5 Kunci Sukses Jepang Gelar Program Makan Bergizi di Sekolah, Ada Satu yang Susah Ditiru Indonesia
MAKAN BERGIZI DI SEKOLAH. Jepang menjadi salah satu negara yang sukses mengadakan program makan bergizi. Keberhasilan Jepang tentu tidak mudah dan singkat, butuh waktu yang proses panjang. Seperti yang disampaikan oleh peneliti di Institut Kesehatan dan Gizi Nasional Prof. Naomi Aiba, R.D., Ph.D, mengenai, pendidikan nutrisi (Shokuiku) dalam Seminar Ilmiah Shokuiku – Nutrisi dan Edukasi yang diadakan PT Yakult, Kamis (13/2/2025). 
12:07
15 Februari 2025

5 Kunci Sukses Jepang Gelar Program Makan Bergizi di Sekolah, Ada Satu yang Susah Ditiru Indonesia

Jepang menjadi salah satu negara yang sukses mengadakan program makan bergizi.

Indonesia mulai awal Januari lalu, resmi memulai program serupa di sejumlah wilayah dan menargetkan lebih dari 80 juta orang sebagai penerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG), mulai dari balita, anak sekolah maupun ibu hamil dan menyusui.

Apa saja yang bisa ditiru Indonesia dari praktik baik yang dilakukan pemerintah Jepang?

Berikut penjelasan peneliti di Institut Kesehatan dan Gizi Nasional Prof. Naomi Aiba, R.D., Ph.D, mengenai, pendidikan nutrisi (Shokuiku) di Jepang untuk mengoptimalkan program makan siang di sekolah dalam Seminar Ilmiah Shokuiku – Nutrisi dan Edukasi yang diadakan PT Yakult, Kamis (13/2/2025).

1. Ada UU Pendidikan Pangan

Profesor Naomi mengatakan, di Jepang sejak tahun 2005 lalu telah  mengimplementasikan UUD pendidikan pangan.

Semua pihak telah mempromosikan pendidikan pangan mlalui UUD tersebut. para guru dan ahli gizi memainkan peran yang sangat penting untuk pendidikan pangan di sekolah di Jepang.

Makan siang di sekolah digunakan sebagai bahan pengajaran, dimana di sekolah ada guru ahli gizi, yaitu guru yang sudah memiliki lisensi guru dan lisensi gizi.

“Pendidikan makan di sekolah adalah cara bagi anak untuk memperoleh pengetahuan tentang pangan dan mengembangkan sikap positif terhadap makanan. Guru gizi bekerja sama dengan guru-guru lain untuk memberikan edukasi. Tidak hanya untuk siswa, tapi juga agar dipahami oleh keluarga,” ujar dia.

Guru ahli gizi juga berperan dalam manajemen makan siang di sekolah mereka mengelola gizi dan kebersihan pangan serta memastikan keselamatan dan keamanan pangan.

Manajemen kebersihan untuk makan siang di sekolah dikontrol dengan ketat untuk mencegah keracunan makanan.

2. Sekolah yang Menyediakan Makan

Ia memaparkan, sekolah harus menyediakan makan siang yang bisa dimakan oleh siswa.

Ada 3 jenis panduan yang diberikan oleh guru gizi yakni panduan diet, panduan nutrisi saat makan siang, dan panduan nutrisi sebagai individu.

Di kelas, siswa akan mnerima arahan tentang gizi bersama wali kelas. Dengan merasakan makan siang di sekolah, anak-anak dapat mempraktikkan yang telah dipelajari di kelas.

Manajemen gizi makan siang sekolah didasarkan pada penelitian 5 tahun sekali, sebagai standarisasi.

“Guru ahli gizi juga selalu berinovasi. Menu jadi lebih lengkap, yang terdiri dari makanan pokok/utama, makanan pndamping (lauk pauk), dan sup. Bahan makan yang digunakan berasal dari lokal-tradisional, dan diproduksi di dalam negeri,” tutur dia.

Asupan gizi ujar dia, tidak hanya penting untuk kesehatan anak, tapi juga untuk mengembangkan pola makan sehat dan mensyukuri makanan.

“Melalui makan siang di sekolah, anak juga mempelajari hubungan antar manusia, dengan menikmati makanan bersama-sama. Dengan demikian membantu anak-anak untuk mengembangkan kebiasaan makan siang yang baik, untuk pola makan yang sehat di masa mendatang,” tutur dia.

3. Memutar Lagu saat Anak Mengunyah Makanan

Profesor Naomi mengungkapkan, waktu makan yang menyenangkan besama teman-teman merupakan cara yang efektif untuk mencegah anak menjadi picky eater.

Pengalaman makan bersama di sekolah yang menyenangkan, bisa menciptakan susasana sosial yang nikmat sehingga tanpa sadar, anak mencoba makanan yang tidak disukainya. Dengan demikian membantu minat makan anak dan anak memahami pentingnya makanan.

“Ini menjadi kesempatan untuk menjadi model berperilaku makan yang baik, dengan meniru tindakan teman-teman dan guru mereka,” tutur dia.

Selain itu, untuk mendorong anak mengunyah dengan baik, selama sesi makan siang, beberapa sekolah memutar musik khusus, yang mengatur ritme mengunyah.

“Dilakukan eksperimen, dengan membagi anak ke dalam dua kelompok. Pada satu kelompok, tidak hanya memutar musik, guru juga menjelaskan manfaatnya kepada siswa, dan satu kelompk lagi tidak dijelaskan. Hasilnya, pada kelompok yang dijelaskan, ritme makan mereka membaik, dan mreka mampu menghabiskan makan siang mereka. Lagu berdurasi satu menit, untuk 60 kunyah,” ujar dia

4. Pendidikan Pangan Sampai ke Keluarga

Pendidikan pangan tidak berhenti di sekolah, tapi sampai ke keluarga. Di Jepang, makan siang di sekolah berlangsung selama 190 hari dalam setahun, sehingga memungkinkan untuk memberikan pembelajaran yang berkelanjutan.

Namun perlu diingat, makan siang hanyalah satu kali makan dalam sehari.

Pengalaman dan pengetahuan di sekolah juga perlu dipraktikkan di rumah.

“Sekokah membuat buletin gizi, serta mengirimkan menu makan siang sekolah selama satu bulan kepada orang tua. Ini adalah salah satu cara berkomunikasi bagi guru dengan keluarga, untuk membantu anak dan keluarga menjadi lebih sehat. Porsi makan siang di sekolah dirancang sesuai kelompok usia (kelas 1 dan 2, kelas 3 dan 4, kelas 5 dan 6). Untuk itu, makan harus menghabiskan makanannya, agar mendapatkan energi dan nutrisi yang dibutuhkannya,” ungkap dia.

5. Makan Bergizi di Sekolah Jepang Tidak Gratis

Naomi mengatakan program makan siang bergizi sekolah Jepang tidak gratis.

Masing-masing orang tua siswa dibebankan biaya sebesar 230 yen atau sekitar Rp 24.500 per untuk setiap kali makan. 

Dia menambahkan, angka tersebut bisa berubah bergantung pada harga bahan pokok.

Adapun menu yang disajikan seperti nasi, daging atau ikan, sup, acar, dan susu. 

Di kesempatan yang sama hadir, Deputi Bidang Promosi dan Kerja Sama Badan Gizi Nasional (BGN) Dr.Drs. Nyoto Suwignyo, MM, menuturkan, pelaksaan program MBG di Indonesia, bukan pekerjaan yang gampang.

Pihaknya tidak bisa bekerja sendiri memerlukan kerjasama, kekompakan antar pihak, baik swasta, media, perguruan tinggi, dan pemerintah itu sendiri

Di Jepang saja butuh puluhan bahkan ratusan tahun memulai program ini.

“Yang terjadi di Jepang sudah jadi bagian yang dipelajari sebelum program ini ditetapkan. Kami sadari Jepang berhasil, karena itu uji coba MBG di Indonesia yang baru saja kita mulai ini, harus berhasil. Jadi prinsipnya trial and success, bukan trial and error. Kita cari bagusnya sehingga pelaksaaan MBG di Indonesia, uji coba langsung yang terbaik,” ungkap dia.

Tampaknya dari lima kunci sukses jepang mengadakan makan bergizi gratis, ada satu yang paling sulit ditiru di Indonesia, yakni program makan bergizi tidak gratis. 

Sebab, tak sedikit orang tua di Indonesia berpenghasilan rendah atau di bawah upah minimun regional.

Sebagian mereka juga hidup miskin dengan penghasilan di bawah Rp 600 ribu per bulan.

Akan sangat sulit bagi mereka jika dibebankan biaya harian untuk makan bergizi di sekolah.

Saat ini ada 3 fokus yang dilakukan BGN: pertama, persiapan regulasi menyiapkan konsolidasi karena berasal dari berbagai komponen, dari TNI, Polri, Kementrian Kesehatan, BKKBN, termasuk Kantor Staf Presiden, berkumpul dalam konsolidasi.

Kedua, menyiapkan administrasi termasuk ketika dana MBG ini sudah ada dan kami terima.

Dalam hal ini memastikan uangnya ada yaitu sebesar 71 T, dan perlu dicairkannya.

Ketiga, menyiapkan infrastruktur, 10 persen dari 71 T tersebut. Dapur gizi yang sudah berjalan 246, dari target awal 932.

“Nantinya target bertambah jadi 5.000 dapur hingga 30.000 dapur mesti tersebar di seluruh Indonesia karena harus melayani seluruh rakyat Indonesia yang menjadi sasaran target MBG,” ungkap Nyoto.

Yakult sendiri telah ikut dalam usaha meningkatkan status gizi masyarakat. Antara lain melalui uji coba makan siang gratis di SD Negeri di Sumedang dan Jatigede serta memberikan edukasi soal pola hidup bersih sehat (PHBS) kepada anak-anak, serta edukasi soal makanan bergizi dan fungsi usus.

 

Editor: Willem Jonata

Tag:  #kunci #sukses #jepang #gelar #program #makan #bergizi #sekolah #satu #yang #susah #ditiru #indonesia

KOMENTAR