



Psikolog Mengatakan Bahwa Kamu Termasuk dalam Salah Satu dari 4 Kategori Pengguna Media Sosial Ini
- Media sosial kini sudah menjadi kegiatan sehari-hari bagi banyak orang. Baik saat menunggu di antrian kopi atau setelah seharian bekerja, scrolling media sosial sudah menjadi kebiasaan yang sulit dilewatkan.
Namun, pernahkah kamu berpikir, kebiasaan kamu saat scrolling dan memposting di media sosial ini bisa menunjukkan banyak hal tentang dirimu?
Setiap orang memiliki cara berbeda dalam menggunakan media sosial. Ada yang hanya mengintip tanpa memberikan komentar, ada yang selalu membagikan setiap momen dalam hidup, dan ada juga yang membangun merek pribadi di dunia maya.
Menurut penelitian psikologi, dilansir dari Blog Herald pada Rabu (19/2), kebanyakan orang masuk dalam salah satu dari empat kategori berdasarkan alasan dan cara mereka berinteraksi dengan dunia digital ini.
Penting untuk diingat bahwa kategori-kategori ini bukanlah kotak yang kaku, melainkan gambaran umum yang membantu kita memahami pola dan motivasi di balik perilaku online kita.
Mengenal kategori ini bisa memberikan wawasan mengenai pemicu emosional dan kebutuhan sosial kita, bahkan membantu kita menyadari apakah kebiasaan digital kita perlu diperbaiki.
1. Pengguna yang Antusias Berbagi
Si penggemar berbagi hidup untuk update. Mereka tidak segan untuk membagikan foto sarapan, selfie di gym siang hari, atau bahkan berbagi pemikiran pribadi di malam hari. Bagi mereka, media sosial adalah tempat untuk berbagi setiap detail hidup, dari yang membahagiakan hingga yang mengecewakan.
Beberapa orang mungkin melihat mereka sebagai “terlalu berbagi,” tetapi dari sudut pandang psikologi, ini bisa dikaitkan dengan keinginan untuk terhubung dengan orang lain. Daniel Goleman, ahli dalam kecerdasan emosional, menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan umpan balik. Setiap like atau komentar memberikan dorongan dopamin, memperkuat kebiasaan berbagi secara konsisten.
Terkadang, si penggemar berbagi ini juga mencari validasi eksternal. Itu bukan berarti mereka tidak percaya diri, melainkan mereka menikmati aspek komunitas dalam kehidupan digital. Jika kamu merasa masuk dalam kategori ini, coba refleksikan: apakah kamu membagikan sesuatu untuk ekspresi diri atau hanya karena merasa harus melakukannya?
2. Pengamat yang Diam
Pernahkah kamu melihat teman yang tidak pernah memposting atau berkomentar, tetapi tampaknya tahu segala hal yang terjadi? Mereka adalah pengamat yang diam. Mereka seringkali hanya scroll tanpa berinteraksi, bukan karena malu atau tidak peduli, tetapi karena mereka lebih suka mengamati tanpa perlu menjadi sorotan.
Banyak orang merasa nyaman dengan gaya ini. Mereka menyukai media sosial karena membantu mereka tetap update dengan berita, tren, atau acara dalam jaringan mereka, tetapi mereka tidak merasa perlu untuk berbagi pendapat atau foto pribadi. Sering kali, mereka lebih memilih untuk merenung dan mencerna informasi tanpa perlu menampilkan diri.
Namun, risiko dari kebiasaan ini adalah merasa terasing. Jika kamu tidak pernah berkomentar atau berinteraksi langsung, jaringan sosialmu bisa saja lupa dengan keberadaanmu. Jika kamu merasa baik-baik saja dengan hal ini, itu tidak masalah. Namun, jika kamu merasa kurang terhubung, cobalah untuk mulai berinteraksi sedikit demi sedikit. Sebuah komentar atau percakapan satu lawan satu bisa memberikan dampak besar.
3. Pengguna yang Reaktif
Si pengguna reaktif mungkin tidak memulai percakapan, tetapi mereka cepat merespons jika ada sesuatu yang menarik perhatian mereka. Ketika teman mengunggah pendapat yang kuat, mereka akan langsung berkomentar. Jika ada meme lucu, mereka akan menandai teman lain. Mereka suka terlibat dalam percakapan, menambahkan humor atau pandangan mereka.
Kategori ini mengutamakan koneksi sosial dan komunitas. Mereka mungkin tidak sering membuat postingan, tetapi mereka aktif di kolom komentar. Carl Rogers, pelopor terapi berpusat pada orang, menekankan pentingnya dialog yang tulus dalam hubungan manusia. Pengguna reaktif sangat menikmati jenis interaksi ini, dan media sosial menjadi tempat untuk terhubung.
Namun, si pengguna reaktif kadang bisa terjebak dalam perdebatan sengit atau reaksi impulsif. Jika kamu merasa termasuk dalam kategori ini, cobalah untuk berhenti sejenak sebelum memposting jawaban yang emosional. Refleksikan dulu: "Apakah saya memberikan nilai atau hanya sekadar melampiaskan perasaan?" Sejenak berhenti bisa menjaga percakapan tetap positif dan bermakna.
4. Pengguna yang Seimbang
Pengguna yang seimbang bisa dianggap sebagai “anak tengah” dalam dunia media sosial. Mereka tidak membagikan setiap momen, tetapi juga tidak terdiam begitu saja. Mereka akan membagikan foto perjalanan sesekali, memberi komentar dengan bijak di acara kehidupan teman, atau menyukai beberapa postingan di timeline. Media sosial bagi mereka adalah alat, bukan kebutuhan hidup.
Mereka cenderung memiliki batasan yang jelas antara kehidupan online dan kehidupan offline, yang mencerminkan rasa percaya diri. Pengguna seimbang berbagi dengan selektif tetapi tulus. Mereka tidak mengejar validasi, tetapi juga tidak bersembunyi dari dunia maya.
Bagi mereka, media sosial adalah keseimbangan—sedikit berbagi, sedikit mengamati, sedikit berinteraksi, tetapi semua itu terasa tidak membebani. Jika kamu merasa cocok dengan kategori ini, pertimbangkan kebiasaan apa yang kamu terapkan untuk menjaga keseimbangan ini. Mungkin kamu membatasi waktu untuk membuka aplikasi atau hanya mengikuti orang-orang yang menginspirasi, bukan yang menguras energi. Menyadari kebiasaan ini bisa membantu menjaga hubungan yang sehat dengan feed media sosial.
Tidak ada satu kategori yang lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Yang penting adalah mengenali gaya pribadi kamu dalam menggunakan media sosial dan menyesuaikannya dengan kebutuhan emosional serta tujuan hidup. Jika kamu termasuk penggemar berbagi, perhatikan apakah kamu merasa kelelahan. Jika kamu seorang pengamat diam, pastikan kamu tidak merasa terisolasi.
Intinya, kita semua berinteraksi di dunia digital ini dengan cara yang berbeda. Menyadari tempat kamu berada dalam spektrum ini bisa membantu membuat pilihan yang lebih bijak untuk kesehatan mental dan hubungan yang lebih tulus.
Jadi, apakah kamu lebih suka berbagi, mengamati, berinteraksi, atau sekadar menikmati dengan keseimbangan? Lakukan semuanya dengan kesadaran diri dan sedikit kebaikan.
Tag: #psikolog #mengatakan #bahwa #kamu #termasuk #dalam #salah #satu #dari #kategori #pengguna #media #sosial