5 Penyebab Grey Divorce, Perceraian pada Pasangan Berusia di Atas 50 Tahun
Ilustrasi grey divorce, perceraian di usia senja(Freepik/Freepik)
09:05
9 Oktober 2025

5 Penyebab Grey Divorce, Perceraian pada Pasangan Berusia di Atas 50 Tahun

- Ada sebuah fenomena perceraian yang mungkin jarang terdengar oleh sebagian besar masyarakat, yaitu grey divorce.

Grey divorce adalah ketika perceraian terjadi pada pasangan yang berusia lebih dari 50 tahun,” jelas psikolog klinis sekaligus pendiri Cup of Stories, Fitri Jayanthi, M.Psi. saat dihubungi pada Selasa (7/10/2025).

Psikolog klinis dewasa Diandra Ayu Citi Wardhani, M.Psi. menambahkan, Rabu (8/10/2025), perceraian ini umumnya terjadi pada pasangan yang sudah menikah selama 20 tahun atau lebih.

Penyebab grey divorce

1. Stres atau konflik berkepanjangan

Fitri menjelaskan bahwa penyebab yang sering ia lihat sepanjang menangani klien adalah stres atau konflik berkepanjangan.

“Karena mereka biasanya tahan-tahan. Mereka sudah kayak merasa, ‘ya sudah lah, kita sudah berumah tangga, jalanin saja’. Ketika ada konflik, mereka enggak berusaha untuk menyelesaikannya,” terang dia.

Pasangan yang sudah berada di usia matang ini membiarkan konflik tersebut sampai akhirnya menumpuk dan menjadi bom waktu.

2. Perubahan ekspektasi

“Biasanya, di awal pernikahan, pasangan memiliki ekspektasi tertentu tentang pernikahannya. Seiring berjalannya waktu, bisa jadi harapan ini belum sepenuhnya terwujud,” kata Diandra yang berpraktik di lembaga Ibunda.id dan Pusat Penguatan Karakter dan Konseling (P2K2) Universitas Padjadjaran.

Bahkan, ekspektasi mungkin tidak akan pernah terwujud karena pasangan, atau bahkan dirinya sendiri, mengalami krisis identitas karena melepaskan pekerjaan dan jabatannya akibat pensiun, dan harus menyesuaikan diri dengan kondisi ekonomi pasca-pensiun.

Sementara yang lain terus memikirkan apa yang harus dilakukan karena ekspektasi tidak terwujud dan bagaimana pernikahan bakal berjalan, sampai mereka mengalami kekhawatiran dan kekecewaan.

3. Masalah identitas diri dan anak sudah dewasa

Masalah identitas diri berkaitan dengan kondisi anak yang sudah dewasa dan pisah rumah karena bekerja di tempat yang jauh, atau sudah menikah.

“Tanpa disadari, pernikahan yang dijalani puluhan tahun sebenarnya bukan ‘pernikahannya’, tetapi peran sebagai orangtua yang dijalani,” ujar Diandra yang juga berpraktik di Telkom University.

Ketika memiliki anak, fokus pasangan lebih tertuju pada merawat dan mendidik anak, karena identitas diri mereka adalah seorang ayah dan ibu, bukan suami dan istri.

Sehingga, ketika anak sudah dewasa dan bahkan pisah rumah, “ayah” dan “ibu” kebingungan, terutama jika pernikahan langsung dikaruniai anak. Sebab, artinya mereka menggunakan identitas itu untuk waktu yang sangat lama.

“Sebagai ‘suami’ dan ‘istri’ mereka kelimpungan (setelah anak pisah rumah), menjadi enggak cukup memahami dan menyadari peran sebagai suami dan istri,” kata Diandra.

Ketika tidak saling memahami, ditambah komunikasi yang terjalin tidak cukup baik dan jarang langsung menyelesaikan konflik, akan muncul konflik baru.

Ini bisa berujung pada konflik berkepanjangan dan menjadi bom waktu, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai.

“Terus, ada juga pemikiran bahwa mereka sudah siap bercerai karena anak-anak sudah tidak bergantung ke mereka. Jadi, mereka merasa sudah saatnya untuk mereka ‘bebas’ dan mandiri,” tambah Fitri.

4. Rencana pensiun

Fitri mengungkapkan, rencana pensiun juga sering menjadi penyebab pasangan lanjut usia bercerai setelah beberapa dekade bersama.

Biasanya, ini karena mereka tidak memiliki rencana tentang apa yang bakal dilakukan setelah suami, atau keduanya sudah pensiun.

“Biasanya suka panik karena mereka kayak enggak ada uang (sebanyak saat masih bekerja) ketika sudah pensiun. Dari situ, timbul konflik,” ucap Fitri.

Konflik tentang rencana pensiun ini umumnya terjadi karena anggapan bahwa saat seseorang berusia 40-50 tahun, mereka sudah memiliki sesuatu untuk dikelola saat pensiun. Misalnya adalah bisnis atau investasi.

Pasangan tidak memiliki rencana pensiun karena sibuk bekerja sampai pensiun, sampai tidak terpikirkan untuk melakukan sesuatu setelah tidak bekerja lagi. Kehidupan pun berjalan hanya dari uang tabungan atau gaji pensiun.

“Itu membuat khawatir karena takut tidak mencukupi. Dan mereka merasa bingung, ‘kok hanya melalui hari-hari diam saja tanpa melakukan apapun’. Biasanya di situ timbul konflik antara suami dan istri, karena istri terbiasa melihat suami bekerja,” jelas Fitri.

“Rencana pensiun enggak dipikirkan dari jauh hari, dan ketika masa pensiun tiba, mereka kebingungan karena enggak ada persiapan sama sekali,” lanjut dia.

5. Tidak ada kegiatan setelah pensiun

Berkaitan dengan rencana pensiun, konflik bisa timbul ketika istri melihat suami yang biasanya bekerja, menjadi tidak melakukan apa pun setelah pensiun.

Kata Fitri, biasanya istri akan meminta suaminya untuk melakukan sesuatu, entah itu bekerja kembali atau membuat usaha.

“Cuma, dari sisi suami, biasanya banyak yang merasa bahwa mereka sudah bekerja seumur hidup dan mereka juga ingin santai-santai saja. Ada yang ingin membuat sesuatu, tapi enggak tahu harus mulai dari mana,” ujar dia.

Tag:  #penyebab #grey #divorce #perceraian #pada #pasangan #berusia #atas #tahun

KOMENTAR