Cerita Gen Z Alami Burnout di Dunia Kerja, Tekanan dari Kantor dan Konsumen
Burnout menjadi salah satu tanda bahwa seseorang bekerja terlalu berlebihan. Burnout dikategorikan WHO sebagai sindrom yang dihasilkan dari stres kronis di tempat kerja yang belum berhasil dikelola.(energepic.com/ Pexels)
19:05
15 Juni 2025

Cerita Gen Z Alami Burnout di Dunia Kerja, Tekanan dari Kantor dan Konsumen

Burnout adalah kelelahan mental yang bisa dirasakan oleh pekerja akibat lingkungan kerja yang penuh tekanan.

Setidaknya, inilah yang dirasakan oleh para pekerja generasi Z asal Kota Bekasi, Jawa Barat, bernama Yasmin (27) dan Siti (24).

“Disuruh talangin angsuran dan nagih angsuran ke konsumen, padahal bukan tugasku sebagai marketing,” ucap Yasmin kepada Kompas.com, Jumat (13/6/2025).

Tekanan dari kantor dan makian dari konsumen

Cerita Gen Z di Bekasi yang alami burnout karena tekanan pekerjaan, jam kerja tak menentu, dan harus menggantikan senior yang berpengalaman.Pexels/KAMPUS PRODUCTION Cerita Gen Z di Bekasi yang alami burnout karena tekanan pekerjaan, jam kerja tak menentu, dan harus menggantikan senior yang berpengalaman.

Yasmin adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan developer perumahan. Ia sudah bekerja sebagai anggota tim marketing selama tiga tahun.

Yasmin menjelaskan, tugasnya sebagai seorang marketing adalah memasarkan properti kepada calon pembeli sekaligus membantu proses transaksi jual beli.

“Job desk-aku juga menjembatani konsumen dan developer. Kalau ada komplain, aku bantu sampaikan ke pihak developer,” terang dia.

Selama ini, pekerjaannya berjalan lancar. Kendati demikian, Yasmin mulai mengalami burnout pada awal tahun ini akibat banjir lima tahunan.

“Titik yang membuat burnout saat kejadian banjir lima tahunan. Dihujat habis-habisan sama konsumen, disumpahin, dimaki-maki dan segala macam,” ungkap Yasmin.

Selain tekanan dari konsumen yang ingin dicarikan solusi, bahkan ada pula yang meminta pengembalian dana cicilan rumah, Yasmin juga menghadapi tekanan dari kantor.

Tim marketing ditekan untuk menalangi angsuran para konsumen sekaligus melakukan penagihan.

“Kantor pun lingkungannya cukup toksik, ditambah atasan yang menurutku enggak punya value di bidangnya. Ada beberapa atasan yang enggak ada usaha untuk scale up supaya para karyawan jadi lebih baik,” jelas Yasmin.

          View this post on Instagram                      

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Jam kerja tidak tentu ditambah menggantikan senior

Cerita Gen Z di Bekasi yang alami burnout karena tekanan pekerjaan, jam kerja tak menentu, dan harus menggantikan senior yang berpengalaman.Freepik.com/Freepik Cerita Gen Z di Bekasi yang alami burnout karena tekanan pekerjaan, jam kerja tak menentu, dan harus menggantikan senior yang berpengalaman.

Siti bekerja sebagai wartawan salah satu media daring. Ia mengalami tekanan mental karena langsung ditempatkan di pos yang terkenal luar biasa padat karena garapannya seputar isu perkotaan.

“Aku merasa ada tekanan karena langsung ditaruh di pos yang dikenal sebagai ‘istana’ anak-anak metropolitan. Aku merasa pos ini besar,” ungkap Siti kepada Kompas.com, Jumat.

Siti memang ingin menjadi wartawan. Menurut dia, profesi ini luar biasa. Namun, bukan berarti ia langsung nyaman saat pertama kali menjadi wartawan.

Ia belum terbiasa dengan jam kerja yang tidak menentu, dan banyaknya permintaan dari redaksi untuk menulis beragam topik dan memantau beragam hal dalam satu waktu.

Ditambah lagi, ia ditempatkan di pos tersebut karena harus menggantikan senior yang terkenal mumpuni di kantornya.

“Di situ aku menggantikan posisi para senior yang selama ini rekam jejaknya luar biasa banget, sudah sat set banget. Aku menggantikan mereka sendirian,” tutur Siti.

Seiring berjalannya waktu, Siti sudah terbiasa dengan pekerjannya. Namun, lambat laun, tekanan mental karena harus menggantikan senior yang mumpuni semakin tinggi.

Siti pun akhirnya mengalami burnout.

“Aku masih merasa insecure, kurang percaya diri, karena seorang fresh graduate. Ditambah vibe kerja di pos ini beda karena wartawan lainnya sudah pada senior, aku sendiri baru mulai banget. Dan permintaan dari kantor banyak,” jelas dia.

Perasaan kurang percaya diri itu datang dari rekam jejak para seniornya yang dikenal cepat perihal mengejar isu dan menulis berita.

Siti paham bahwa dua seniornya bisa seperti itu karena sudah lebih lama bekerja sebagai wartawan daripada dirinya.

Namun, ia tetap merasa kurang percaya diri sehingga merasa kelelahan mental karena memaksakan diri untuk bekerja seperti kedua seniornya.

“Itu tekanan sendiri banget sampai bikin burnout. Apalagi ritme kerja di pos aku memang lebih cepat daripada pos lain,” kata dia.

Dibawa enjoy saat bekerja

Ilustrasi burnout. Para Gen Z, Yasmin dan Siti punya cara untuk menghadapi burnout. Seperti apa?Shutterstock/Lightspring Ilustrasi burnout. Para Gen Z, Yasmin dan Siti punya cara untuk menghadapi burnout. Seperti apa?

Meski mengalami burnout, baik Yasmin maupun Siti tetap berusaha untuk menikmati setiap pekerjaan yang dilakukan.

Pasalnya, keduanya memahami betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan saat ini. Angka pemutusan hubungan kerja (PHK) pun kian meningkat.

“Aku sih banyakin me time saja, ngelakuin apa yang membuatku senang, yang sebelumnya enggak bisa dilakukan karena jadwal kerja yang padat. Maksa diri untuk lakuin kegiatan yang menyenangkan pas libur,” tutur Yasmin.

Sementara itu, cara Siti mengatasi burnout adalah lebih sering mengobrol dengan para senior di posnya.

“Aku banyak sharing dengan mereka soal burnout yang aku rasakan. Sejauh ini cara itu efektif karena aku sudah enggak merasakannya lagi. Kalau merasakannya lagi, aku tinggal sharing lagi,” ujar Siti.

          View this post on Instagram                      

A post shared by Kompas.com (@kompascom)

Tag:  #cerita #alami #burnout #dunia #kerja #tekanan #dari #kantor #konsumen

KOMENTAR