Menyelami Makna dan Ritual Khas di Bulan Suro, Bulan Sakral Penuh Laku Spiritual
Menyelami Makna dan Ritual Khas di Bulan Suro, Bulan Sakral Penuh Laku Spiritual (kjpargeter/Freepik)
20:20
18 Juni 2025

Menyelami Makna dan Ritual Khas di Bulan Suro, Bulan Sakral Penuh Laku Spiritual

- Bulan Suro atau Sura dalam kalender Jawa bukanlah sekadar bulan pertama dalam penanggalan Jawa. Ia bukan hanya pembuka tahun, tapi juga pintu spiritual yang penuh makna dan penghayatan.

Masyarakat Jawa secara turun-temurun menjadikan bulan Suro sebagai momen penting untuk merenung, membersihkan diri secara lahir dan batin, serta melakukan berbagai ritual yang sarat nilai filosofis. Bagi yang memahami, Suro bukan sekadar soal mistis, tapi juga momentum penyelarasan antara diri, alam, dan semesta.

Menurut penjelasan dari salah satu video di kanal Youtube yang aktif membahas weton dan primbon jawa yakni Ngaos Jawa, secara makna, bulan Suro identik dengan keheningan dan kontemplasi.

Dalam tradisi Jawa, Suro adalah bulan untuk mengendalikan hawa nafsu, bukan untuk bersenang-senang atau merayakan sesuatu yang bersifat hura-hura. Energi spiritual di bulan ini diyakini sangat kuat, bahkan ada anggapan bahwa batas antara dunia nyata dan dunia gaib menjadi sangat tipis. Karena itu, masyarakat Jawa justru memilih untuk menyepi, bertirakat, dan melakukan tapa.

Ada beberapa ritual khas yang kerap dijalankan masyarakat selama bulan Suro. Salah satunya adalah Tapa Bisu di Keraton Yogyakarta, yakni ritual jalan kaki mengelilingi benteng keraton tanpa berbicara sepatah kata pun. Ini adalah bentuk laku diam untuk menolak bala dan menyerap energi spiritual. Ritual ini biasanya dilakukan oleh para abdi dalem atau mereka yang memang menjalani laku prihatin.

Selain itu, ada juga Larung Sesaji yang digelar di Pantai Selatan, sebagai bentuk penghormatan dan harmonisasi antara manusia dan kekuatan gaib penjaga lautan. Sesaji yang dihanyutkan menjadi simbol permohonan keselamatan bagi diri, keluarga, dan masyarakat.

Tak ketinggalan, tradisi tirakat dan puasa Suro juga sangat kental dijalani oleh para spiritualis, dukun, atau bahkan masyarakat biasa yang ingin membersihkan diri. Tirakat bisa berupa puasa mutih, melek semalam suntuk, atau membaca doa-doa pelindung. Ada pula upacara adat seperti bersih desa, yang melibatkan warga setempat dalam prosesi membersihkan tempat ibadah atau petilasan leluhur.

Semua ritual ini bukan tanpa makna. Mereka adalah bentuk penyelarasan manusia dengan kekuatan semesta. Dalam budaya Jawa, hidup bukan hanya tentang yang terlihat, tapi juga yang tidak kasat mata. Dan bulan Suro adalah jembatan antara keduanya.

Sebagai penutup, bulan Suro sebaiknya tidak disikapi hanya dengan rasa takut, tetapi dengan pemahaman. Ritual-ritual yang dijalani adalah simbol dari pengendalian diri, penghormatan kepada leluhur, dan upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Maka dari itu, marilah kita ikut menjaga warisan leluhur ini, agar tidak sekadar menjadi cerita turun-temurun, tapi tetap hidup dalam praktik kehidupan sehari-hari yang penuh makna.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #menyelami #makna #ritual #khas #bulan #suro #bulan #sakral #penuh #laku #spiritual

KOMENTAR