6 Poin Penting dari Pidato Pelantikan Donald Trump, Masih Retorika Heroik hingga Manifest Destiny
– Donald Trump kembali dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat untuk kedua kalinya pada Senin (20/1). Pelantikan disiarkan langsung ke seluruh dunia. Pidato Donald Trump kali ini menarik perhatian banyak pihak, terutama karena isinya yang mengandung banyak elemen dari pidato pelantikannya pada 2017.
Meskipun lebih tenang dibandingkan pidato-pidato sebelumnya, Trump tetap memperlihatkan retorika yang tajam dengan menyuarakan kekhawatirannya tentang keadaan negara dan memposisikan dirinya sebagai figur penyelamat.
Seperti biasa, Trump mengukuhkan dirinya sebagai sosok yang mampu mengatasi berbagai tantangan besar. Bahkan mengeklaim bahwa takdir ilahi telah membimbingnya untuk memimpin Amerika menuju kemegahan kembali.
Pidato itu juga dipenuhi dengan kritik terhadap pemerintahan sebelumnya sambil mengusung konsep “Manifest Destiny,” yang menggambarkan visi ekspansionis Amerika di masa depan. Meskipun terkesan lebih terkontrol, namun pidato tersebut tetap menunjukkan sisi-sisi kontroversial yang kerap ditampilkan oleh Trump dalam setiap kesempatan.
Dilansir The Washington Post pada Selasa (21/1), berikut enam poin penting dari pidato pelantikan Donald Trump yang penuh dengan ambisi dan klaim kontroversial tersebut.
1. Trump Gambarkan AS dengan Masalah Besar, dan Dirinya sebagai Pahlawan Penyelamat
Meskipun pidato pelantikan kali ini lebih terkesan tenang dibandingkan sebelumnya, Trump kembali memposisikan dirinya sebagai pahlawan yang ditunjuk Tuhan untuk memulihkan negara. Ia mengkritik apa yang disebutnya sebagai “pemerintah yang korup dan radikal” dan menggambarkan Amerika sebagai negara yang telah hancur.
Trump menyebutkan bahwa “pilar-pilar masyarakat kita terbaring hancur dan tampaknya dalam keadaan rusak total.” Dalam pandangannya, ia bukan hanya seorang pemimpin biasa, tetapi sosok yang dipilih Tuhan untuk mengembalikan kejayaan Amerika.
“Kehidupan saya diselamatkan oleh Tuhan untuk membuat Amerika hebat lagi,” ungkapnya, merujuk pada percobaan pembunuhan yang hampir menimpanya di Butler, Pennsylvania, pada tahun lalu.
2. Tanggapan Pedas Trump terhadap Pihak Oposisi dan Krisis di Amerika
Meskipun pidato ini tidak terlalu fokus pada permusuhan dengan lawan politik seperti biasanya, Trump tetap melontarkan kritik tajam terhadap pemerintahan Joe Biden dan Demokrat. Ia menyatakan bahwa pemerintah saat ini “tidak mampu menangani krisis sederhana di dalam negeri, sementara di saat yang sama terperosok dalam serangkaian bencana besar di luar negeri.”
Trump juga menyoroti respons yang buruk terhadap bencana alam, seperti Badai Helene di Carolina Utara, yang menurutnya “telah diperlakukan dengan sangat buruk.” Pidato ini menunjukkan bahwa meskipun Trump ingin memunculkan citra persatuan, ia tidak segan untuk menyerang pihak yang ia anggap tidak mampu memimpin dengan baik.
3. Manifest Destiny”: Visi Trump untuk Membawa Bendera AS di Mars dan Mewujudkan Amerika yang Lebih Besar
Frasa “Manifest Destiny” mencuat dalam pidato Trump dan menjadi salah satu sorotan utama. Konsep ini, yang historisnya digunakan untuk membenarkan ekspansi wilayah Amerika, dipakai oleh Trump untuk menegaskan ambisinya yang lebih besar, termasuk rencana untuk membawa bendera Amerika ke Mars.
Selain itu, Trump juga mengusulkan untuk mengganti nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika dan mengembalikan nama Gunung Denali menjadi Gunung McKinley, merujuk pada Presiden William McKinley.
Bahkan, ia mengungkit soal pengambilalihan kembali Terusan Panama, menyatakan, “Kami tidak memberikannya kepada Tiongkok; kami memberikannya kepada Panama, dan kami akan mengambilnya kembali.” Trump tidak hanya menyebutkan ide-ide ekspansif ini sebagai wacana, tetapi menjadikannya bagian dari takdir nasional.
4. Klaim Trump soal Kapal AS dan Pernyataan Terkait LGBT yang Kontroversial
Pada pidatonya, Trump tidak hanya membahas kebijakan luar negeri, tetapi juga melontarkan klaim kontroversial mengenai kapal-kapal Amerika dibebani biaya yang sangat tinggi di Terusan Panama, meskipun pihak berwenang Panama mengatakan bahwa tarif yang dikenakan sama untuk semua negara.
Meskipun pidatonya seharusnya mengandung pernyataan yang lebih formal dan berimbang, Trump tidak ragu untuk melontarkan klaim yang tidak akurat. Trump juga mengeklaim bahwa Amerika Serikat “kehilangan 38.000 nyawa dalam pembangunan Terusan Panama,” sebuah angka yang jauh melebih-lebihkan angka korban yang tercatat dalam sejarah.
Dia kembali klaim yang sudah sering dibantah tentang imigran ilegal yang datang dari penjara dan institusi mental. “Banyak imigran ilegal berasal dari penjara dan rumah sakit jiwa,” ujar Trump, meskipun tidak ada bukti yang mendukung klaim ini.
Namun, Trump juga tidak menghindar dari isu-isu domestik yang sensitif, termasuk pernyataan kontroversial mengenai komunitas LGBT. Dia menegaskan hanya ada dua jenis kelamin yang diakui di Amerika Serikat selama masa pemerintahannya, yaitu laki-laki dan perempuan.
Pernyataan ini menimbulkan perdebatan luas di kalangan publik, memicu berbagai reaksi pro dan kontra, serta menyoroti perbedaan pandangan mengenai hak-hak individu dan kebijakan inklusif di negara tersebut.
5. Isu Tarif, Ekonomi, dan Sistem Kesehatan yang Minim Dibahas
Meskipun Trump menyentuh beberapa janji kampanye utama pada 2024, masalah tarif—yang sempat menjadi andalan dalam kebijakan ekonominya—hanya dibahas secara singkat.
“Kami akan mengenakan tarif dan pajak pada negara asing untuk memperkaya warga negara kami,” ujar Trump, menambahkan bahwa sebuah lembaga baru bernama “External Revenue Service” akan dibentuk untuk mengumpulkan tarif dan pendapatan terkait.
Namun, hal ini tidak diperluas dalam pidato tersebut, yang lebih banyak memusatkan perhatian pada kebijakan luar negeri dan ekspansi teritorial. Trump juga hanya menyebutkan secara sepintas masalah dengan sistem kesehatan dan gagasan untuk mengurangi pengeluaran pemerintah.
Namun, ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kedua isu tersebut dalam pidatonya, yang seharusnya menjadi bagian dari pembahasan lebih mendalam tentang prioritas kebijakan pemerintahannya.
6. Trump Fokus pada Senjata Politik dan Keadilan
Trump juga menyoroti apa yang disebutnya sebagai “pemanfaatan sistem hukum” terhadap dirinya. Ia mengkritik langkah-langkah yang diambil oleh pemerintahan Biden, termasuk pemberian grasi kepada individu yang terkait dengan investigasi serangan 6 Januari 2021 di Capitol. “Sayangnya, saya tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa serangan ini akan berakhir,” kata Biden ketika menjelaskan keputusan tersebut.
Trump sendiri menyatakan, “Keadilan akan diseimbangkan kembali,” berjanji untuk mengakhiri apa yang ia anggap sebagai penyalahgunaan kekuasaan negara yang digunakan untuk mengejar lawan politiknya. Namun, ia tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa ia akan membalas dendam terhadap musuh-musuh politiknya.
Pidato pelantikan ini menggambarkan ambisi besar Trump untuk memperkuat posisinya, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. Meskipun banyak klaim dan retorika yang kontroversial, pidato ini jelas menunjukkan niat Trump untuk terus memaksakan agenda ekspansionisnya, bahkan jika itu berarti menciptakan citra dirinya sebagai satu-satunya penyelamat negara.
Tag: #poin #penting #dari #pidato #pelantikan #donald #trump #masih #retorika #heroik #hingga #manifest #destiny