Ekonomi Bangladesh Tertekan Usai Kerusuhan dan Kekacauan Politik, Pengaruhi Pandangan Investor
Para demonstran antipemerintah merayakan di Shahbag dekat kawasan Universitas Dhaka di Dhaka pada tanggal 5 Agustus 2024. 
14:40
8 Agustus 2024

Ekonomi Bangladesh Tertekan Usai Kerusuhan dan Kekacauan Politik, Pengaruhi Pandangan Investor

Aksi protes yang menyebabkan kerusuhan dan kekacauan politik di Bangladesh ikut mempengaruhi ekonomi negara tersebut.

Protes mahasiswa yang mengguncang Bangladesh sejak Juli telah menghancurkan ekonomi dalam negeri, dengan kerugian yang diperkirakan mencapai miliaran dolar.

Dikutip dari Al Jazeera, wakil presiden penelitian dan strategi di Asia Pacific Foundation of Canada, Vina Nadjibulla mengatakan, tingkat gejolak politik tersebut akan berdampak pada ekonomi.

Bahkan sebelum kerusuhan terjadi akhir pekan lalu, presiden the Foreign Investors Chamber of Commerce and Industry (FICCI), Zaved Akhtar mengatakan, ekonomi Bangladesh telah menderita kerugian kurang lebih Rp 159 triliun.

Kegiatan ekonomi terganggu akibat kebijakan jam malam serta pemutusan komunikasi untuk meredam aksi protes yang dilakukan di ibu kota Bangladesh itu.

Berdasarkan laporan Reuters pada Rabu (7/8/2024), beberapa pabrik garmen, pemberi kerja utama dan penghasil pendapatan bagi negara Asia Selatan tersebut, telah dibuka kembali setelah empat hari tutup.

Penutupan pabrik itulah yang mengganggu produksi pakaian yang menjadi salah satu produk ekspor utama di negara Asia Selatan tersebut.

Diketahui, industri garmen siap pakai menyumbang 83 persen dari total pendapatan ekspor negara tersebut.

Menurut data World Trade Organization (WTO), negara tersebut mengekspor pakaian senilai kurang lebih Rp 612 triliun pada 2023.

Gangguan produksi dalam industri pakaian negara tersebut akan berpotensi memengaruhi pengecer pakaian global mulai dari H&M hingga Zara.

Meskipun The Bangladesh Garment Manufacturers and Exporters Association (BGMEA) mengatakan, perkiraan kerugian untuk penutupan pabrik selama empat hari masih terlalu dini.

Pada saat yang sama, ada kekhawatiran akan kerugian pada perdagangan karena setidaknya satu produsen pakaian India di Bangladesh mengatakan akan mengalihkan produksinya kembali ke negaranya untuk sisa tahun ini.

Menyusul terbentuknya pemerintahan sementara di negara pengekspor pakaian siap pakai itu, ada harapan kepada mereka untuk mengatasi tekanan ekonomi.

Hal tersebut disampaikan oleh direktur Institut Asia Selatan di Wilson Center, Michael Kugelman yang menyebut pemerintah sementara bisa melakukannya jika serius dalam menjalankan tanggung jawabnya.

Para demonstran antipemerintah merayakan di Shahbag dekat kawasan Universitas Dhaka di Dhaka pada tanggal 5 Agustus 2024. - Protes di Bangladesh yang dimulai sebagai demonstrasi yang dipimpin mahasiswa terhadap aturan perekrutan pemerintah pada bulan Juli mencapai puncaknya pada tanggal 5 Agustus, ketika perdana menteri melarikan diri dan militer mengumumkan akan membentuk pemerintahan sementara. (Photo by Munir UZ ZAMAN / AFP) Para demonstran antipemerintah merayakan di Shahbag dekat kawasan Universitas Dhaka di Dhaka pada tanggal 5 Agustus 2024. - (AFP/MUNIR UZ ZAMAN)

“Saya berharap pemerintahan baru memiliki orang-orang yang dapat menjalankan pemulihan perdamaian dan stabilisasi ekonomi,” kata Kugelman.

"Jika mereka (pemerintah sementara) yang bertanggung jawab serius dalam mengatasi tekanan ekonomi, mereka harus memulihkan hukum dan ketertiban sesegera mungkin,” sambungnya.

Tak hanya menuntut pemerintah sementara, Kugelman juga menjelaskan kondisi di Bangladesh yang bisa saja membuat investor pergi dari negara tersebut.

“Beberapa minggu terakhir telah menjadi skenario mimpi buruk dalam hal penampilan dan akan mengusir investor,”

Kemudian, ia kembali menuntut pemangku kebijakan sementara itu untuk membuat kondisi yang aman bagi para investor.

“Anda (pemerintah sementara Bangladesh) harus membuat investor saat ini aman sehingga mereka tidak menarik diri," tuturnya.

Sebelumnya, kerusuhan yang terjadi dalam aksi protes di Bangladesh menyebabkan setidaknya 400 orang tewas, banyak lainnya terluka, dan kerusakan bangunan.

Aksi protes tersebut awalnya untuk menuntut kuota pekerjaan dalam pemerintahan kepada keturunan veteran perang Bangladesh.

Kemudian, tuntutan berkembang menjadi kudeta terhadap mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina, karena dinilai telah melakukan tindakan keras yang berlebihan dalam mengatasi aksi protes.

(mg/Mardliyyah)

Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)

Editor: Tiara Shelavie

Tag:  #ekonomi #bangladesh #tertekan #usai #kerusuhan #kekacauan #politik #pengaruhi #pandangan #investor

KOMENTAR