Orang-orang yang Berusaha Berjuang Melawan FOMO di Media Sosial, Biasanya Menampilkan 9 Perilaku Halus Ini Menurut Psikologi
ILUSTRASI: Seseorang yang berjuang melawan fomo media sosial. (Freepik/freepik)
21:16
11 Februari 2025

Orang-orang yang Berusaha Berjuang Melawan FOMO di Media Sosial, Biasanya Menampilkan 9 Perilaku Halus Ini Menurut Psikologi

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) menjadi bagian tak terpisahkan dari era media sosial.

Perasaan takut ketinggalan informasi, tren, atau momen penting yang dibagikan orang lain membuat banyak orang merasa cemas dan gelisah.    Tanpa disadari, FOMO bisa memengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari.    Namun, mereka yang sedang berjuang melawan FOMO sering menunjukkan perilaku halus yang mungkin tampak biasa saja, tetapi sesungguhnya mencerminkan pergulatan emosional yang mendalam.    Dilansir dari Geediting pada Selasa (11/2), terdapat sembilan perilaku halus orang yang sedang berusaha melawan FOMO di media sosial menurut psikologi.

1. Sering Mengecek Media Sosial Meski Tidak Ada Notifikasi
 


Orang yang berjuang melawan FOMO cenderung merasa gelisah jika tidak membuka media sosial.    Mereka kerap mengecek ponsel meskipun tidak ada notifikasi baru.   Aktivitas ini dilakukan sebagai bentuk "pengecekan realitas" untuk memastikan mereka tidak melewatkan informasi atau momen penting dari orang lain.

Psikologi di Balik Perilaku Ini:
Rasa takut ketinggalan membuat otak memicu perilaku kompulsif untuk terus mencari kepastian.   Ini terjadi karena dopamin, zat kimia otak yang terlibat dalam rasa senang, dilepaskan setiap kali seseorang melihat konten baru.

2. Membandingkan Diri dengan Kehidupan Orang Lain

Salah satu tanda klasik FOMO adalah kebiasaan membandingkan kehidupan pribadi dengan yang terlihat di media sosial.    Orang yang sedang melawan FOMO sering merasa hidupnya kurang menarik dibandingkan dengan kehidupan "sempurna" yang dipamerkan orang lain.

Psikologi di Balik Perilaku Ini:
Proses perbandingan sosial ini bisa menurunkan harga diri seseorang.    Menurut teori perbandingan sosial, manusia cenderung mengevaluasi dirinya sendiri berdasarkan apa yang mereka lihat pada orang lain.

3. Terjebak dalam Siklus Posting dan Menghapus Konten
 


Mereka yang melawan FOMO sering merasa ragu dengan konten yang mereka unggah.    Awalnya, mereka ingin berbagi momen untuk mengikuti tren atau mendapatkan perhatian.    Namun, setelah beberapa saat, muncul rasa tidak puas yang membuat mereka menghapus konten tersebut.

Psikologi di Balik Perilaku Ini:
Rasa takut akan penilaian negatif dari orang lain membuat mereka terus-menerus mempertanyakan keputusan yang diambil, termasuk dalam hal membagikan konten di media sosial.

4. Merasa Cemas Saat Tidak Bisa Mengakses Internet

Ketika koneksi internet terputus, orang yang melawan FOMO sering merasa gelisah atau khawatir akan ketinggalan sesuatu yang penting.   Mereka akan mencari cara untuk segera kembali online agar tetap terhubung dengan dunia maya.

Psikologi di Balik Perilaku Ini:
Rasa cemas ini disebut nomophobia (no mobile phone phobia), yaitu ketakutan berlebihan saat tidak bisa mengakses ponsel atau internet.

5. Mengikuti Banyak Akun untuk "Tetap Update"
 


Mereka yang melawan FOMO cenderung mengikuti banyak akun di media sosial, mulai dari akun berita hingga influencer.    Tujuannya adalah agar selalu up-to-date dengan apa yang sedang terjadi di dunia.

Psikologi di Balik Perilaku Ini:
Menurut teori kebutuhan akan afiliasi, manusia memiliki dorongan untuk tetap terhubung dengan kelompok sosialnya.    Mengikuti banyak akun dianggap sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

6. Menghindari Media Sosial Sesekali, tetapi Selalu Kembali Lagi

Beberapa orang mencoba melawan FOMO dengan melakukan detoks media sosial.    Mereka sengaja tidak membuka media sosial selama beberapa waktu.   

  Namun, pada akhirnya, mereka kembali dengan perasaan bahwa mereka telah melewatkan banyak hal.

Psikologi di Balik Perilaku Ini:
Ini menunjukkan adanya konflik batin antara keinginan untuk bebas dari pengaruh media sosial dan ketakutan akan keterasingan sosial.

7. Mengatur Ulang Feed untuk Menghindari Konten yang Memicu FOMO

Orang yang sadar sedang berjuang melawan FOMO sering mengatur ulang feed mereka.    Mereka akan berhenti mengikuti akun-akun yang membuat mereka merasa iri atau kurang puas dengan kehidupan sendiri.

Psikologi di Balik Perilaku Ini:
Ini adalah mekanisme koping yang sehat.    Mengurangi paparan terhadap konten negatif membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan emosional.

8. Memborong Tren atau Barang Viral untuk "Ikut Terlihat"

FOMO sering mendorong seseorang untuk ikut membeli barang-barang yang sedang viral, meskipun barang tersebut sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.    Mereka ingin terlihat "ikut tren" agar tidak merasa tertinggal dari yang lain.

Psikologi di Balik Perilaku Ini:
Dorongan untuk membeli barang yang sedang populer berkaitan dengan kebutuhan untuk diterima secara sosial dan meningkatkan citra diri.

9. Menjaga Penampilan Online dengan Hati-Hati

Orang yang berjuang melawan FOMO cenderung sangat berhati-hati dengan penampilan online mereka.    Mereka mengedit foto atau unggahan agar terlihat sempurna, sesuai dengan standar yang mereka lihat di media sosial.

Psikologi di Balik Perilaku Ini:
Ini adalah bentuk self-presentation, di mana seseorang mencoba menampilkan versi terbaik dari dirinya untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Kesimpulan

Perilaku halus dalam melawan FOMO sering kali tidak disadari, tetapi bisa berdampak besar pada kesejahteraan emosional.    Jika terus dibiarkan, FOMO dapat menurunkan rasa puas terhadap hidup dan meningkatkan kecemasan.    Oleh karena itu, penting untuk menyadari perilaku-perilaku ini dan mencari cara yang lebih sehat untuk berinteraksi dengan media sosial.    Dengan membangun kesadaran dan keseimbangan, kita bisa menikmati dunia digital tanpa terjebak dalam rasa takut akan ketinggalan.

Editor: Bintang Pradewo

Tag:  #orang #orang #yang #berusaha #berjuang #melawan #fomo #media #sosial #biasanya #menampilkan #perilaku #halus #menurut #psikologi

KOMENTAR