



5 Alasan Mengapa Malam Satu Suro Dianggap Sakral oleh Masyarakat Jawa
Malam satu suro merupakan malam yang dikenal sakral bagi masyarakat Jawa. Ada larangan dan anjuran yang lekat dengan malam satu suro.
Seperti diketahui, kegiatan yang dianjurkan atau yang sudah jadi tradisi untuk menyambut malam satu suro antara lain tirakatan, semedi, puasa atau dikenal juga dengan istilah saum, memasak bubur putih, dan lainnya.
Sedangkan larangan di malam satu suro yakni, melaksanakan pernikahan, membangun rumah, pindah rumah hingga berpergian jauh, sebagaimana dilansir dari jurnal penelitian yang ditulis oleh Ahmad Choirul Rofiq.
Terlepas dari anjuran dan larangan, banyak momen dan tradisi yang dijalankan dengan penuh makna, ketenangan dan perenungan. Dan diyakini membawa energi kuat dalam hal spiritualitas untuk menjalani hidup yang lebih baik.
Jika demikian adanya, lantas mengapa malam Satu Suro dianggap sakral bagi masyarakat Jawa? Berikut lima alasan mengapa Malam Satu Suro dianggap sakral oleh masyarakat Jawa, dilansir laman resmi Sonobudoyo Yogyakarta.
-
Menandai Tahun Baru dalam Penanggalan Jawa
Satu Suro yang berarti tanggal 1 bulan Suro adalah awal dari tahun baru Jawa. Penanggalan ini sesuai dengan penanggalan Islam di mana tanggal 1 Suro juga bertepatan dengan tanggal 1 bulan Muharram.
Sistem kalender Jawa yang memasukkan unsur-unsur Islam dengan tradisi lokal dibuat oleh Sultan Hanyakrakusuma saat masa Kerajaan Mataram Islam
Perpaduan tradisi lokal, nilai-nilai agama dan budaya ini mencerminkan filosofi Jawa yang menekan pada permulaan baru yang tenang, penuh harapan dan refleksi diri. Oleh sebab itu kegiatan yang dianjurkan juga lekat dengan ritual keagamaan misalnya puasa hingga mandi air sungai atau bersuci.
-
Momen Untuk Merenung dan Intropeksi
Umumnya perayaan tahun baru identik dengan perayaan megah dan meriah. Namun malam Satu Suro sering diisi oleh kegiatan yang bertujuan untuk memberikan waktu pada diri untuk merenung. Masyarakat Jawa meyakini malam Satu Suro adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi diri, mengingat kembali apa saja yang telah dilakukan selama ini, dan merancang masa depan dengan bijak.
-
Momen Mengolah Batin untuk Menyeimbangkan Diri
Saat malam Satu Suro tiba ada beberapa aktivitas yang berkaitan dengan mengolah batin. Di antaranya adalah puasa, tirakat, hingga bertapa atau menyepi. Beberapa aktivitas ini bertujuan untuk memperkuat mental dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa di tengah segala permasalahan dan cobaan yang ada dalam hidup.
-
Menandakan Babak Baru dalam Hidup
Saat bulan Muharram akan tiba banyak anjuran untuk membaca doa awal dan akhir tahun. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa sendiri, malam Satu Suro merupakan malam yang tepat untuk mengingat dan belajar untuk meninggalkan keburukan di masa lalu. Hingga akhirnya membuka lembaran hidup baru.
Oleh sebab itu, saat bulan Suro telah berakhir banyak masyarakat Jawa yang mulai melakukan hal penting seperti membangun dan pindah rumah, menikah dan membuka usaha.
-
Momen yang Dipercaya Penuh dengan Energi Spiritual
Momen mengolah batin ini yang dijelaskan sebelumnya akhirnya diyakini dapat menghasilkan energi spiritual yang tinggi. Oleh karenanya, ada beberapa tempat atau lokasi yang dipercaya menghasilkan energi spiritual yang tinggi yang telah dianggap sakral dan keramat untuk melakukan ritual khusus.
Ritual khusus ini seperti doa bersama di masjid, ziarah ke makam sosok yang dipercaya punya spiritualitas yang tinggi seperti ke makam para wali, hingga bertapa di tempat-tempat yang dianggap sakral karena suasananya yang damai dan hening.
Bagi masyarakat Jawa, malam Satu Suro bukan sekadar perayaan atas datangnya tahun yang baru. Namun, momentum yang berkaitan dengan spiritual penuh makna.
Tradisi atau aktivitas yang dianjurkan pun mencerminkan filosofi hidup Jawa yang kaya akan nilai-nilai kebijaksanaan. Malam Satu Suro pun dianggap sakral karena momen penuh evaluasi, perenungan atas diri. Serta mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa.
***
Tag: #alasan #mengapa #malam #satu #suro #dianggap #sakral #oleh #masyarakat #jawa