Prosedur Konklaf Pemilihan Paus: Kardinal Suharyo Jadi Kandidat Pemimpin Gereja Katolik
Kardinal Ignatius Suharyo (dok. Keuskupan Agung Semarang)
20:37
30 April 2025

Prosedur Konklaf Pemilihan Paus: Kardinal Suharyo Jadi Kandidat Pemimpin Gereja Katolik

Setelah wafatnya Paus Francis pada 21 April 2025, Gereja Katolik memasuki masa sede vacante, yaitu periode ketika Takhta Suci kosong. Dalam masa ini, Gereja Katolik memulai proses konklaf untuk memilih paus baru, sesuai dengan tradisi dan hukum kanonik yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Surhayo menjadi kandidat pengganti Paus Fransiskus dari Indonesia. Ini setelah Kardinal Surharyo masuk menjadi peserta konflaf, serta akan mengikuti prosedur sakral pemilihan pemimpin Gereja Katolik.

Menyadur Catholic News Agency, berikut ini prosedur konklaf pemilihan Paus baru pengganti Paus Fransiskus.

Siapa yang berhak memilih Paus?

Pemilihan Paus hanya bisa dilakukan oleh para kardinal dari penjuru dunia. Syaratnya, para kardinal harus berusia di bawah 80 tahun untuk memilih Paus baru.

Selain memilih, para kardinal tersebut juga secara otomatis menjadi kandidat Paus ketika mengikuti konklaf. Nama mereka berpeluang terpilih sebagai pemimpin Vatikan dalam konflaf.

Saat ini, terdapat 134 kardinal yang memenuhi kriteria tersebut. Mereka dikenal sebagai kardinal elektor dan bertanggung jawab penuh dalam proses pemilihan ini.

Apa saja persiapan menuju konklaf?

Konklaf baru dapat digelar setelah Novendiales, atau masa berkabung selama 9 hari atas kematian Paus Fransiskus. Begitu masa berkabung selesai, para kardinal berkumpul di Vatikan untuk memulai persiapan konklaf.

Mereka mengadakan pertemuan umum yang disebut kongregasi umum, di mana mereka membahas situasi Gereja saat ini dan tantangan yang dihadapi. Pertemuan ini juga menjadi kesempatan bagi para kardinal untuk saling mengenal lebih dekat, terutama bagi mereka yang baru pertama kali mengikuti konklaf.

Lokasi dan keamanan konklaf

Konklaf diadakan di Kapel Sistina, sebuah tempat yang sarat sejarah dan simbolisme. Sebelum konklaf dimulai, kapel ini akan diperiksa secara menyeluruh untuk memastikan tidak ada perangkat komunikasi atau alat perekam yang dapat mengganggu kerahasiaan proses.

Para kardinal juga mengambil sumpah untuk menjaga kerahasiaan semua yang terjadi selama konklaf. Pada intinya, seluruh proses konklaf digelar secara rahasia, sakral, dan tertutup dari publik.

Proses pemilihan Paus

Proses pemilihan Paus dilakukan melalui pemungutan suara yang dilakukan para kardinal. Setiap hari, para kardinal dapat mengadakan hingga empat putaran pemungutan suara—dua di pagi hari dan dua di sore hari—untuk memunculkan nama calon Paus.

Seorang kandidat harus memperoleh dua pertiga suara dari total kardinal yang hadir untuk bisa menjadi Paus. Pemungutan suara akan terus dilaksanakan untuk mencapai kemenangan dua pertiga suara bagi seorang kardinal.

Jika tidak ada kandidat yang mencapai jumlah tersebut setelah beberapa hari, maka proses konflaf dapat ditunda sementara untuk refleksi dan doa. Selanjutnya, proses pemungutan suara akan kembali digelar.

Simbol asap: Hitam dan putih

Setelah setiap putaran pemungutan suara, hasilnya akan diumumkan oleh Vatikan melalui asap yang keluar dari cerobong Kapel Sistina. Dari situlah warga dunia bisa mengetahui setidaknya hasil pemungutan suara yang sedang berlangsung.

Asap hitam menandakan bahwa belum ada Paus yang terpilih. Sementara asap putih menandakan bahwa seorang Paus baru telah terpilih. Tradisi ini memungkinkan umat Katolik di seluruh dunia untuk mengikuti perkembangan konklaf secara langsung.

Setelah Paus terpilih

Setelah seorang kardinal terpilih dalam konklaf, ia harus menyatakan untuk menerima jabatan sebagai Paus. Jika menerima, maka ia akan memilih nama kepausannya dan asap putih berkobar di cerobong Kapel Sistina.

Paus yang terpilih lantas mengenakan pakaian kepausan dan muncul ke hadapan publik. Momen ini selalu dilakukan di balkon Basilika Santo Petrus, di mana Paus baru memberikan Urbi et Orbi, atau berkat pertama kepada umat.

Pentingnya Konklaf

Konklaf bukan hanya proses administratif, tetapi juga momen spiritual yang mendalam bagi Gereja Katolik. Para kardinal diharapkan untuk membuka diri terhadap bimbingan Roh Kudus dalam membuat keputusan yang akan mempengaruhi arah Gereja di masa depan.

Dengan mengikuti tradisi dan prosedur yang telah ditetapkan, konklaf memastikan bahwa pemilihan Paus berlangsung dengan penuh hormat, kerahasiaan, dan kesakralan. Proses ini mencerminkan komitmen Gereja Katolik untuk menjaga kontinuitas dan integritas kepemimpinannya di tengah tantangan zaman.

Editor: Ruth Meliana

Tag:  #prosedur #konklaf #pemilihan #paus #kardinal #suharyo #jadi #kandidat #pemimpin #gereja #katolik

KOMENTAR