



Berita Hoaks Berseliweran di Medsos, KPI: Pers Harus Menjadi Penjernih
- Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Ketua Bidang Kelembagaan I Made Sunarsa mengatakan, televisi dan media pers saat ini harus menjadi penjernih untuk meluruskan berita bohong (hoaks) di media sosial.
Dalam diskusi "Distrupsi Berganda Terhadap Media Massa" bersama Pengajar Universitas Multimedia Nusantara Ignatius Haryanto, dan Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo, I Made menyinggung soal tugas KPI dan media pers yang harus meluruskan berita hoaks.
"Teman-teman di media pers saat ini harus menjadi verifikator. Harus capek lagi tuh menjadi penjernih," kata Sunarsa, dalam diskusi yang digelar daring dan luring, Kamis (20/2/2025).
Ia menuturkan, zaman dulu dan zaman sekarang dengan perkembangan digital mengharuskan media pers dan KPI "dibebani" tugas sebagai penjernih.
Sunarsa mengatakan, saat ini banyak ditemukan unggahan di media sosial dengan informasi yang kurang valid.
"Saya bilang dulu tidak bisa, kita tidak dibebani untuk menjadi penjernih. Tapi, karena di medsos, media-media online yang tidak jelas, memberitakan segala hal, akhirnya memberikan beban lagi kepada televisi, memberikan beban kepada media pers untuk menjadi penjernih," ujar dia.
Dengan tugas tersebut, ia berharap KPI dan media pers dapat memberikan informasi atau berita sesuai faktanya.
"Menjadi penjernih berita-berita yang sembarangan, berita-berita hoaks. Ini kita lakukan. Mudah-mudahan ini bisa menjadi bagian dari solusi ke depan," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Pengajar Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Ignatius Haryanto mengatakan, media pers masih bisa bertahan di tengah gempuran media sosial.
Meski demikian, Ignatius mengakui bahwa media pers saat ini sedang tidak baik-baik saja karena sejumlah hal.
"Harus mengakui bahwa media kita tidak sedang baik-baik saja. Ada media yang mengedepankan konten-konten (berita) click bait, ada media partisan, apalagi kemarin setelah pemilu," tutur dia.
Cepatnya perkembangan digital, termasuk kecerdasan buatan (AI), menjadi tantangan tersendiri bagi masa depan media pers.
"Kita masih bisa bertahan kalau mendekati publik, artinya melihat apa yang dibutuhkan publik, memahami apa yang mereka kehendaki," imbuh dia.
Tag: #berita #hoaks #berseliweran #medsos #pers #harus #menjadi #penjernih