Malam 1 Suro 2025 Kapan? Ini Jadwal, Tradisi Sakral dan Mitos yang Menyelubunginya
Malam 1 Suro 2025 Kapan? Ini Jadwal, Tradisi Sakral dan Mitos yang Menyelubunginya (Google AI)
18:55
25 Juni 2025

Malam 1 Suro 2025 Kapan? Ini Jadwal, Tradisi Sakral dan Mitos yang Menyelubunginya

Bagi masyarakat Jawa, malam pergantian tahun 1 Suro disambut dengan cara berbeda tidak meriah dan gemerlap. Tapi hening, sakral, dan penuh perenungan.

Itulah Malam 1 Suro. Jauh dari hingar bingar, malam ini justru diselimuti suasana khusyuk dan mistis.

Lalu, kapan Malam 1 Suro 2025 akan tiba? Apa saja tradisi unik yang menyertainya, dan mengapa malam ini dianggap begitu spesial sekaligus penuh mitos?

Mari kita kupas tuntas agar kamu bisa lebih memahami kekayaan budaya terkait malam 1 Suro

Jadwal Malam 1 Suro 2025

Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita catat tanggal penting ini. Tahun Baru Jawa atau 1 Suro dalam Kalender Sultan Agung jatuh bersamaan dengan Tahun Baru Islam, 1 Muharram.

Berdasarkan kalender Hijriah, 1 Muharram 1447 H diperkirakan jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025.

Namun, penting untuk diingat bahwa perhitungan hari dalam kalender Jawa dan Islam dimulai saat matahari terbenam (waktu Maghrib). Dengan demikian, Malam 1 Suro 2025 akan dimulai pada hari Kamis malam, 26 Juni 2025.

Pada malam inilah berbagai ritual dan tradisi sakral mulai dijalankan sebagai penanda dimulainya bulan Suro 2025.

Makna Mendalam di Balik 1 Suro

Untuk memahami kesakralan Malam 1 Suro, kita perlu kembali ke abad ke-17 pada masa pemerintahan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam.

Beliaulah yang memprakarsai penyatuan sistem penanggalan Saka (berbasis Hindu-Buddha) yang digunakan masyarakat Jawa dengan kalender Hijriah (Islam). Lahirlah Kalender Jawa Islam atau yang dikenal sebagai Kalender Sultan Agung.

Bulan pertama dalam kalender ini dinamai "Suro", yang diyakini berasal dari kata Arab "Asyura" (hari kesepuluh), merujuk pada hari Asyura pada 10 Muharram yang memiliki banyak keistimewaan dalam Islam.

Bagi masyarakat Jawa, 1 Suro bukanlah momen untuk berpesta, melainkan untuk muhasabah atau introspeksi diri.

Ini adalah waktu untuk merenungkan segala perbuatan di tahun yang telah berlalu dan memohon ampunan serta petunjuk untuk tahun yang akan datang. Filosofinya adalah prihatin (menahan diri) dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

"Malam 1 Suro adalah titik nol spiritual. Saatnya membersihkan jiwa, menata kembali hati, dan memulai lembaran baru dengan kesadaran penuh," ujar seorang budayawan Jawa.

Tradisi Sakral 1 Suro Masih Ada hingga Kini

Atmosfer khusyuk Malam 1 Suro diwujudkan melalui berbagai tradisi yang kaya akan simbolisme. Beberapa di antaranya masih rutin dilaksanakan, terutama di lingkungan keraton Yogyakarta dan Surakarta.

1. Tirakatan dan Lek-lekan

Banyak orang memilih untuk tidak tidur semalaman (lek-lekan) sambil berdoa, berzikir, atau bermeditasi. Tujuannya adalah untuk menjaga kesadaran spiritual di malam yang dianggap suci ini.

2. Tapa Bisu Mubeng Beteng

Salah satu ritual paling ikonik di Keraton Yogyakarta. Ribuan orang berjalan kaki mengelilingi benteng keraton dalam keheningan total. Ritual ini adalah simbol perjalanan reflektif, mengendalikan hawa nafsu dan ucapan.

3. Kirab Pusaka

Di Keraton Surakarta, pusaka-pusaka keraton diarak keliling kota. Yang paling dinanti adalah kehadiran Kebo Bule (kerbau berwarna putih) bernama Kyai Slamet yang dianggap keramat dan menjadi penanda jalannya kirab.

4. Jamasan Pusaka

Ritual mencuci atau membersihkan benda-benda pusaka warisan leluhur, seperti keris, tombak, atau gamelan. Prosesi ini melambangkan penyucian diri, membersihkan hati dan pikiran dari hal-hal negatif.

Mitos dan Larangan 1 Suro

Tidak bisa dipungkiri, Malam 1 Suro juga identik dengan berbagai mitos dan larangan yang berkembang di masyarakat. Alih-alih dianggap takhayul, larangan ini sebenarnya adalah bentuk kearifan lokal untuk menjaga kesakralan malam tersebut.

1. Dilarang Keluar Rumah Malam Hari

Mitos ini paling populer. Secara spiritual, anjuran ini bertujuan agar individu lebih fokus pada perenungan di dalam rumah.

Secara logika, ini adalah cara leluhur untuk menjaga keamanan dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di malam yang gelap.

2. Dilarang Menggelar Pesta atau Pernikahan

Karena Suro adalah bulan prihatin, maka tidak pantas untuk mengadakan perayaan yang bersifat hura-hura seperti pernikahan atau hajatan besar lainnya.

3. Gerbang Gaib Terbuka

Banyak yang percaya bahwa pada Malam 1 Suro, batas antara dunia manusia dan dunia gaib menipis. Mitos ini sebenarnya adalah pengingat untuk selalu menjaga sikap, ucapan, dan hati agar terhindar dari energi negatif.

Relevansi Malam 1 Suro untuk Anak Muda

Di tengah gempuran budaya modern, Malam 1 Suro menawarkan sesuatu yang berbeda, yaitu sebuah jeda atau puasa. Dalam istilah anak muda lebih awam dikenal, rehat atau hiatus.

Momen ini adalah kesempatan untuk melakukan digital detox, menepi sejenak dari hiruk pikuk media sosial, dan benar-benar terhubung dengan diri sendiri.

Melihat tradisi Tapa Bisu atau Jamasan Pusaka bukan lagi sekadar tontonan, melainkan cara untuk mengapresiasi warisan budaya yang kaya makna.

Memahaminya membuat kita sadar bahwa tradisi ini bukanlah tentang ketakutan, melainkan tentang penghormatan, refleksi, dan harapan.

Jadi, saat Malam 1 Suro 2025 tiba nanti, jangan hanya melihatnya sebagai malam yang angker. Cobalah untuk merasakan energinya, merenungkan maknanya, dan mungkin ikut dalam salah satu tradisinya.

Bagaimana tradisi Malam 1 Suro di daerahmu? Atau kamu punya pengalaman unik terkait malam ini? Bagikan ceritamu di kolom komentar ya!

Editor: Rifan Aditya

Tag:  #malam #suro #2025 #kapan #jadwal #tradisi #sakral #mitos #yang #menyelubunginya

KOMENTAR