Merasa Perlu Bersaing dengan Lainnya, Perempuan Ini Biasanya Menampilkan 8 Perilaku Ini
Ilustrasi perempuan yang bersaing dengan temannya sendiri (freepik)
12:10
17 Oktober 2024

Merasa Perlu Bersaing dengan Lainnya, Perempuan Ini Biasanya Menampilkan 8 Perilaku Ini

- Bayangkan Anda sedang berada di sebuah pertemuan sosial, dan seorang perempuan yang Anda kenal membuat komentar santai namun tajam tentang pencapaian Anda, dan seolah meremehkan kesuksesan Anda.

Kemudian, dia secara halus membandingkan pakaiannya dengan pakaian Anda, mencoba menegaskan gayanya sebagai yang lebih unggul.

Skenario ini mencerminkan pola umum yang terlihat pada perempuan yang merasa perlu berkompetisi.

Mereka kerap kali terlibat dalam perilaku seperti merendahkan orang lain, mencari perhatian, atau memberikan pujian tidak langsung.

Memahami delapan perilaku halus ini dapat memberdayakan Anda untuk menangani situasi ini dengan percaya diri.

Dilansir dari geediting.com, Kamis (17/10), berikut 8 perilaku yang sering dilakukan oleh perempuan yang merasa perlu bersaing dengan perempuan lain.

1. Perbandingan konstan

Persaingan sering kali dimulai dengan perbandingan. Kecenderungan untuk mengukur harga diri seseorang berdasarkan prestasi, penampilan, atau status orang lain.

Ini bukan sekadar pikiran sekilas atau komentar sepintas. Kita berbicara tentang kebutuhan terus-menerus untuk membandingkan, sampai pada titik di mana itu menjadi kebiasaan bawah sadar.

Jika Anda menyadari ada perempuan dalam hidup Anda yang tampaknya tak bisa berhenti membandingkan dirinya dengan orang lain, atau lebih buruk lagi, membandingkan Anda dengan wanita lain, itu adalah pertanda jelas.

Ini bukan hanya tentang evaluasi diri yang sehat atau upaya untuk memperbaiki diri. Ini tentang perlombaan tanpa henti di mana garis finis terus bergeser karena selalu ada orang lain yang harus dikalahkan.

2. Terlalu menekankan penampilan luar

Seiring dengan perbandingan terus-menerus, muncullah penekanan berlebihan pada penampilan luar.

Mereka mungkin tidak akan pernah keluar rumah tanpa riasan wajah lengkap, bahkan untuk sekadar mampir untuk minum kopi.

Bukan karena mereka menikmatinya, tetapi karena dia merasa harus bersaing dengan perempuan lain dalam lingkaran sosialnya.

Dia menghabiskan waktu berjam-jam untuk bersiap-siap, terobsesi dengan setiap detail kecil tentang penampilan mereka.

Seolah-olah mereka percaya bahwa dia harus tampil sempurna sepanjang waktu, hanya untuk memenuhi standar tak terucap yang ditetapkan oleh teman-temannya.

Ini bukan tentang merasa bangga dengan penampilan seseorang atau menikmati proses berdandan.

3. Mendiskreditkan pencapaian orang lain

Di tengah persaingan yang ketat, beberapa perempuan akhirnya mendiskreditkan pencapaian perempuan lain.

Ini bukan tentang kritik yang membangun atau memberikan masukan untuk perbaikan. Ini tentang meremehkan prestasi perempuan lain, hanya untuk membuat diri sendiri merasa lebih unggul.

Perilaku ini tidak hanya beracun tetapi juga merupakan tanda yang jelas dari seorang perempuan yang merasa perlu bersaing dengan wanita lain.

Itu berasal dari rasa tidak aman dan ketakutan, ketakutan bahwa keberhasilan orang lain akan mengurangi harga diri kita.

4. Melakukan kompensasi berlebihan melalui media sosial

Di era digital ini, platform media sosial telah menjadi ladang subur persaingan. Sebuah studi menemukan bahwa banyak orang menderita " rasa iri terhadap Facebook ", di mana perempuan lebih cenderung merasa iri terhadap daya tarik fisik dan pria lebih cenderung merasa iri terhadap status sosial.

Anda mungkin pernah melihatnya, seorang perempuan yang terus-menerus mengunggah foto liburan mewahnya, pakaian desainer, atau makan malam sempurna yang baru saja dimasaknya.

Seolah-olah dia mencoba menggambarkan kehidupan yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan.

Ini bukan tentang berbagi momen kebahagiaan atau memberi kabar terbaru kepada teman dan keluarga.

Ini tentang kompensasi berlebihan, mencoba menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna, hanya untuk mengalahkan wanita lain.

Perilaku ini merupakan tanda khas seorang wanita yang merasa perlu bersaing dengan wanita lain.

5. Kebutuhan berlebihan untuk validasi

Setelah mengejar kehidupan yang sempurna, sering kali muncul kebutuhan berlebihan untuk validasi.

Ini akan menjadi siklus beracun, dimana awalnya seorang perempuan berkompetisi, mengalahkan, mengimbangi, lalu menunggu dunia memvalidasi usahanya. Dia menyamakan like, share, dan komentar positif dengan nilainya.

Ini bukan tentang mencari masukan atau menikmati interaksi sosial. Ini tentang kebutuhan mendalam untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain, khususnya perempuan lain.

Ketika harga diri seorang perempuan dikaitkan dengan validasi eksternal, itu merupakan tanda yang menunjukkan bahwa ia merasa perlu bersaing.

Dia mengukur nilainya berdasarkan persepsi orang lain, bukan berdasarkan keyakinannya sendiri.

Perilaku ini bisa menguras tenaga dan sering kali berujung pada kekecewaan. Lagipula, tidak semua orang akan selalu menyetujui atau menghargai, dan itu wajar saja.

6. Obsesi yang tidak sehat terhadap kesempurnaan

Dalam pencarian validasi, obsesi tidak sehat terhadap kesempurnaan sering kali muncul.

Dia adalah perempuan yang tidak akan beristirahat sampai semuanya selesai dengan benar. Dia akan mengulang tugas beberapa kali sampai memenuhi standarnya yang sangat tinggi.

Orang yang akan kehilangan tidur karena kesalahan kecil yang tidak akan disadari oleh orang lain.

Ini bukan tentang berjuang untuk mencapai keunggulan atau berbangga diri dengan hasil kerja seseorang.

Ini tentang obsesi untuk menjadi sempurna di semua bidang, yang sering kali didorong oleh rasa takut dikalahkan oleh wanita lain.

Perilaku ini dapat melelahkan secara mental dan fisik, yang menyebabkan kelelahan dan stres.

Alih-alih merangkul keunikan dan individualitasnya, dia malah terperangkap dalam keinginan untuk menjadi sempurna, sebuah tujuan yang tidak hanya tidak dapat dicapai tetapi juga tidak perlu.

7. Menghindari persahabatan sejati

Saat perilaku kompetitif meningkat, persahabatan sejati sering kali terabaikan. Inilah perempuan yang menghindari pembentukan hubungan yang mendalam dan bermakna dengan perempuan lain.

Dia mungkin memiliki lingkaran sosial yang besar, tetapi interaksinya tetap dangkal. Dia berhati-hati dalam membiarkan orang lain terlalu dekat, karena dia memandang mereka sebagai pesaing, bukan calon teman.

Ini bukan tentang menjadi introvert atau selektif dalam memilih teman. Ini tentang tidak merasa nyaman dengan gagasan menjalin ikatan autentik dengan perempuan lain karena takut mereka mengunggulinya.

Dengan menghindari persahabatan sejati, dia tidak hanya menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan hubungan yang memperkaya tetapi juga mengisolasi dirinya dalam dunia di mana semua orang dianggap sebagai pesaing.

8. Kurangnya harga diri yang sebenarnya

Inti dari semua perilaku ini sering kali terletak pada kurangnya harga diri sejati.

Inilah wanita yang mungkin tampak percaya diri di luar, tetapi di dalam, dia terus-menerus berjuang melawan perasaan tidak mampu.

Dia merasa perlu membuktikan dirinya kepada orang lain karena dia belum benar-benar menerima dirinya sendiri.

Ini bukan tentang mengalami hari yang buruk atau keraguan diri sesekali. Ini tentang perasaan terus-menerus bahwa dirinya tidak cukup baik kecuali dirinya lebih baik daripada orang lain.

Perilaku ini mungkin merupakan tanda paling jelas dari seorang wanita yang merasa perlu bersaing dengan wanita lain.

Sampai dia belajar menghargai dirinya sendiri tanpa bergantung pada pencapaian atau persetujuan orang lain, dia akan terus terjebak dalam siklus persaingan.

Membangun harga diri sejati memerlukan pengakuan dan penerimaan diri sendiri, apa adanya.

Hanya dengan cara demikianlah seseorang dapat benar-benar keluar dari bayang-bayang persaingan dan merangkul kolaborasi, dukungan, dan pertumbuhan bersama.

Rangkuman

Dilansir dari geediting.com, Kamis (17/10), berikut 8 perilaku yang sering dilakukan oleh perempuan yang merasa perlu bersaing dengan perempuan lain.

Editor: Bintang Pradewo

Tag:  #merasa #perlu #bersaing #dengan #lainnya #perempuan #biasanya #menampilkan #perilaku

KOMENTAR