Taiwan Tuduh Kapal Tiongkok Rusak Kabel Telekomunikasi Bawah Laut
Ilustrasi kabel bawah laut. 
14:20
26 Januari 2025

Taiwan Tuduh Kapal Tiongkok Rusak Kabel Telekomunikasi Bawah Laut

- Chunghwa Telecom, perusahaan telekomunikasi Taiwan, melapor pada penjaga pantai bahwa kabel telekomunikasi dekat Keelung terputus pada 3 Januari 2025, pukul 12.40 waktu setempat.

Dikutip dari laporan The Singapore Post, Minggu (26/1/2025) penjaga pantai mengetahui peristiwa itu diduga disebabkan kapal barang Hong Kong, Shunxin-39.

Penjaga mengirimkan kapal patroli untuk mencegat kapal itu, termasuk melakukan kontak radio dan inspeksi internal.

 

Namun, gelombang laut tinggi menghalangi petugas untuk menaiki kapan tersebut.

Sementara itu, merujuk pada hukum internasional penyitaan kapal tersebut dilarang. Karena, sudah terlalu banyak waktu berlalu sejak kejadian tersebut.

Data pelacakan menunjukkan Shunxin-39 menyeret jangkarnya dan menghajar kabel Chunghwa Telecom.

Analis Lalu Lintas Laut melaporkan bahwa kapal barang tersebut telah melintasi perairan dekat pantai utara Taiwan sejak 1 Desember 2024.

Sehingga para pejabat Taiwan curiga putusnya kabel karena kesengajaan.

Pensiunan Kolonel Angkatan Udara AS Ray Powell mencatat bahwa kapal yang bertanggung jawab atas kerusakan kabel bawah laut Taiwan, Shunxing39, beroperasi dengan beberapa nama (Shunxing39 dan Xingshun39).

Termasuk, mengibarkan dua bendera (Kamerun dan Tanzania), dan menggunakan enam Identitas Layanan Bergerak Maritim (MMSI), yang berbeda selama perjalanannya antara Keelung Taiwan dan Busan Korea Selatan selama enam bulan terakhir.

Catatan kepemilikan menunjukkan kapal yang terdaftar di Kamerun itu milik Jie Yang Trading Limited, sebuah perusahaan Hong Kong yang dipimpin oleh GuoWenjie, seorang warga negara Tiongkok.

Lokasi kapal tersebut saat ini tidak diketahui karena layanan komersial belum mendeteksi sinyal AIS sejak 3 Januari. CGA telah menyerahkan semua bukti kepada jaksa untuk penyelidikan kriminal.

Sebagai tanggapan, Taiwan meminta bantuan dari otoritas Korea Selatan. Kapal yang dicurigai dilaporkan menuju ke Busan, Korea Selatan.

“Karena kami tidak dapat menanyai kapten, kami meminta pihak berwenang Korea Selatan untuk membantu penyelidikan di pelabuhan kapal berikutnya,” kata seorang pejabat Penjaga Pantai Taiwan.

Sabotase dan Agresi Hibrida

Meski terjadi kerusakan, Chunghwa Telecom mengalihkan lalu lintas ke kabel lain, memastikan layanan tidak terganggu.

Kabel tersebut, yang beroperasi sejak tahun 2008, menghubungkan Asia Timur dengan Pantai Barat AS.

Insiden di Taiwan mencerminkan gangguan serupa terhadap infrastruktur bawah laut di seluruh dunia, khususnya di Laut Baltik, di mana kabel dan pipa penting rusak.

Pada bulan Oktober 2023, Tiongkok pertama kali terlibat dalam sabotase kabel bawah laut ketika kapalnya, New Polar Bear, merusak pipa Balticconnector sepanjang 77 kilometer, yang merupakan sumber energi penting bagi Finlandia.

Hal ini disertai dengan kerusakan kabel data bawah laut yang menghubungkan Estonia ke Swedia. Beruang Kutub Baru kemudian berlayar ke St. Petersburg, kemudian terlihat di wilayah Arkhangelsk Rusia, dan akhirnya berlabuh di Tianjin, Tiongkok.

Pada awalnya, Tiongkok membantah tuduhan Eropa mengenai Beruang Kutub Baru yang menyebabkan kerusakan.

Namun, pada Agustus 2024, Beijing mengakui bahwa kapal berbendera Hong Kong bertanggung jawab, namun menyalahkan insiden tersebut karena badai hebat.

Pada November 2024, dua kabel serat optik di Laut Baltik terputus, sehingga para penyelidik fokus pada kapal curah Tiongkok Yi Peng 3.

Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menyebut insiden tersebut sebagai “sabotase” dan “agresi hibrida,” dan menekankan bahwa hampir tidak mungkin sebuah kapal secara tidak sengaja memutuskan beberapa kabel yang dipetakan pada peta.

Tulang Punggung Internet

Pada bulan Desember 2024, Finlandia melancarkan penyelidikan sabotase setelah kabel listrik Estlink 2 dan empat saluran telekomunikasi rusak.

Pihak berwenang Finlandia mencurigai Eagle S, sebuah kapal tanker yang terkait dengan “armada bayangan” Rusia, menyebabkan kerusakan dengan menyeret jangkarnya di dasar laut.

Taiwan telah mengalami insiden serupa, yang sering kali menjadi sasaran dalam beberapa tahun terakhir.

Negara kepulauan ini telah menghadapi banyak serangan terhadap kabel telekomunikasi bawah air dan seringkali tidak dapat mengidentifikasi pelakunya.

Taiwan telah meminta bantuan dari Uni Eropa tetapi masih belum dapat mengidentifikasi sumber serangan tersebut.

Meningkatnya frekuensi insiden ini telah menimbulkan kekhawatiran serius terhadap keamanan maritim dan mendorong NATO untuk meningkatkan kehadirannya di kawasan Baltik.

Kabel bawah laut adalah pahlawan tanpa tanda jasa dalam jaringan komunikasi dan energi modern.

Mereka menjadi tulang punggung internet dan memfasilitasi transmisi listrik antar negara dan benua.

Namun, infrastruktur penting ini menghadapi peningkatan ancaman dan gangguan. Serangan terhadap kabel bawah laut tidak hanya mengganggu; hal ini juga dapat melumpuhkan perekonomian dan menggoyahkan masyarakat.

Setiap tahun, kabel bawah laut secara tidak sengaja terputus puluhan kali di seluruh dunia. Penyebab utamanya adalah terseretnya jangkar dan trawling di jalur pelayaran yang sibuk, tempat perlintasan kabel. Jangkar atau pukat ikan dapat merusak kabel jika bersentuhan.

Risiko lainnya adalah kapal menyeret jangkar di sepanjang dasar laut dengan kekuatan yang dapat membuat jangkar menjadi tegang dan terkadang patah atau terpelintir. Hal ini dapat mengakibatkan sebuah kapal secara tidak sengaja memutuskan beberapa kabel atau pipa dalam satu perjalanan.

Namun, penyelidikan yang sedang berlangsung mengisyaratkan bahwa beberapa insiden baru-baru ini tidak sepenuhnya terjadi secara acak. Kapal-kapal yang terlibat dalam gangguan ini terkadang meninggalkan jejak kerusakan, hal ini menunjukkan potensi tindakan yang disengaja untuk menguji kerentanan infrastruktur bawah laut.

Risiko Kerusakan Kabel Bawah Laut

Jakub Janda, dari Pusat Nilai-Nilai Eropa untuk Kebijakan Keamanan, dan James Corera, dari Institut Kebijakan Strategis Australia, menyatakan, “Keterlibatan Tiongkok dalam kejadian baru-baru ini tidak harus bersifat langsung; hal ini bisa dilakukan melalui penyediaan logistik, teknologi, atau intelijen.”

Mereka menyatakan bahwa strategi ini dapat menguntungkan Tiongkok dengan menggunakan insiden-insiden ini sebagai ajang pengujian untuk mengevaluasi kemampuan respons dan ketahanan Eropa.

Tiongkok dapat meningkatkan strategi geopolitiknya dengan mengoordinasikan serangan-serangan ini sambil mempertahankan penyangkalan yang masuk akal.

Tindakan-tindakan ini menyoroti tren Tiongkok yang semakin meningkat dalam menggunakan taktik tidak konvensional untuk menantang Barat.

Tantangan besar dalam mengatasi ancaman ini adalah hak negara pemilik kapal untuk menolak bekerja sama dalam melakukan investigasi. Celah hukum ini memungkinkan negara-negara seperti Tiongkok menghindari pertanggungjawaban atas insiden semacam itu.

Menanggapi meningkatnya risiko terhadap kabel bawah laut dan infrastruktur energi, NATO meluncurkan pusat khusus pada Mei 2024 untuk meningkatkan perlindungan terhadap aset-aset penting ini.

Namun, terlepas dari pembentukannya, upaya NATO sejauh ini terbukti tidak efektif, sehingga menunjukkan ketidakmampuan pusat tersebut untuk mencegah atau merespons secara tegas serangan-serangan ini.

SUMBER

Editor: Wahyu Aji

Tag:  #taiwan #tuduh #kapal #tiongkok #rusak #kabel #telekomunikasi #bawah #laut

KOMENTAR