Mahasiswa Untag Surabaya Kembangkan Alat Deteksi Kualitas Minyak Goreng Berbasis Fuzzy
Adhitiya Dwijaya Ariyannto, mahasiswa Teknik Elektro Untag Surabaya, ciptakan alat untuk mendeteksi kualitas minyak goreng sawit dengan sistem berbasis fuzzy. (Adhitiya untuk JawaPos.com)
13:40
20 Februari 2025

Mahasiswa Untag Surabaya Kembangkan Alat Deteksi Kualitas Minyak Goreng Berbasis Fuzzy

–Penggunaan minyak goreng secara berulang dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Berangkat dari kepedulian terhadap isu tersebut, Adhitiya Dwijaya Ariyannto, mahasiswa Teknik Elektro Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, menciptakan alat yang mampu mendeteksi kualitas minyak goreng sawit dengan sistem berbasis fuzzy. Inovasi ini menjadi bagian dari tugas akhirnya di program studi Teknik Elektro.

Gagasan ini muncul ketika Adhitiya menjalani magang di PT Smart Tbk saat masih berkuliah di D3 Teknik Elektronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Saat itu, dia menyadari bahwa minyak goreng sawit alami memiliki warna kuning cerah yang berbeda dengan minyak bekas pakai. Dari pengalaman tersebut, dia mulai mencari cara untuk menganalisis kualitas minyak goreng secara objektif.

”Saya melihat bahwa warna minyak goreng sawit yang masih baru jauh lebih cerah dibandingkan dengan minyak bekas. Dari situ, saya mulai berpikir bagaimana cara mengukur kualitasnya dengan lebih akurat,” ujar Adhitiya di Surabaya.

Dalam pengembangannya, dia memilih metode fuzzy karena kemampuannya dalam menangani data yang bersifat tidak mutlak.

”Metode ini cukup sederhana, tetapi dapat memberikan klasifikasi yang tepat. Saya menggunakan tiga variabel utama, yaitu warna, kejernihan, dan bau minyak goreng,” jelas Adhitiya Dwijaya Ariyannto.

Alat ini mengandalkan tiga sensor utama, yakni sensor warna, sensor kekeruhan, dan sensor gas. Sensor-sensor tersebut akan mengumpulkan data yang kemudian diproses mikrokontroler dan dikirim ke PC atau laptop untuk dianalisis menggunakan antar muka GUI Matlab. Hasil analisis akan mengkategorikan minyak goreng dalam tiga tingkat kelayakan. Layak digunakan, cukup layak, dan tidak layak digunakan.

Menurut Adhitiya, alat ini memiliki tingkat akurasi hingga 90 persen dibandingkan dengan metode observasi manual. Namun, dalam proses pengembangannya, dia menghadapi berbagai kendala teknis.

”Salah satu tantangan utama adalah sensor gas yang awalnya tidak dapat mendeteksi bau dengan baik. Saya juga harus melalui beberapa kali percobaan untuk menentukan jarak ideal antara sensor dan sampel minyak goreng, hingga akhirnya menemukan bahwa jarak terbaik adalah 1–2 cm,” ungkap Adhitiya Dwijaya Ariyannto.

Pembuatan alat ini memakan waktu sekitar enam bulan. Kesibukan pekerjaan membuatnya harus mengerjakan proyek ini di waktu luangnya. Selain itu, proses pengumpulan sampel minyak goreng untuk uji coba juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

Dalam pengujian, Adhitiya menggunakan minyak goreng bekas yang telah digunakan untuk menggoreng berbagai jenis makanan, seperti tahu, tempe, telur, ikan, dan ayam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa jenis bahan makanan yang digoreng berpengaruh terhadap kualitas minyak.

”Minyak yang digunakan untuk menggoreng bahan makanan nabati seperti tahu dan tempe cenderung tetap jernih dan tidak mengalami perubahan warna yang signifikan. Sementara itu, minyak yang digunakan untuk menggoreng daging, ikan, atau telur, lebih cepat berubah warna menjadi kecoklatan dan lebih keruh,” jelas Adhitiya Dwijaya Ariyannto.

Dosen pembimbingnya sempat menyarankan agar alat ini dikembangkan dalam bentuk portable agar lebih praktis digunakan di lapangan. Terutama bagi petugas BPOM atau dinas kesehatan dalam mengawasi kualitas minyak yang digunakan pedagang kaki lima. Namun, karena keterbatasan, untuk saat ini alat tersebut masih lebih cocok digunakan di rumah tangga.

Meski begitu, Adhitiya berharap inovasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat. ”Ke depannya, saya ingin alat ini memiliki akurasi lebih tinggi dan dapat dibuat dalam bentuk yang lebih portabel sehingga lebih mudah digunakan di lapangan,” harap Adhitiya Dwijaya Ariyannto.

Selain itu, dia juga berharap alat ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, tentang pentingnya menggunakan minyak goreng yang sehat.

”Semoga alat ini bisa membantu masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan. Sebaiknya, minyak goreng tidak digunakan berulang kali,” pungkasnya.

Editor: Latu Ratri Mubyarsah

Tag:  #mahasiswa #untag #surabaya #kembangkan #alat #deteksi #kualitas #minyak #goreng #berbasis #fuzzy

KOMENTAR