Program Kebun Mama, Kala Perempuan di NTT Memimpin Perubahan dengan Menanam Asa
Pelatihan Kebun Mama Bambu: Ekologi, Gizi, dan Pemberdayaan Komunitas Desa digelar di Balai Desa Wogo, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur pada 1 hingga 4 November 2025.(Dokumentasi Pribadi)
09:50
19 Desember 2025

Program Kebun Mama, Kala Perempuan di NTT Memimpin Perubahan dengan Menanam Asa

Baca 10 detik
  • YBBL dan Akademi Amati menyelenggarakan pelatihan di NTT (28 Okt–4 Nov 2025) untuk memperkuat pangan dan pemberdayaan perempuan.
  • 40 peserta dari 10 komunitas Kebun Mama belajar ekologi, gizi, permakultur, serta ekonomi hijau berbasis kebun.
  • Program ini bertujuan menggerakkan perempuan sebagai agen perubahan pembangunan sistem pangan mandiri berbasis potensi lokal.

Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) bersama Yayasan Akademi Amati Indonesia menggelar “Pelatihan Kebun Mama Bambu: Ekologi, Gizi, dan Pemberdayaan Komunitas Desa”. Pelatihan tersebut memiliki tujuan untuk memperkuat ketahanan pangan lokal dan pemberdayaan perempuan di tingkat desa.

Program yang sebelumnya dinamakan Kebun Pangan Perempuan ini berlangsung dari 28 Oktober hingga 4 November 2025. Mulanya, pelatihan dibuat daring alias online. Sesi ini digelar selama 3 hari pada 28 hingga 30 Oktober 2025 melalui aplikasi Zoom Meeting. Sesi berikutnya: praktik lapangan. Lokasi sesi tersebut berada di Balai Desa Wogo, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur pada 1 hingga 4 November 2025.

Nah, pelatihan tersebut menjadi bagian dari gerakan 10 komunitas Kebun Mama yang tersebar di berbagai desa di NTT. Para peserta berasal dari Desa Wogo, Desa Wolowea, Desa Watu Nggene, Desa Golo Loni, Desa Belang Turi, Desa Ndenggarongge, Desa Rateroru, Desa Wolokoli, Desa Teka Iku, dan Desa Watu Galang.

Dalam program ini, perempuan sebagai pusat semesta, pemantik inovasi dan penggerak ketahanan pangan keluarga. Lewat pelatihan tematik dan praktik di lapangan, peserta diajak memahami cantolan antara ekologi, gizi, dan ekonomi komunitas dalam membangun sistem pangan sehat dan mandiri.

Perempuan Sebagai Agen Perubahan Desa

Kegiatan diikuti 40 peserta. Mereka berasal dari 10 titik komunitas Kebun Mama dan mahasiswa Sekolah Tinggi Pertanian (Stiper) Flores Bajawa. Selama pelatihan, peserta belajar dari praktisi dan fasilitator nasional. Materinya soal ketahanan pangan berbasis kebun, pengolahan pupuk organik, pengelolaan limbah pertanian dan peternakan, serta pendekatan permakultur (sistem pertanian serupa ekosistem alami sehingga bisa mencukupi kebutuhan pangan–RED) sederhana yang bisa diterapkan di lingkungan rumah tangga.

Pelatihan Kebun Mama Bambu: Ekologi, Gizi, dan Pemberdayaan Komunitas Desa digelar di Balai Desa Wogo, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur pada 1 hingga 4 November 2025.(Dokumentasi Pribadi) PerbesarPelatihan Kebun Mama Bambu: Ekologi, Gizi, dan Pemberdayaan Komunitas Desa digelar di Balai Desa Wogo, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur pada 1 hingga 4 November 2025.(Dokumentasi Pribadi)

Viringga Prasetyaji Kusuma, Founder & CEO Amati Indonesia, menyebutkan pelatihan tersebut sebagai sarana untuk mendorong perempuan dan generasi muda untuk memanfaatkan kebun komunitas. Tak hanya sebagai ruang belajar lintas ilmu, melainkan juga lahirnya solusi berkelanjutan serta ekonomi hijau.

“Berkebun bukan sekadar menanam, tapi membangun kesadaran. Mulai dari kebun, kita belajar sains, seni, dan masa depan yang berkelanjutan antar generasi,” ujar Viringga Prasetyaji Kusuma dalam pelatihan tersebut.

Membangun Kemandirian dari Tanah Sendiri

Melalui kegiatan ini, peserta juga diajak menyusun rencana aksi komunitas untuk mengembangkan sistem pangan mandiri berbasis potensi lokal. Ya, Heni Sri Sundani dari Empowering Indonesia School menegaskan pentingnya kebun sebagai pusat kolaborasi sosial-ekonomi di tingkat komunitas.

“Setiap kebun bisa jadi ruang perubahan, kolaborasi, asal ada rencana, komitmen, dan gotong royong yang tumbuh di dalamnya. Perubahan inilah yang dimulai bersama mama-mama di NTT,” ujar Heni Sri Sundani.

Cita rasa pangan lokal dan nilai budaya setempat pun tak pelak menjadi sorotan dari Ester Elisabeth Umbu Tara dari Bacarita Pangan Lokal. Menurut dia, perlu menghidupkan kembali nilai-nilai budaya dan gizi dari pangan lokal melalui kreativitas dan inovasi olahan komunitas perempuan.

“Pangan lokal adalah cerita identitas dan perempuan adalah sumber kelestarian informasinya. Saat kita memetakan dan mengolahnya, kita sedang menjaga warisan rasa dan kehidupan,” kata Ester Elisabeth.

Selain aspek gizi dan ekologi, pelatihan juga memperkenalkan prinsip ekonomi sirkular desa melalui pendekatan permakultur. Dalam hal ini, Stephanus Iqbal dari Ketumbar Workshop mengajarkan cara menanamkan prinsip keterpaduan antara kebun, ternak, dan pengelolaan limbah untuk menciptakan sistem pangan secara alami, mandiri dan berkelanjutan.

“Kebun yang baik bukan yang besar, tapi yang bisa hidup dengan ekosistemnya dan memberi makan setiap tangan yang menanamnya,” ujar Iqbal dalam pelatihan tersebut.

Kebun Mama sebagai Model Ketahanan Pangan Komunitas

Pelatihan Kebun Mama Bambu menjadi tonggak penting dalam upaya membangun ekosistem pangan berkelanjutan berbasis perempuan. Dari Sikka hingga Manggarai Barat, 10 titik komunitas akan mereplikasi praktik berkebun alami, pengolahan pangan lokal, dan inovasi komunitas yang lahir dari semangat gotong royong.

Menurut Viringga, kebun komunitas dapat menjadi ruang belajar. Dari kebun komunitas tersebut, perempuan bisa mendapatkan pelajaran yang paling sederhana, yakni menanam dan merawat kehidupan. Kebun menjadi wadah pertukaran ilmu, tempat perempuan dan anak muda berlatih memahami alam, teknologi, dan ekonomi hijau secara praktis.

"Kebun komunitas adalah ruang belajar yang hidup dari hal paling sederhana: menanam dan merawat kehidupan. Di sana, perempuan memimpin perubahan dengan mengajarkan anak-anak sains lewat alam, menanam nilai lewat tanah, dan memupuk masa depan lewat tindakan kecil," tutur Viringga.

Mengutip perkataan Audrey Hepburn, seorang seniman sekaligus aktris, “Menanam di kebun merupakan bentuk keyakinan bahwa masih ada hari esok.” Kutipan ini menyiratkan hobinya dalam berkebun bahwa menanam sesuatu merupakan simbol dari harapan, kesabaran dan keyakinan adanya perkembangan di masa depan.

Editor: Rendy Adrikni Sadikin

Tag:  #program #kebun #mama #kala #perempuan #memimpin #perubahan #dengan #menanam

KOMENTAR