Fakta-fakta Gencatan Senjata Israel-Hamas: Pertukaran Tahanan, Bantuan Masuk, dan Penghentian Konflik Gaza
– Setelah lebih dari 460 hari konflik yang menghancurkan Gaza, Israel dan kelompok Palestina Hamas akhirnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata.
Kesepakatan ini diumumkan oleh perwakilan dari Qatar, Israel, dan Amerika Serikat, setelah proses negosiasi yang intensif.
Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, mengungkapkan pada Rabu bahwa gencatan senjata ini akan mulai diberlakukan pada Minggu (19/1/2025), meskipun proses implementasinya masih terus dibahas.
“Rincian akhir masih dalam pembicaraan, dan pemungutan suara pemerintah Israel dijadwalkan pada hari Kamis,” ujar Al Thani, seperti dilansir dari Al Jazeera, Kamis (16/1/2025).
Sejak dimulainya perang pada Oktober 2023, lebih dari 46.000 warga Palestina tewas akibat serangan udara Israel. Gencatan senjata ini diharapkan dapat mengakhiri penghancuran lebih lanjut di Gaza dan menawarkan solusi bagi para korban yang telah lama menderita.
Untuk lebih memahami isi kesepakatan gencatan senjata dan dampaknya, berikut adalah beberapa fakta penting yang telah dirangkum oleh Jawa Pos, berdasarkan laporan Al Jazeera, Kamis (16/1/2025).
Fase Pertama: Pembebasan Tahanan dan Penarikan Pasukan
Fase pertama dari kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas mencakup serangkaian langkah penting yang bertujuan mengurangi ketegangan dan memberikan bantuan kepada Gaza. Salah satu langkah utama adalah penarikan pasukan Israel hingga 700 meter dari perbatasan Gaza. Langkah ini diharapkan dapat menciptakan kondisi yang lebih aman bagi warga sipil di wilayah tersebut dan mengurangi eskalasi kekerasan.
Selain penarikan pasukan, kesepakatan ini juga mencakup pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina oleh Israel, termasuk 250 orang yang sedang menjalani hukuman seumur hidup. Sebagai imbalannya, kelompok-kelompok Palestina akan membebaskan 33 sandera Israel yang ditahan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Pertukaran tahanan ini menjadi salah satu langkah penting untuk membangun kepercayaan antara kedua pihak. “Pertukaran ini akan melibatkan perempuan , anak-anak, dan warga sipil berusia lebih dari 50 tahun,” ungkap seorang pejabat Israel.
Israel juga akan memungkinkan warga Palestina yang terluka untuk pergi ke luar Gaza guna mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkan. Ini memberikan harapan bagi banyak keluarga yang telah lama menderita akibat kekurangan akses terhadap pengobatan yang layak.
Selain itu, pembukaan jalur Rafah antara Gaza dan Mesir akan dimulai tujuh hari setelah dimulainya fase pertama, yang memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Israel juga akan mulai menarik pasukannya dari koridor Philadelphi, perbatasan antara Gaza dan Mesir, dengan rencana penarikan penuh pada tahap berikutnya.
Di samping itu, hingga 600 truk bantuan kemanusiaan akan diperbolehkan masuk setiap hari untuk membantu memenuhi kebutuhan warga Gaza yang semakin mendesak. Warga Palestina yang telah mengungsi juga akan diizinkan untuk kembali ke rumah mereka, meskipun banyak rumah yang telah hancur akibat serangan udara yang intens.
Fase Kedua: Pembebasan Tahanan dan Penarikan Pasukan Penuh
Fase kedua gencatan senjata ini, yang akan dilaksanakan setelah fase pertama, diperkirakan mencakup pembebasan seluruh sandera Israel yang masih hidup, termasuk tentara-tentara yang disandera selama konflik.
Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan lebih banyak tahanan Palestina yang ada dalam penjara Israel. Selain itu, Israel juga dijadwalkan untuk melakukan penarikan pasukan secara penuh dari Gaza, mengakhiri kehadiran militer mereka di wilayah tersebut.
Namun, implementasi fase ini diperkirakan akan menghadapi tantangan besar, mengingat ketegangan politik di dalam kabinet Israel, terutama dari anggota sayap kanan yang mendukung kelanjutan perang.
Fase Ketiga: Rekonstruksi Gaza dan Pemulihan Korban
Jika fase kedua berhasil dilaksanakan, fase ketiga akan fokus pada pemulihan Gaza yang sangat dibutuhkan setelah lebih dari satu tahun penghancuran akibat perang. Fase ini akan melibatkan pemulangan jenazah sandera yang belum ditemukan dan dimulainya rencana rekonstruksi Gaza.
Rencana tersebut diperkirakan akan memakan waktu antara tiga hingga lima tahun dengan pengawasan internasional untuk memastikan kelancaran proses tersebut. Namun, tantangan besar muncul terkait siapa yang akan mengelola Gaza pasca-konflik.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, mendorong Otoritas Palestina untuk mengambil alih pemerintahan sementara, tetapi dukungan dari negara-negara Arab akan bergantung pada pengakuan terhadap negara Palestina yang merdeka..
Tantangan Pascakonflik: Siapa yang Akan Memimpin Gaza?
Setelah gencatan senjata diberlakukan, masih ada ketidakpastian besar mengenai siapa yang akan memerintah Gaza. Amerika Serikat mengusulkan agar Otoritas Palestina, dengan bantuan negara-negara internasional, memimpin pemerintahan sementara di Gaza.
Namun, dukungan dari negara-negara Arab, termasuk Arab Saudi, akan bergantung pada bagaimana proses menuju pembentukan negara Palestina yang merdeka berlangsung. “Rencana ini hanya akan mendapat dukungan jika ada jalur menuju negara Palestina yang diakui,” tegas Blinken dalam pernyataannya.
Israel sendiri belum mengusulkan alternatif lain terkait pemerintahan Gaza pasca-konflik. Ketidakpastian ini menambah tantangan dalam upaya untuk mencapai perdamaian jangka panjang di wilayah yang telah lama terpecah ini.
Gencatan senjata ini memberikan harapan baru bagi warga Gaza yang telah lama hidup dalam penderitaan akibat perang, meskipun jalan menuju perdamaian yang abadi masih panjang dan penuh tantangan.
Tag: #fakta #fakta #gencatan #senjata #israel #hamas #pertukaran #tahanan #bantuan #masuk #penghentian #konflik #gaza