Sering Dijadikan 'Kambing Hitam', Ini 9 Tanda Orang yang Cari Muka untuk Menutupi Kebusukan Hatinya
9 tanda orang cari muka untuk menutupi kebusukannya (Lovepanky.com)
13:40
18 September 2024

Sering Dijadikan 'Kambing Hitam', Ini 9 Tanda Orang yang Cari Muka untuk Menutupi Kebusukan Hatinya

- Perilaku cari muka pada orang lain sering kali merupakan teriakan minta tolong, yang ditutupi oleh berbagai tindakan. Biasanya orang di sekitarnya akan menjadi kambing hitamnya, agar perilakunya sesuai dengan harapan.

Perilaku cari muka ini bisa ditandai dengan dengan perilaku bercerita secara berlebihan dan terus-menerus mencari validasi, hingga emosi yang berlebihan dan perilaku yang provokatif. Maka dari itu Anda harus berhati-hati jika menemui orang terdekat Anda dengan tanda-tanda ini.

Berdasarkan laman overcomewithus.com yang dikutip oleh laman JawaPos.com, Rabu (18/9) tedapat 9 tanda orang cari muka tujuannya untuk menutupi kebusukan hatinya:

1. Berbicara atau bercerita secara berlebih
Berbicara atau Bercerita secara Berlebihan merupakan indikator umum perilaku mencari perhatian pada orang dewasa.

Ciri ini biasanya ditandai dengan kecenderungan seseorang untuk mendominasi percakapan, sering kali melakukan monolog panjang tentang kehidupan, pengalaman, atau pengetahuan mereka tentang berbagai topik.

Mereka menggunakan strategi ini untuk menjaga agar pusat perhatian tetap tertuju pada diri mereka sendiri dan mempertahankan kendali atas pembicaraan.

2. Selalu mencari pujian dan persetujuan
Perilaku ini terwujud sebagai kebutuhan berkelanjutan untuk validasi, penegasan, atau pujian dari orang lain.

Orang-orang seperti itu mungkin sering merendahkan diri atau meremehkan pencapaian mereka dengan harapan mendapat pujian.

Mereka mungkin juga secara konsisten mencari kepastian tentang penampilan, kecerdasan, atau harga diri mereka, menggunakan persetujuan ini sebagai bentuk validasi eksternal.

Misalnya, dalam lingkungan sosial, seseorang yang menunjukkan perilaku ini mungkin terus-menerus mencari pujian dengan membuat pernyataan seperti "Saya terlihat buruk hari ini" atau "Saya gagal dalam presentasi itu", berharap orang lain akan membantahnya dan memberikan pujian yang diinginkan.

3. Reaksi emosional yang berlebih
Reaksi emosional berlebihan yang wajar terjadi melibatkan reaksi terhadap situasi atau rangsangan dengan cara yang sangat emosional, jauh melampaui apa yang dianggap sebagai respons wajar atau seimbang.

Tujuan dari reaksi berlebihan ini adalah untuk menarik perhatian dan memancing respons dari orang lain, sering kali menggambarkan diri mereka sebagai korban atau pahlawan, tergantung pada situasinya.

Orang-orang ini mungkin sering mengalami ledakan emosi yang dramatis, mengekspresikan rasa frustrasi yang ekstrem, atau menunjukkan kegembiraan atau kekecewaan yang berlebihan.

Mereka mungkin juga menanggapi kritik dengan sikap defensif atau marah yang ekstrem, yang bertujuan untuk mengalihkan fokus kepada diri mereka sendiri.

4. Sering mengganggu
Sikap menyela adalah perilaku mereka yang haus perhatian.

Perilaku ini ditandai dengan pola interupsi yang konsisten, di mana individu sering kali mengemukakan pikiran atau komentarnya tanpa menunggu jeda yang tepat dalam percakapan.

Motif utama di balik perilaku ini adalah untuk mendominasi percakapan dan menjaga perhatian tetap terfokus pada percakapan tersebut.

5. Melebih-lebihkan masalah
Membesar-besarkan penyakit atau masalah adalah pola perilaku menarik yang sering kali menarik perhatian.

Ini merangkum tindakan membesar-besarkan masalah kesehatan atau masalah pribadi jauh melampaui tingkat keparahan sebenarnya.

Individu yang terlibat dalam perilaku ini biasanya mencari empati, perhatian, atau kepedulian dari orang lain.

Mereka berupaya menjadi titik fokus perhatian dengan memanfaatkan naluri belas kasih teman-temannya.

Narasi mereka sering berkisar pada masalah kesehatan atau masalah pribadi mereka (yang seringkali tidak berdasar), sehingga menciptakan aura krisis yang terus-menerus di sekitar mereka.

6. Terlalu dramatis
Menjadi terlalu dramatis adalah sifat perilaku menarik yang sering menjadi pusat perhatian dalam interaksi sosial.

Pertimbangkan, misalnya, seseorang yang menggambarkan perselisihan kecil dengan seorang teman sebagai pertengkaran hebat.

Mereka mungkin melukiskan gambaran nyata tentang pengkhianatan dan sakit hati, padahal, itu hanyalah perbedaan pendapat sederhana yang dapat diselesaikan dengan mudah.

Kegemaran terhadap melodrama ini dapat mengubah perbincangan rutin menjadi diskusi penuh emosi, sehingga menjadikan individu yang terlalu dramatis sebagai pusat aksi.

Meskipun dapat menambah tingkat kegembiraan atau keingintahuan tertentu pada interaksi, dramatisasi yang terus-menerus juga dapat menyebabkan kelelahan dan skeptisisme di antara teman sebaya seiring berjalannya waktu.

7. Selalu bermain sebagai korban
Berperilaku sebagai korban adalah perilaku yang menarik, dimana individu cenderung menggambarkan diri mereka sebagai korban yang tidak bersalah dari suatu keadaan, ketimbang mengakui dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Mereka kerap menggambarkan diri mereka sebagai pihak yang tak berdaya menghadapi dunia yang tidak adil, terus-menerus dirugikan oleh orang lain, atau terus-menerus menghadapi kesulitan.

8. Kebiasaan melanggar aturan atau melanggar resiko
Kebiasaan melanggar aturan atau mengambil risiko sering kali dilihat sebagai tanda pemberontakan, keinginan mencari sensasi, atau mengabaikan otoritas.

Perilaku semacam ini tersebar luas di banyak lingkungan yang berbeda, termasuk sekolah dan tempat kerja, serta situasi sosial dan dalam batasan hukum.

Orang yang secara konsisten melakukan perilaku semacam itu mungkin menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap norma dan peraturan yang berlaku, lebih suka mengikuti aturan mereka sendiri atau mengambil risiko yang mungkin dianggap tidak perlu atau berbahaya oleh orang lain.

9. Perilaku manipulatif
Perilaku manipulatif adalah pola perilaku yang disengaja dan berpotensi membahayakan yang bertujuan untuk mengendalikan atau memengaruhi orang lain agar mencapai hasil yang diinginkan.

Perilaku ini sering kali melibatkan manipulator yang menggunakan taktik licik, menipu, atau bahkan kasar.

Hal itu dapat terwujud dalam berbagai bentuk seperti membuat orang merasa bersalah, melakukan gaslighting, berperan sebagai korban, atau mengeksploitasi kelemahan seseorang.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #sering #dijadikan #kambing #hitam #tanda #orang #yang #cari #muka #untuk #menutupi #kebusukan #hatinya

KOMENTAR