Netanyahu Bakal Terus Gempur Gaza, Harapan Gencatan Senjata Makin Jauh
Hal ini terjadi meskipun ada kemungkinan tercapainya kesepakatan gencatan senjata atau pertukaran tahanan dengan Hamas.
Pada Senin (1/1/2025), Kantor Netanyahu menyatakan solusi apapun yang memungkinkan Hamas tetap berada di Gaza tidak dapat diterima, lapor Middle East Monitor.
Netanyahu menegaskan kebijakan Israel adalah memastikan Hamas tidak memiliki kontrol atas Gaza, baik secara militer maupun sipil, termasuk distribusi bantuan kemanusiaan.
Pernyataan kantor Netanyahu juga menambahkan bahwa baik Hamas maupun Otoritas Palestina tidak akan memiliki kontrol sipil di Gaza setelah konflik berakhir.
Menurut laporan Yedioth Ahronoth, pejabat Israel menyebut bahwa Tel Aviv menginginkan kesepakatan sementara yang tidak mencakup penghentian perang atau penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Hal ini berbeda dengan persyaratan yang disepakati oleh Hamas.
Beberapa minggu sebelumnya, pejabat Israel dan Hamas sempat mengungkapkan bahwa pembicaraan yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat (AS) berpotensi menghasilkan kesepakatan untuk menghentikan pertempuran.
Hingga saat ini, belum ada kesepakatan resmi yang tercapai.
Belum jelas seberapa dekat kedua belah pihak untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Netanyahu sebelumnya menyatakan bahwa meski ada kesepakatan, Israel akan kembali berperang.
"Dimulainya kembali pertempuran dimaksudkan untuk menyelesaikan tujuan perang."
"Ini tidak menghalangi kesepakatan, tetapi justru mendorongnya," ujar Netanyahu, seperti dikutip oleh Channel 12.
Pernyataan ini menambah kekhawatiran bahwa Netanyahu tidak berniat mengakhiri perang dalam waktu dekat.
Para mediator yang terlibat dalam negosiasi pembebasan sandera berusaha mencapai kesepakatan sebelum Presiden terpilih AS, Donald Trump, dilantik dalam waktu sekitar 18 hari lagi.
Namun, komentar Netanyahu membuat tim negosiasi merasa bahwa pencapaian kesepakatan semakin sulit.
Kondisi sebelum 7 Oktober akan terulang
Selain itu, para pejabat keamanan Israel menegaskan bahwa jika Hamas kembali berkuasa setelah perang berakhir, kondisi yang ada sebelum serangan 7 Oktober akan kembali terulang.
Para pemimpin militer dan dinas keamanan Israel menentang gagasan pemerintahan militer di Gaza dan menuntut penggantian Hamas segera.
Kekhawatiran ini semakin kuat di kalangan tentara Israel dan Shin Bet, yang mengingatkan bahwa meskipun kemampuan militer Hamas telah hancur, infrastruktur politik mereka tetap utuh.
Seorang pejabat senior Israel menambahkan bahwa Netanyahu bahkan berencana untuk melanjutkan pertempuran meskipun ada kesepakatan, hingga tujuan perang tercapai.
"Perdana Menteri berpendapat bahwa tidak akan ada rencana untuk hari setelah perang sampai semua kemampuan Hamas dihancurkan," kata pejabat tersebut.
lihat foto Perdana Menteri Benjamin Netanyahu (depan) dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengadakan konferensi pers di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv, 16 Desember 2023.Yoav Gallant Mundur dari Knesset
Mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengumumkan pengunduran dirinya dari Knesset setelah 45 tahun mengabdi.
"Saya akan mengakhiri jabatan saya di Knesset ke-25 setelah 35 tahun di tentara dan satu dekade sebagai anggota Knesset dan menteri," kata Gallant pada Rabu (1/1/2025), dikutip dari Euronews.
Gallant menyatakan ini adalah waktunya untuk berhenti dari pelayanan publik, meskipun tetap berkomitmen pada prinsip-prinsip Likud.
Ia juga mengkritik Netanyahu, menyebut dirinya dicopot karena mendukung kebijakan wajib militer bagi Haredim, yang ditentang Netanyahu.
Gallant menegaskan bahwa undang-undang yang dikejar Netanyahu yang memberikan pengecualian dari wajib militer tidak dapat diterimanya.
Menurut Gallant, orang-orang Israel, termasuk Haredim, harus ikut bertanggung jawab atas keamanan negara dengan wajib militer.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Tag: #netanyahu #bakal #terus #gempur #gaza #harapan #gencatan #senjata #makin #jauh