2 Pramugari Jeju Air Diduga Alami Amnesia Traumatis Pasca Kecelakaan Mematikan
Tim pemulihan bekerja di lokasi kejadian pesawat seri Boeing 737-800 Jeju Air jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan di Muan, sekitar 288 kilometer barat daya Seoul pada 30 Desember 2024. Boeing 737-800 itu membawa 181 orang dari Thailand ke Korea Selatan ketika pesawat itu jatuh pada saat kedatangan pada tanggal 29 Desember, menewaskan semua orang di dalamnya -- kecuali dua pramugari yang ditarik dari reruntuhan bencana penerbangan terburuk di wilayah Korea Selatan. (Photo by JUNG YEO
14:50
31 Desember 2024

2 Pramugari Jeju Air Diduga Alami Amnesia Traumatis Pasca Kecelakaan Mematikan

Satu dari hanya dua orang yang selamat dari kecelakaan pesawat Jeju Air pada Minggu (29/12/2024) di Korea Selatan (Korsel) tampaknya mengalami amnesia traumatis.

Dia tidak mengingat insiden kecelakaan mematikan tersebut.

Ketika dokter di Rumah Sakit Mokpo Hankook bertanya tentang kondisinya, pramugari tersebut dilaporkan menjawab dengan kebingungan: "Apa yang terjadi? Bagaimana saya bisa ada di sini?",.

Ia mengatakan kepada dokter bahwa hal terakhir yang ia ingat adalah mengenakan sabuk pengaman sebelum mendarat, karena ia mengira pesawat akan segera mendarat.

Korban selamat itu mengaku tidak ingat apa pun setelah itu, Straits Times melaporkan.

Seorang pramugari lainnya, yang juga selamat dan dirawat di rumah sakit yang sama, mengalami kondisi yang serupa.

Seperti yang diketahui sebelumnya, pesawat Jeju Air 2216 terbang dari Bandara Suvarnabhumi Bangkok dengan 181 orang di dalamnya.

Naas, pesawat itu jatuh saat mencoba mendarat di Bandara Internasional Muan di provinsi Jeolla Selatan sekitar pukul 09.00 pagi waktu setempat.

Sebelum kecelakaan, seorang penumpang sempat mengirim pesan teks kepada keluarganya, mengabarkan bahwa pesawat tidak bisa mendarat karena ada burung yang tersangkut di sayapnya.

Burung Tersangkut di Sayap

Sebelum kecelakaan, salah satu penumpang sempat mengirim pesan teks kepada kerabatnya, mengabarkan bahwa pesawat tidak bisa mendarat karena ada burung yang tersangkut di sayapnya.

Ini adalah salah satu pesan terakhir yang diketahui dikirimkan oleh penumpang tersebut kepada kerabatnya.

"Seekor burung tersangkut di sayap pesawat, dan kami tidak bisa mendarat. Baru saja. Haruskah saya meninggalkan pesan terakhir saya?," kata penumpang tersebut dalam pesan teks kepada kerabat.

Kerabat tersebut mengungkapkan bahwa setelah itu, penumpang tersebut tidak dapat dihubungi lagi.

Suara Ledakan Sebelum Bencana

Para saksi mata kecelakaan melaporkan melihat api di mesin pesawat dan mendengar beberapa ledakan sebelum bencana, menurut kantor berita Yonhap.

Dalam video yang ditayangkan oleh stasiun TV lokal, pesawat terlihat mencoba mendarat tanpa memasang roda pendaratannya.

Seorang saksi yang hanya dikenal sebagai Tn. Cho, melihat pesawat itu turun saat ia sedang berjalan sekitar 4,5 km dari bandara.

"Saya melihat pesawat itu turun dan mengira akan mendarat ketika saya melihat kilatan cahaya," katanya, seperti dikutip Yonhap.

"Lalu terdengar ledakan keras diikuti asap di udara, dan kemudian saya mendengar serangkaian ledakan."

Saksi lain, Kim Yong-cheol yang berusia 70 tahun, mengatakan pesawat itu gagal mendarat pada percobaan pertama. Kemudian, pesawat itu berputar balik untuk mencoba lagi sebelum jatuh.

Tuan Kim mengingat mendengar suara "gesekan logam" dua kali sekitar lima menit sebelum kecelakaan, demikian laporan Yonhap.

Ia juga mengaku mendengar "ledakan keras"dan melihat "asap hitam mengepul ke langit".

Menurut Yonhap, para pejabat meyakini bahwa kegagalan roda pendaratan, yang mungkin disebabkan oleh tabrakan burung, dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan tersebut.

Polisi dan petugas pemadam kebakaran dilaporkan memulai investigasi di lokasi untuk menentukan penyebab pastinya.

Terbang 13 Kali dalam 48 Jam

Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan tersebut adalah Boeing 737-800, yang diproduksi pada September 2009.

Pesawat tersebut sering digunakan untuk penerbangan jarak pendek hingga menengah.

Pesawat ini berusia 15 tahun.

Antara 27 dan 28 Desember 2024, pesawat ini melaksanakan 13 penerbangan dalam 48 jam sebelum akhirnya jatuh.

Pesawat tersebut merupakan bagian dari armada Jeju Air yang paling umum digunakan, dengan 37 dari 39 pesawat maskapai ini menggunakan model Boeing 737-800.

Meskipun tidak dianggap tua oleh otoritas penerbangan Korea Selatan, para analis menyatakan bahwa penerbangan jarak pendek yang sering dapat mempercepat kelelahan pesawat.

Jeju Air memastikan, pesawat tersebut telah menjalani pemeriksaan terjadwal dan tidak ada kelalaian dalam perawatannya.

"Kecelakaan ini tidak terkait dengan kelalaian perawatan pesawat," kata Song Kyung-hoon, Kepala Divisi Dukungan Manajemen Jeju Air, dalam konferensi pers.

Meskipun demikian, penyelidikan lebih lanjut masih terus dilakukan.

Jeju Air adalah maskapai penerbangan berbiaya rendah terbesar di Korea Selatan, yang didirikan pada 2005, dikutip dari Chosun Daily.

Maskapai ini berkantor pusat di Kota Jeju dan merupakan pemimpin pasar di antara maskapai penerbangan berbiaya rendah di Korea.

Pada 2023, Jeju Air mencatatkan penjualan sebesar 1,724 triliun won dan laba operasi sebesar 169,8 miliar won.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Editor: Bobby Wiratama

Tag:  #pramugari #jeju #diduga #alami #amnesia #traumatis #pasca #kecelakaan #mematikan

KOMENTAR