Tarian Indonesia Pukau Peserta Konferensi di Selandia Baru, Dubes RI: Bagian Strategi Diplomasi
Dalam konferensi internasional ini, para penari seperti Martini, Eny Sulistyowati, Wahyu Listyaningsih, Umi Khulsum, Titing Widyastuti, Suyani, Theresia Puji Suryanti, mempertunjukan tarian Gambyong dan Bedhaya Catur Sagotra. Sedangkan Agus Prasetyo membawakan Klono Topeng.
Dalam kesempatan itu, Duta besar RI untuk Selandia Baru Fientje Maritje Suebu menyampaikan Indonesia memang kaya dengan beragam seni budaya tradisional.
Keikutsertaan Indonesia dalam ajang ini dinilai sebagai bagian dari strategi diplomasi RI kepada masyarakat Selandia Baru.
"Kita itu kaya dengan beragam seni budaya tradisional, dan kegiatan ini menjadi bagian dari strategi diplomasi Indonesia ke masyarakat Selandia Baru," kata Fientje dalam keterangannya, Selasa (14/1/2025).
Adapun tari ‘Bedhaya Catur Sagotra’ merupakan karya KPH. Sulistyo Tirtokusumo, tarian yang menggabungkan gaya tari dan gending dari empat keraton dari satu dinasti Kerajaan Mataram.
Sebuah karya tari yang menggambarkan spirit persatuan dari empat keraton; Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Puro Mangkunegaran, dan Puro Pakualaman.
Dari sisi kebudayaan keempat keraton tersebut mengembangkan adat dan tradisi masing-masing sehingga semakin memperkaya ciri dan keragaman budaya.
Sedangkan tari ‘Topeng Klono’ menggambarkan salah satu tokoh dalam Hikayat Panji, yaitu Raja Klono Sewandono yang sedang menimbang kekuatan hati dan keagungannya.
Tari ‘Gambyong Pareanom’ berasal dari tradisi masyarakat agraris Jawa yang memuliakan roh leluhur sebagai pelindung kehidupan. Tarian ini kerap dilaksanakan di tempat yang dikeramatkan. Tarian tersebut selanjutnya menjadi tarian pergaulan yang disebut Tayub. Tarian ini kemudian mendapatkan tempat terhormat sebagai tari persembahan di lingkungan istana.
Adapun dalam ajang ini, KBRI Selandia Baru mengutus Budi S Putra, Direktur grup musik gamelan ‘Padang Moncar’ Selandia Baru untuk berkolaborasi pentas tari dengan iringan karawitan.
Direktur Utama Triardhika Production, Eny Sulistyowati mengatakan, seniman Indonesia punya peran penting dalam ajang konferensi internasional tari dan musik tradisional ini.
“Peran serta Indonesia memiliki posisi penting. Merupakan wujud diplomasi budaya untuk memperkuat jalinan kerjasama dan membangun kesepahaman budaya antar bangsa-bangsa di dunia,” ujar Eny.
Peter Lell, peneliti seni asal Austria yang menyaksikan pertunjukan memberikan apresiasi yang tinggi terhadap seni asal Indonesia. Dirinya mengaku takjub dengan keanekaragaman budaya dan seni milik Indonesia.
“Ini kekayaan tradisi Indonesia yang selalu saya dengar tentang negara Anda,” ujarnya.
Umi Khulsum, dosen STEBI Lampung yang pernah tampil dalam festival di Malaysia, Vietnam, Jepang, China dan India, mengatakan menari jadi bentuk ekspresi lewat gerakan yang bukan hanya mendistribusikan cerita, tapi juga menampilkan identitas budaya negara.
“Menari adalah bentuk ekspresi yang luar biasa. Lewat gerakan, kita tidak hanya menyampaikan cerita, tetapi juga menunjukkan identitas budaya yang kita miliki. Saya merasa bangga dapat memperkenalkan seni tradisional Indonesia kepada dunia,” katanya.
“Semoga kehadiran kita di sini dapat menginspirasi generasi muda untuk semakin mencintai budaya Indonesia. Kita harus bangga dan terus melestarikannya, agar tradisi ini tetap hidup dan dikenal di seluruh dunia,” lanjutnya.
Ketua Panitia, Brian Diettrich menyebutkan ICTMD merupakan badan internasional untuk urusan tari dan musik berbasis tradisi. Organisasi ini bertujuan memajukan studi, praktik, dokumentasi, pelestarian, dan penyebaran musik dan tari di semua negara.
"Kami menyambut dengan hangat delegasi Indonesia yang kostumnya sangat menarik dan penarinya gemulai, " ungkapnya.
Tag: #tarian #indonesia #pukau #peserta #konferensi #selandia #baru #dubes #bagian #strategi #diplomasi