



Melihat Super Tucano TNI AU, Si Penerus ''Cocor Merah''
- Tiga pesawat tempur Embraer EMB-314 Super Tucano berkelir abu-abu terparkir di Hanggar Skadron Udara 21, Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur, Kamis (20/2/2025).
Sejumlah mekanik terlihat mengecek kesiapan pesawat tersebut sebelum digunakan oleh pilot TNI Angkatan Udara dalam misi latihan terbang. Tentu mereka tak ingin kecolongan untuk memastikan pesawat dalam kondisi prima sebelum terbang.
Penampakan pesawat tempur ringan counter insurgency (COIN) buatan pabrikan Embraer, Brasil ini terbilang unik.
Moncong pesawat yang berkelir mata dan mulut hiu sukses menyita perhatian setiap orang yang melihatnya. Terlebih, gigi hiu yang tajam dengan kelir merah menambah kesan gahar dan sangar pada pesawat yang dapat diawaki dua orang pilot itu.
Komandan Skadron Udara 21 (Danskadron), Letkol Pnb Sufriadi mengungkapkan, Super Tucano merupakan salah satu alat utama sistem senjata (alutsista) penting milik TNI AU di dalam mendukung sistem pertahanan udara Indonesia.
Pesawat ini merupakan pesawat tempur taktis yang dapat mendukung multi misi seperti pengintaian, close air support, hingga penumpasan pemberontak.
"Pesawat Super Tucano ini sebenarnya pesawat kontrainsurgensi. Jadi pesawat tempur yang memiliki low speed, sehingga dia mampu bermanuver lincah di pegunungan, di hutan, dan sebagainya di altitude yang rendah," jelas Sufriadi saat ditemui pada Kamis di Skadron Udara 21.
"Jadi dibutuhkan memang low speed sehingga pada saat kita melaksanakan operasi atau penyerangan terhadap suatu sasaran, tidak membutuhkan waktu lama lagi sehingga kita bisa kembali lagi ke situ. Jadi tidak perlu memerlukan wilayah yang luas dan tentunya untuk efektivitas pelaksanaan penyerangan," tambahnya.
Selain operasi intelijen udara, operasi pengamatan, pengintaian, hingga perlawanan juga dapat dilakukan oleh pesawat ini.
"Operasi-operasinya antara lain adalah operasi patroli udara, pengamanan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) II, pengamanan wilayah perbatasan Ambalat, dan ada beberapa operasi-operasi lain lagi," ujarnya.
Latihan pilot tempur
Selain kemampuannya dalam operasi udara, pesawat ini juga digunakan untuk latihan para penerbang TNI AU.
Setiap hari, para penerbang di Skadron Udara 21 akan dilatih kemampuan terbangnya dari berbagai tingkatan. Latihan ini, diakui Sufriadi, juga bagian dari tugas Skadron Udara 21.
"Kita di sini sebenarnya ada dua tugas, yaitu pembinaan kemampuan untuk para penerbangnya dalam hal ini latihan-latihan. Kita setiap hari melaksanakan latihan, baik itu latihan perorangan, tentunya bertingkat latihan perorangan, peningkatan kualifikasi, latihan satuan, kemudian latihan antarsatuan," ungkapnya.
"Kemudian latihan puncak yang dilaksanakan oleh TNI Angkatan Udara, bahkan latihan gabungan yang dilaksanakan oleh Mabes TNI," sambung dia.
Menurutnya, latihan itu dilakukan dalam rangka pembinaan kemampuan atau peningkatan kualifikasi setiap penerbang.
Tak hanya itu, soal profesionalisme penerbang juga diutamakan melalui pelatihan, dengan harapan mereka dapat siap ketika sewaktu-waktu operasi digelar.
Penerus Cocor Merah
Kelir merah bak mulut hiu yang menghiasi moncong Super Tucano tentu mengingatkan pada pesawat Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), sebutan TNI AU di era kemerdekaan, P-51D Mustang.
Masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah Halim Perdanakusuma, Jakarta atau mereka yang ingin terbang dari Bandara Halim Perdanakusuma tentu tidak asing dengan penampakan pesawat P-51D Mustang ini ketika melewati pintu gerbang Base Ops Halim Perdanakusuma.
Kelir mulut hiu pada moncong pesawat buatan North American Aviation itu serupa dengan Super Tucano buatan Embraer.
Indonesia pernah punya 40 unit Mustang yang diserahkan kepada AURI sebagai bagian dari penandatanganan perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 2 November 1949. Dalam putusannya, Militaire Luchtvaart atau Angkatan Udara Belanda akan dilukuidasi oleh AURI.
Hasilnya, lusinan pesawat Belanda pun diserahkan kepada AURI, termasuk 40 unit P-51D Mustang.
Sufriadi mengatakan, Mustang yang dipakai AURI saat itu dijuluki "Cocor Merah". Sama seperti Super Tucano, Mustang juga banyak membantu pergerakkan pasukan darat dan laut di dalam sebuah serbuan operasi pasca-kemerdekaan.
Salah satunya penumpasan gerakan separatis Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera pada 1955. Saat itu, pesawat Mustang yang diterbangkan Kapten Udara Ignatius Dewanto berhasil menembak jatuh pesawat B-26 Invader milik Angkatan Udara Revolusioner (AUREV) Permesta yang dipiloti Allen Pope, berkebangsaan Amerika Serikat.
Sufriadi tak menyangkal jika banyak yang mengira Super Tucano adalah penerus dari "Cocor Merah" karena ketangguhan dan kemampuan yang dimiliki dalam operasi udara.
"Pesawat Mustang itulah pendahulunya (Super Tucano). Dulu di sini itu pesawat Mustang kemudian digantikan oleh Super Tucano," katanya.
"Nah, Cocor Merah itu memang ada beberapa yang menjulukkan Cocor Merah. Karena memang dulu Mustang itu legendanya memang Cocor Merah," ucap Sufriadi.