



Viral Tagar #KaburAjaDulu (1), WNI di Luar Negeri Bilang Bukan Tak Nasionalis, Hanya Cari Peluang
Tanda pagar atau tagar Kabur Aja Dulu, belakangan ramai diserukan di sosial media. Kabur yang dimaksud adalah pergi dari Indonesia dan ke luar negeri. Entah itu untuk bekerja maupun melanjutkan studi.
Tak hanya menjadi topik hangat di dunia maya, tagar #KaburAjaDulu ini disinyalir sebagai ekspresi publik, terutama di kalangan muda, dalam menyikapi situasi dan kondisi ekonomi, politik, dan sosial di Indonesia.
Ironisnya, viral tagar #KaburAjaDulu mendapat tanggapan sinis dari beberapa pejabat. Bahkan ada yang memberikan label tidak nasionalis kepada WNI yang bekerja di luar negeri, "Saya malah meragukan nasionalisme kalian".
Pernyataan itu dilontarkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia. Lantas, benarkah mereka (Warga Negara Indonesia) yang tinggal di negeri orang itu tidak nasionalis?
Muhammad Irham Hafiyyan, seorang WNI yang saat ini bekerja sebagai koki di sebuah restoran mewah di Maldives (Maladewa), turut mengungkapkan pandangannya terkait pejabat yang meragukan nasionalis pekerja migran.
"Yah saya rasa gak masuk akal kalau ada statement kaya gitu yang keluar dari mulut pejabat, sedangkan gak semua yang di sini itu kepikiran buat pindah warga negara" tutur Irham kepada JawaPos.com, Minggu (23/2).
Meski dengan bekerja di luar negeri, laki-laki asal Surabaya itu mengaku bisa mendapat upah tiga sampai empat kali lipat dari upah pekerjaannya di indonesia, tak terbesit sekalipun di pikiran Irham untuk menetap di negara orang.
"Berkali-kali ditanya sama teman, jawaban saya sama. Saya gak ada keinginan untuk menetap (di luar negeri), bisa sampai kerja di Australia, di Maldives ya ikut alur saja, selagi ada kesempatan," imbuhnya.
Sikap pemerintah yang sinis cukup disayangkan. Irham menuturkan bahwa ada banyak orang yang rela meninggalkan keluarganya di Indonesia, kemudian bekerja di luar negeri itu demi kehidupan kelak yang lebih baik.
"Dan lagi, mereka (pemerintah) seharusnya bisa lihat karena bekerja di luar negeri, jadi bisa kirim uang yang ada di Indonesia, itu kan juga bantu negara. Jadi statement itu gak berdasar," ucap laki-laki berusia 26 tahun tersebut.
Senada, Ahmad Alifi Shodiq, WNI yang saat ini bekerja di bidang konstruksi di Jepang, juga menyayangkan sikap pemerintah. Menurutnya, pemerintah perlu lebih membuka mata untuk mengetahui bagaimana kondisi rakyatnya.
"Mungkin pejabat yang memberikan komentar itu, tidak pernah melihat masyarakat di bawah, yang benar-benar kesulitan untuk mendapat pekerjaan," ujar Alifi yang sudah hampir satu tahun bekerja dan tinggal di Jepang.
Meskipun mendapatkan pekerjaaan, lanjut Alifi, masyarakat ditampar kenyataan dengan gaji rendah dan tidak sebanding. Belum lagi minimnya gaji itu harus berkelahi dengan kebutuhan hidup yang serba mahal.
"Gaji kecil, gak sebanding kebutuhan pokok. Lalu gimana kita bisa nabung? pemerintah harusnya melihat ini, bukan menuduh kami yang banting tulang di luar negeri, tidak nasionalis!" seru laki-laki asal Pemalang itu.
Sementara itu, Pakar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Radius Setiyawan menilai, tagar #KaburAjaDulu adalah ungkapan perasaan masyarakat terhadap kebijakan yang tidak berpihak kepadanya.
“Kemunculan #KaburAjaDulu adalah bentuk tanggapan cepat atas persoalan yang terjadi. Hal itu adalah ekspresi kemarahan, kekecewaan, keputusasaan dan protes anak-anak muda kepada pemerintah," ujarnya, Minggu (23/2).
Menurut Radius, anggapan bahwa masyarakat yang bekerja atau bersekolah di luar negeri tidak nasionalisme adalah keliru. Justru tagar #KaburAjaDulu adalah bagian dari rasa cinta generasi muda terhadap Indonesia.
"Menurut saya itu bagian dari kecintaan mereka terhadap Indonesia. Bukan persoalan nasionalisme, justru GenZ mengungkapkan ekspresi kecewa dan pemerintah harus melihat itu," tandas Pakar Sosiologi UMS itu. (*)
Tag: #viral #tagar #kaburajadulu #luar #negeri #bilang #bukan #nasionalis #hanya #cari #peluang