Sakral dan Melekat dengan Tradisi, Inilah 7 Makna Prosesi Pranikah yang Dilakukan oleh Pengantin Adat Jawa
Potret prosesi pranikah adat Jawa. (foto : Unsplash.com/FahmiRamadhan)
12:28
26 September 2024

Sakral dan Melekat dengan Tradisi, Inilah 7 Makna Prosesi Pranikah yang Dilakukan oleh Pengantin Adat Jawa

- Pernikahan adalah salah satu momen hidup yang sakral sehingga setiap orang merayakannya dengan meriah dan penuh kebahagiaan. Khususnya Indonesia sendiri sangat melekat dengan tradisi dalam rangkaian pelaksanaannya.

Berbagai suku bangsa di Indonesia memiliki ciri khas tradisinya masing-masing, baik saat momen pranikah, hari H, maupun pasca pernikahan tersebut. Semuanya tentu memiliki makna tersendiri.

Terutama prosesi pranikah yang dilakukan oleh pengantin adat Jawa yang memiliki 7 makna di dalamnya menurut yang dilansir dari laman Wedding Market, diantaranya adalah :

1. Tratag dan Tarub

Tratag merupakan dekorasi tenda yang dipasang di rumah orang tua mempelai pengantin perempuan untuk tempat berteduh para tamu undangan yang hadir pada acara pernikahan nanti. Sedangkan tarub adalah hiasan anyaman janur kuning melengkung kemudian dipasang ditempat yang sama.

Pemasangan tratag bertujuan untuk memberikan tanda bahwa keluarga tersebut akan mengadakan hajatan dan sebagai bentuk penghormatan kepada para tamu agar dapat menghadiri acara prosesi pernikahan dengan nyaman dan teduh.

Sedangkan pemasangan tarub yang terbuat dari janur dan daun kelapa sebagai simbol kemakmuran dan keberkahan dengan harapan permohonan kepada Sang Pencipta agar kedua mempelai dan keluarganya memperoleh kemudahan, kelancaran rizki, kemakmuran dan keberkahan sepanjang hidup mereka.

Pemasangan tratag dan tarub biasanya dilakukan satu atau dua hari sebelum upacara akad nikah dilaksanakan.

2. Tuwuhan

Tuwuhan merupakan tumbuh-tumbuhan yang diletakkan di satu tempat disaat prosesi siraman akan dilangsungkan. Selain itu, bisa juga ditambahkan buah-buahan seperti setandan pisang raja.

Pemasangan tuwuhan bertujuan agar pernikahan tersebut dapat segera tumbuh kembang dan memperoleh sang buah hati yang dapat menjadi tali ikatan perkawinan dan berharap tak akan terpisahkan sampai akhir hayat mereka.

3. Sungkeman Pertama

Sungkeman pertama merupakan sebuah ritual disaat mempelai pengantin sungkem dan berlutut kepada kedua orang tua untuk mengucapkan terimakasih kepada mereka yang membesarkannya dari lahir hingga sekarang, serta meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah dilakukan.

Setelah itu sang mempelai pengantin meminta restu dan izin kepada kedua orang tuanya untuk melaksanakan pernikahan, prosesi ini dilaksanakan saat kedua mempelai akan menjalankan prosesi siraman.

4. Siraman

Pada prosesi siraman adat Jawa ini pengantin akan disiram dengan air yang berasal dari tujuh mata air berbeda lalu disiramkan oleh tujuh orang kerabat terdekat kepada pengantin, seperti ayah, ibu, serta saudara lebih tua.

Prosesi siraman mempunyai tujuan yang luhur yaitu membersihkan dan menyucikan jiwa dan raga kedua calon pengantin dari segala kesalahan dan hal-hal buruk yang mungkin pernah dilakukan olehnya.

Siraman juga bertujuan untuk pemberian doa dan berkah dari kedua orang tua dan saudara yang lebih tua dengan memberikan aliran air sebagai tanda sumber penghidupan.

5. Ngerik

Ngerik adalah merapikan atau memotong/mengerik rambut halus pada dahi mempelai perempuan. Prosesi mengerik ini dilakukan pada malam hari sebelum akad atau pesta pernikahan.

Prosesi ngerik dilakukan oleh perias kepada calon pengantin perempuan untuk membentuk rambut pengantin perempuan agar mudah dirias dan dipasangi paes pada saat pernikahan nanti.

Selain itu ngerik juga bertujuan untuk membuang segala keburukan, kesialan dan hal-hal yang tidak baik yang dapat mempengaruhi ketentraman dalam rumah tangga. Serta secara umum, perempuan yang sudah dikerik rambut halusnya pada dahi menjadi tanda bahwa perempuan tersebut sudah menikah.

6. Midodareni

Prosesi midodareni dilakukan oleh calon mempelari perempuan di malam sebelum hari akad nikah berlangsung, ia akan menjalani perawatan seluruh tubuhnya yang dibantu oleh perias seperti luluran, facial, creambath, dan perawatan seluruh anggota tubuhnya.

Pada prosesi midodareni, calon mempelai perempuan diharuskan berdiam diri dikamar bersama keluarganya yang lain dan tidak diizinkan untuk bertemu calon suaminya atau laki-laki lain. Prosesi ini dimulai dari pukul 18.00 sore hingga pukul 06.00 di pagi harinya di hari pernikahan.

7. Seserahan

Seserahan adalah prosesi yang dilakukan keluarga calon mempelai pria dan perempuan di malam midodareni. Pada acara tersebut, keluarga calon mempelai pria datang ke rumah calon mempelai perempuan untuk memberikan seserahan berupa makanan, kue, peralatan sholat, pakaian, perhiasan dan lain-lain.

Seserahan ini bertujuan sebagai lambang bentuk tanggung jawab seorang suami untuk memberikan nafkah kepada istrinya berupa pangan, sandang, dan papan. Sehingga calon mempelai pria dapat meyakinkan kedua orang tua dan keluarganya bahwa dia mampu memberikan kehidupan yang baik kepada calon istrinya kelak.

Mengutip dari laman Kabupaten Bantul, bahwa akhir-akhir ini masyarakat hanya mengambil beberapa prosesi saja karena bisa terkendala dari waktu maupun biaya. Tapi setidaknya mereka menyadari pentingnya menjaga kelestarian budaya.

Semoga hal tersebut bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk lebih mencintai budaya dan adat tinggalan dari nenek moyang daripada terbawa arus kemajuan zaman yang terkadang bertentangan dengan nilai-nilai para leluhur.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #sakral #melekat #dengan #tradisi #inilah #makna #prosesi #pranikah #yang #dilakukan #oleh #pengantin #adat #jawa

KOMENTAR