinal Tagle dari Filipina dianggap sebagai tokoh progresif dalam Gereja.
Ia telah menganjurkan pendekatan yang lebih inklusif terhadap isu-isu LGBT dan mengkritik bahasa kasar yang secara historis digunakan terhadap komunitas-komunitas tertentu.
Sikapnya yang lebih inklusif sejalan dengan visi Paus Fransiskus, yang menjadikannya calon penerus dengan pendekatan yang sama terhadap keadilan sosial.
"Kata-kata kasar yang digunakan di masa lalu untuk merujuk pada kaum gay dan orang-orang yang bercerai dan berpisah... menyebabkan mereka terisolasi dari masyarakat luas," kata Tagle.
4. Kardinal Matteo Zuppi
Kardinal Zuppi, yang merupakan favorit Paus Fransiskus, berusia 69 tahun dan pernah menjabat sebagai presiden Konferensi Episkopal Italia.
Ia dikenal karena misi diplomatiknya, ia telah bekerja dalam negosiasi perdamaian, termasuk upaya di Ukraina.
Zuppi juga dikenal karena sikap progresifnya terhadap isu-isu LGBTQ dan seruannya bagi Gereja untuk mengadopsi pendekatan yang lebih pastoral.
"Kita perlu mendorong dialog dan pemahaman antara Gereja dan komunitas LGBT," tulis Zuppi pada tahun 2018.
5. Kardinal Raymond Leo Burke
Kardinal Burke, 74 tahun, dikenal karena pandangan tradisionalisnya dan sering mengkritik kebijakan Paus Fransiskus yang lebih liberal.
Sebagai mantan pejabat Vatikan, Burke secara terbuka menentang banyak perubahan yang diterapkan di bawah Paus Fransiskus, khususnya mengenai perlakuan terhadap umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi.
Pandangannya tentang isu-isu seperti kontrasepsi buatan dan pernikahan sesama jenis membuatnya menjadi tokoh yang memecah belah di Gereja.
"Politisi Katolik yang mendukung aborsi yang dilegalkan seharusnya tidak menerima Ekaristi," kata Burke.
Kontributor : Maliana
Tag: #siapa #pengganti #paus #fransiskus #simak #daftar #calon #kardinal #kuat #yang #jadi #penerus #berikutnya