Potret Perjuangan Warga Dapatkan Gas Elpiji 3 Kg, Ada yang Meninggal Dunia Usai Kelelahan Mengantre
ANTREAN MENGULAR - Warga antre membeli gas 3 kg di Pangkalan Gas 3 Kg, Jalan Terusan Suryani, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (3/2/2025). Masyarakat saat ini kesulitan mendapatkan elpiji 3 kg usai Menteri ESDM Bahlil Lahadalia melarang pedagang eceran menjualnya. 
08:22
4 Februari 2025

Potret Perjuangan Warga Dapatkan Gas Elpiji 3 Kg, Ada yang Meninggal Dunia Usai Kelelahan Mengantre

- Masyarakat saat ini kesulitan mendapatkan elpiji 3 kg usai Menteri ESDM Bahlil Lahadalia melarang pedagang eceran menjualnya.

Hal ini imbas dari kebijakan pemerintah yang mengatur penjualan gas tersebut dapat dijual oleh penjual yang memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB).

Kebijakan itu berlaku mulai 1 Februari 2025. Artinya, penjualan gas elpiji 3 kilogram tak bisa diecer.

Antrean terlihat mengular di banyak wilayah Indonesia, termasuk Jakarta, ibu kota negara ini.

Ironisnya, seorang ibu lansia berumur 62 tahun, Yonih, meninggal dunia setelah mengantre membeli gas elpiji 3 kilogram pada Senin (3/2/2025) sekitar pukul 12.30 WIB.

Berikut potret perjuangan warga berburu gas elpiji di pasaran sepanjang Senin kemarin. 

1. Nenek Yonih meninggal saat antre

Kelangkaan gas elpiji 3 kg membawa duka bagi warga di Pamulang, Tangerang Selatan. 

Seorang perempuan paruh baya, Yonih (62), meninggal dunia setelah mengantre membeli gas elpiji 3 kilogram pada Senin (3/2/2025) sekitar pukul 12.30 WIB.

Adik korban, Rohaya (51), bercerita, pada Senin pagi sang kakak masih beraktivitas seperti biasa, termasuk membuka warung dan menyiapkan lontong untuk berdagang.

"Tadi pagi saya masih ketemu, dia bilang mau antre gas. Saya sempat bilang nanti juga dianterin, tapi dia tetap berangkat. Biasanya antre di warung agen depan, ternyata dia pergi ke tempat yang lebih jauh," ujar Rohaya saat ditemui Kompas.com di Jalan Beringin I RT 01/07 Pamulang Barat, Tangsel, Senin.  

Rohaya mengatakan, Yonih berangkat dari rumah sekitar pukul 11.00 WIB dengan membawa dua tabung gas kosong.

Lansia perempuan itu berjalan kaki seorang diri untuk membeli gas elpiji di agen yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah. 

Setelah mengantre selama kurang lebih satu jam, Yonih berhasil mendapat gas elpiji dan kembali ke rumah berjalan kaki.

Namun, dalam perjalanan pulang, Yonih sempat duduk di dekat tempat laundry untuk beristirahat.

"Nah yang punya laundry di depan jalan ke rumah manggilin emak (panggilan korban) untuk duduk istirahat. Sehabis itu, emak dijemputlah sama menantunya," kata Rohaya.

Rohaya panik melihat sang kakak yang tiba-tiba lemah tak berdaya sesampainya di rumah.

Dia sempat mengajak Yonih bicara, namun sang kakak sama sekali tak merespons dan kemudian pingsan. "Sesampai di rumah langsung pingsan.

Dia sempat mengucapkan 'Allahu Akbar' dua kali, tapi setelah itu tidak merespons (pingsan)," kata Rohaya.

Keluarga langsung membawa Yonih ke Rumah Sakit Permata.

Tetapi, setibanya di rumah sakit, nyawa Yonih tidak tertolong.

Lebih lanjut, Rohaya menyebut, Yonih tidak memiliki riwayat penyakit serius dan selama ini dikenal sebagai sehat serta pekerja keras.

Yonih bekerja keras lantaran sedang menabung untuk beribadah umrah. 

"Dia orangnya rajin, enggak mau diam. Saya sudah bilang enggak usah capek-capek, jualan sembako saja.

Tapi dia tetap semangat cari tambahan, katanya buat umrah," ungkap Rohaya.

Jenazah Yonih dimakamkan pada Senin sekitar pukul 15.30 WIB. Pihak keluarga pun masih berduka atas kepergian Yonih.

2. Keluh kesah warga

Sulitnya mendapatkan 'gas melon' secara eceran dialami oleh sebagian warga Jakarta. 

Dewi, mengaku kerepotan membeli 3 kg elpiji untuk keperluan sehari-hari ataupun usaha jajanan pasar sejak tiga hari yang lalu. 

Sebab, di kompleks rumahnya tidak ada pengantar gas keliling. 

"Adanya pengecer dekat rumah. (Dulu) cukup jalan kaki. Tapi sekarang, katanya harus ke agen kalau mau beli gas melon (gas elpiji 3 kg)," ujar warga Pancoran, Jakarta Selatan tersebut pada Senin (3/1/2025) seperti dikutip Kompas.id. 

Meski harga di tingkat agen lebih murah ketimbang pengecer, tetapi letak agen lebih jauh dari kompleks rumah Dian sehingga dia mesti menggunakan sepeda motor. 

Ia pun akhirnya terpaksa membeli gas melon minimal empat tabung atau beli gas pink (5,5 kg) sebagai cadangan. 

Harga elpiji 3 kg di agen Rp 17 ribu per tabung, sementara pengecer menjualnya Rp 20 ribu per tabung. 

Aan Sanewi (47), mengatakan hal senada dengan Dian. 

Ketersediaan gas 3 kg di pengecer kini langka. 

"Kadang dapat satu, kadang engga kebagian. Harus keliling cari ke warung-warung terdekat," ujar warga Tanah Abang, Jakarta Pusat tersebut. 

Harga elpiji 3 Kg di warung terdekat Rp 25 ribu sementara pengecer keliling menjualnya Rp 28 ribu per tabung.

Ia bersiasat membeli 2-3 elpiji 3 kg dalam sekali jalan. Hal itu dilakukan agar tidak perlu bolak-balik ke warung terdekat. 

3. Agen pun kerepotan

Dwi (58), pemilik agen resmi gas elpiji di Jakarta Selatan mengaku kerepotan jika masyarakat hanya bisa membeli gas elpiji 3 kilogram (kg) di pangkalan resmi.

Pasalnya, Dwi tidak terbiasa menjual gas elpiji 3 kg ke perorangan.

"Agak merepotkan, kan kita pangkalan. Kita harus menyiapkan segala macem hal yang receh-receh gini," kata Dwi saat ditemui di rumahnya, Senin (3/2/2025).

Dwi mencontohkan, warga banyak yang membeli satu gas elpiji 3 kg dan memberikan uang sebesar Rp 100.000. Padahal, satu gas elpiji 3 kg harganya hanya kisaran Rp 20.000.

Akibatnya, Dwi kerepotan mencari uang kembalian untuk pembeli.

Selain itu, Dwi harus mengantarkan tabung gas elpiji itu ke rumah-rumah warga. Sebab, tidak semua warga bisa menjangkau pangkalan miliknya.  

"Buat saya sebagai pangkalan, keuntungan enggak ada, justru capek kitanya. Kita harus melayani satu-satu," tambah dia.

Belum lagi, tidak setiap hari gas elpiji dipasok ke pangkalan milik Dwi.

Sehingga dia harus menjelaskan kepada warga saat gas tidak tersedia. 

Menurut Dwi, penjualan gas elpiji harus dibantu pengecer-pengecer kecil supaya lebih dekat ke warga.

"Kalau pengecer sebenarnya lebih membantu karena di rumah-rumah, mereka lebih dekat dan prinsipnya adalah gas ini sebaiknya lebih dekat dengan warga," kata dia.

Bahlil membantah

Terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membantah adanya kelangkaan elpiji 3 kilogram (kg), terlebih di wilayah Jakarta.

Menurutnya, keluhan masyarakat yang sulit mendapatkan elpiji subsidi karena ada peralihan penjualan menjadi hanya di tingkat pangkalan, tidak lagi tersedia di pengecer atau warung kelontong.

Di sisi lain, titik-titik pangkalan tidak sebanyak pengecer, sehingga masyarakat merasa sulit mendapatkan elpiji 3 kg di lokasi terdekat.

Bahlil juga mengklaim, pemerintah tidak melakukan pembatasan kuota atau pengurangan subsidi elpiji 3 kg.

Begitu pula dengan volume impor elpiji, juga tetap sama dalam beberapa bulan terakhir.

"Elpiji ini tidak ada kuota yang dibatasi. Impor kita sama. Bulan lalu dan bulan sekarang, atau 3-4 bulan lalu, sama aja, enggak ada. Subsidinya pun nggak ada yang dipangkas, tetap sama," ucapnya.

Tag:  #potret #perjuangan #warga #dapatkan #elpiji #yang #meninggal #dunia #usai #kelelahan #mengantre

KOMENTAR