Tiongkok Klaim Trump Terlalu Intervensi ByteDance usai Minta 50 Persen Saham Diserahkan ke AS
Nasib TikTok di Amerika Serikat. Tiongkok mengklaim Trump terlalu mengintervensi ByteDance dengan meminta 50 persen saham diserahkan ke AS. 
08:40
23 Januari 2025

Tiongkok Klaim Trump Terlalu Intervensi ByteDance usai Minta 50 Persen Saham Diserahkan ke AS

Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menunda larangan terhadap TikTok memberikan kabar baik bagi lebih dari 170 juta pengguna aplikasi ini di Amerika Serikat.

Akan tetapi, langkah Trump justru mendapatkan respons yang kurang positif dari Tiongkok, tempat di mana perusahaan induk TikTok, ByteDance, berlokasi.

Trump mengusulkan agar TikTok tidak ditutup di AS, ByteDance harus menyerahkan 50 persen sahamnya kepada perusahaan AS.

Selain itu, Trump menekankan bahwa tarif pada barang-barang Tiongkok di AS mungkin akan bergantung pada persetujuan Beijing terhadap kesepakatan potensial terkait TikTok.

Kementerian Luar Negeri Tiongkok segera merespons hal ini.

Beijing menegaskan bahwa "operasi dan akuisisi perusahaan" harus diputuskan oleh perusahaan tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku di Tiongkok.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Guo Jiakun, menyatakan pada Selasa (21/1/2025) AS seharusnya menciptakan "lingkungan bisnis yang terbuka, adil, jujur, dan tidak diskriminatif" bagi perusahaan-perusahaan dari seluruh dunia.

Perintah Eksekutif Trump

Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang menunda pelaksanaan larangan hukum terhadap TikTok selama 75 hari.

Perintah Eksekutif Trump ditanda tangani beberapa jam setelah pelantikannya pada Senin (20/1/2025).

Langkah ini memberikan TikTok kesempatan untuk kembali online setelah sempat terhenti lebih dari 12 jam pada akhir pekan sebelumnya.

Trump membuka peluang bagi perusahaan AS membeli 50 persen saham TikTok dan menjalankannya sebagai usaha patungan dengan ByteDance.

Meskipun hal ini bisa meredakan ketegangan terkait masalah keamanan nasional, belum jelas apakah anggota parlemen AS atau TikTok akan menerima pengaturan ini.

Dalam sebuah pernyataan di Ruang Oval, Trump menyebutkan bahwa jika kesepakatan dengan TikTok tidak tercapai, tarif hingga 100 persen bisa dikenakan pada barang-barang Tiongkok.

"Kami akan mengenakan tarif pada Tiongkok jika mereka tidak menyetujui kesepakatan ini," katanya.

Reaksi Keras dari Tiongkok

Usulan Trump tentang pengalihan 50 persen saham TikTok mendapat reaksi keras di Tiongkok.

Di platform Weibo, banyak pengguna yang mengecam langkah ini sebagai bentuk "perampokan".

Salah satu komentar populer bahkan menyarankan, "Apple dan Tesla juga harus menyerahkan 50 persen saham mereka kepada perusahaan Tiongkok."

Beberapa pengguna juga mengkritik konsep kesepakatan ini.

Sejumlah reaksi merujuk pada perusahaan-perusahaan teknologi besar lainnya seperti Nvidia, dan menilai pengaturan tersebut tidak adil.

"China tidak akan membiarkan ByteDance bertekuk lutut," tulis satu komentar.

Komentar itu tampaknya menegaskan bahwa meskipun TikTok mengalihkan sebagian sahamnya, hal ini tetap dianggap merugikan pihak Tiongkok.

TikTok, yang tidak beroperasi di Tiongkok, memiliki aplikasi saudara bernama Douyin yang sangat populer di negara tersebut.

Media nasional Tiongkok, seperti Global Times, mengkritik campur tangan politik AS terhadap TikTok.

Mereka menyatakan bahwa tindakan ini lebih merugikan masyarakat Amerika daripada Tiongkok.

Mereka berpendapat bahwa banyak orang di AS yang bergantung pada TikTok untuk mencari nafkah.

Pertemuan Xi Jinping dan Trump: Perdagangan dan TikTok

Meski masa depan TikTok masih penuh ketidakpastian, baik AS maupun Tiongkok menunjukkan niat untuk berdialog.

Dalam panggilan telepon dengan Trump pada Jumat (17/1/2025), Presiden Tiongkok Xi Jinping menekankan pentingnya "titik awal baru" dalam hubungan AS-Tiongkok.

Xi bahkan mengutus Wakil Presiden Han Zheng untuk hadir di pelantikan Trump, menunjukkan tingkat diplomasi tinggi dari Beijing.

Tantangan Hukum dari Tiongkok

Beijing sebelumnya menyatakan bahwa mereka memiliki hak hukum untuk memblokir setiap transaksi yang melibatkan TikTok, mengingat penjualan atau divestasi ini dapat melibatkan "ekspor teknologi", yang mengacu pada algoritma yang menjadi kunci sukses TikTok.

Sementara itu, CEO Tesla, Elon Musk, yang merupakan sekutu Trump, turut memberikan komentar mengenai masa depan TikTok.

Musk, yang menentang pelarangan TikTok, menyarankan agar kebijakan tersebut perlu diubah untuk menghindari ketidakseimbangan antara platform AS dan Tiongkok.

Musk juga mengisyaratkan kemungkinan penjualan sebagian aplikasi TikTok kepada perusahaan seperti X milik Musk, yang tidak tersedia di Tiongkok karena pembatasan ketat dari pemerintah Beijing.

"Saya telah lama menentang pelarangan TikTok, karena bertentangan dengan kebebasan berbicara," tulis Musk.

"Namun, ketidakseimbangan antara TikTok di AS dan X di Tiongkok perlu diubah."

Dengan situasi yang terus berkembang ini, masa depan TikTok dan hubungan antara AS dan Tiongkok masih penuh ketidakpastian.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Editor: Sri Juliati

Tag:  #tiongkok #klaim #trump #terlalu #intervensi #bytedance #usai #minta #persen #saham #diserahkan

KOMENTAR