7 Alasan Seseorang Melakukan Oversharing sampai Hal Bersifat Privasi, Perlu Dihindari Agar Tidak Merugikan
- Banyak dari kita pasti pernah merasakan penyesalan usai menceritakan kisah memalukan di tempat kerja atau berbagi detail pribadi yang canggung dengan orang asing, terutama ketika reaksi yang diterima tidak sesuai dengan harapan. Tidak semua pemikiran atau perasaan yang kita miliki perlu diungkapkan, dan menemukan keseimbangan dalam berbagi dimulai dengan belajar mengenali kapan kita sudah terlalu banyak berbagi.
Kamu harus lebih sadar akan batasan ketika berbicara supaya informasi yang disampaikan tetap relevan dan sesuai dengan konteks, serta tidak memicu perasaan tidak nyaman atau penyesalan di kemudian hari. Dilansir dari betterup.com, berikut beberapa alasan seseorang melakukan oversharing sampai hal yang bersifat privasi dan perlu Dihindari agar tidak merugikan.
1. Nyaman dengan orang asing
Berbicara dengan orang asing di tempat seperti ruang tunggu atau pesawat memberi rasa lega sebab kamu tahu tidak akan bertemu mereka lagi. Perasaan ini membuatmu merasa lebih bebas berbagi karena tidak ada konsekuensi sosial jangka panjang. Tanpa khawatir tentang dampak hubungan, kamu cenderung membuka diri lebih banyak dibandingkan dengan berbicara dengan teman dekat.
2. Mempercepat hubungan
Ketika kamu berusaha mempererat hubungan dengan seseorang, sering kali ada dorongan untuk segera terhubung dan membangun kedekatan secara cepat. Akan tetapi, dalam upaya untuk melakukannya, kamu mungkin tanpa sadar berbagi informasi pribadi lebih banyak dibandingkan yang seharusnya.
Jika kamu membuka diri terlalu cepat tanpa menyadari waktu yang tepat, maka membahas topik pribadi bisa membuat orang lain merasa canggung. Dibandingkan menciptakan kedekatan, hal ini justru mampu menciptakan jarak emosional dan menghalangi hubungan yang lebih dalam.
3. Susah menetapkan batasan
Apabila kamu merasa kesulitan mengenali batasan sosial dalam interaksimu, maka ada kemungkinan kamu tanpa sengaja membagikan terlalu banyak informasi pribadi. Hal ini biasanya berasal dari pengalaman masa lalu, terutama dari dinamika keluarga atau pola yang terbentuk sejak kecil, di mana berbagi informasi secara berlebihan dianggap sebagai hal yang normal atau diterima.
Kebiasaan ini bisa terbawa hingga dewasa, membuatmu tanpa sadar berbagi lebih banyak daripada yang seharusnya. Pola yang dipelajari sejak kecil mempengaruhi caramu berinteraksi dan bisa membuat dirimu cenderung berbicara terlalu banyak tanpa mempertimbangkan batasan atau kenyamanan orang lain.
4. Berusaha memenangkan orang lain
Ketika seseorang mulai berbicara banyak mengenai pengalaman atau masalah pribadi mereka kepadamu, kamu mungkin merasa terdorong untuk merespons dengan berbagi detail pribadimu sendiri, dengan tujuan guna membuat mereka merasa lebih aman dan nyaman dalam percakapan tersebut.
Tindakan ini, meski dilakukan dengan niat baik, bisa membuat mereka merasa lebih terbuka dan cenderung berbagi lebih banyak hal dari yang mereka rencanakan. Tanpa sengaja, upayamu menunjukkan empati dan kesadaran terhadap kerentanan mereka bisa mendorong mereka mengungkapkan lebih banyak hal pribadi yang mungkin seharusnya tidak dibagikan dalam situasi tersebut.
5. Mencari validasi atau perhatian
Bagi sebagian orang, kebiasaan berbagi terlalu banyak sering berakar dari keinginan memperoleh validasi atau perhatian dari orang lain. Ada pula yang melakukannya dengan tujuan meningkatkan jumlah pengikut di media sosial. Hal ini bisa sangat umum di kalangan mereka yang berusaha membangun nama, memperluas pengaruh, atau mengembangkan bisnis daring.
Dalam konteks ini, kerentanan sering dianggap sebagai alat atau mata uang guna meningkatkan keterlibatan sebab dengan memperlihatkan sisi pribadi dan terbuka, mereka berharap mampu menarik lebih banyak perhatian dan interaksi dari audiens mereka. Berbagi informasi pribadi dianggap sebagai cara menarik perhatian dan membangun koneksi dengan orang lain, walau terkadang hal tersebut bisa berlebihan dan menimbulkan risiko terkait privasi.
6. Kedekatan yang palsu
Trauma masa lalu bisa mempengaruhi kecenderungan oversharing sebagai mekanisme penanggulangan. Kamu mungkin merasa terdorong membagikan cerita atau pengalaman pribadi sebab pengungkapan tersebut dapat terasa terapeutik atau memberikan kekuatan, meskipun tidak selalu efektif atau sesuai dalam konteks sosial tertentu.
Selain itu, kebiasaan berbagi berlebihan ini juga bisa memperkuat ikatan trauma, di mana orang membangun hubungan yang sangat intens dengan orang lain lewat pengalaman sulit yang mereka alami bersama. Namun, hubungan semacam ini umumnya mengorbankan batasan yang diperlukan demi menciptakan hubungan yang lebih sehat dan seimbang.
7. Respons dari trauma
Situasi yang melibatkan kepercayaan, seperti bekerja bersama dalam suatu proyek atau bahkan saat menjalani aktivitas seperti potong rambut, sering kali menciptakan perasaan kedekatan antara dirimu dan orang lain. Ketika kamu menghabiskan waktu berbicara dengan seseorang dalam setting seperti itu misalnya, dengan rekan kerja atau penata rambut hal tersebut bisa membuatmu merasa lebih dekat dari yang sebenarnya.
Rasa kedekatan yang terbentuk ini terkadang mendorongmu berbagi lebih banyak informasi pribadi atau cerita pribadi daripada yang seharusnya. Sebagai hasilnya, kamu mungkin merasa terhubung lebih dalam, namun pada kenyataannya, pengungkapan berlebihan ini bisa melampaui batasan yang tepat bagi hubungan yang baru atau tidak terlalu dekat.
Tag: #alasan #seseorang #melakukan #oversharing #sampai #bersifat #privasi #perlu #dihindari #agar #tidak #merugikan