Pakar Militer: Roket Rajum Al-Qassam Punya Pesan Khusus Bagi Israel, Tak Ada Harapan Buat Pemukim
Asap mengepul setelah serangan udara Israel di Khan Younis terlihat dari Rafah, di Jalur Gaza selatan, 24 Januari 2024. 
20:40
4 Desember 2024

Pakar Militer: Roket Rajum Al-Qassam Punya Pesan Khusus Bagi Israel, Tak Ada Harapan Buat Pemukim

Pakar militer dan ahli strategi asal Yordania, purnawirawan Mayor Jenderal Muhammad Al-Samadi, mengatakan kalau pemboman yang dilakukan kelompok perlawanan Palestina terhadap permukiman yang mengelilingi Gaza setelah 424 hari membawa pesan politik dan militer terhadap entitas Israel.

Satu di antara pesan tegas milisi Perlawanan Palestina adalah kalau mereka masih memiliki cadangan persenjataan rudal yang strategis.

Al-Sammadi menjelaskan – dalam analisisnya kepada Al-Jazeera – kalau pihak milisi perlawanan Palestina di Gaza saat ini masih memiliki rudal busur, rudal jarak pendek jenis 'Rajum', atau mortir.

Analisis Al-Sammadi muncul setelah Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), mengumumkan pada  Senin bahwa mereka telah mengebom pemukiman Nirim dan Mata Ketiga di Jalur Gaza dengan roket “Rajum” kaliber 114 mm.

Di sisi lain, Channel 12 Israel melaporkan kalau pertahanan udara mencegat rudal yang diluncurkan dari kota Khan Yunis (selatan Jalur Gaza) menuju Jalur Gaza.

Menurut pakar militer tersebut, rudal Rajum membawa hulu ledak yang diperkirakan memiliki berat antara 2 dan 3 kilogram, dan jangkauannya mencapai 9 kilometer.

Mengenai pentingnya pemboman tersebut, Al-Sammadi mengatakan kalau Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas mengirimkan pesan khusus ke Israel.

"Peluncuran roket ini menyatakan bahwa tidak ada harapan bagi kembalinya penduduk permukiman di sekitar Jalur Gaza kecuali dengan tercapainya gencatan senjata dengan kelompok perlawanan di Gaza,” kata Al-Sammadi.

Dia menunjukkan kalau pemerintahan Benjamin Netanyahu benar-benar menunjukkan tekad bahwa Hamas tidak akan kembali memerintah Gaza, dan perlunya menghancurkan sepenuhnya kemampuan militer dan pemerintahannya.

Hal itu dilakukan dengan penghancuran besar-besaran wilayah kantung Palestina itu oleh kekuatan bersenjata militer Israel (IDF) sekaligus memutuskan Jalur Gaza (dengan dunia luar) dan bergerak bebas di dalamnya, kata Al-Sammadi.

Asap mengepul setelah serangan udara Israel di Khan Younis terlihat dari Rafah, di Jalur Gaza selatan, 24 Januari 2024. Asap mengepul setelah serangan udara Israel di Khan Younis terlihat dari Rafah, di Jalur Gaza selatan, 24 Januari 2024. (Abed Rahim Khatib/Flash90)

Israel Serukan Pengusiran di Gaza Selatan

Terkait perlawanan milisi yang kembali membara di Jalur Gaza, Tentara Israel dilaporkan menyerukan evakuasi beberapa wilayah di Gaza selatan pada Senin.

Israel beralasan pengusiran penduduk dari wilayah itu dilakukan dengan peringatan kalau militan Palestina meluncurkan roket dari sana ke wilayah pendudukan Israel.

"Organisasi perlawanan sekali lagi menembakkan roket ke Negara Israel dari wilayah Anda," kata juru bicara militer Avichay Adraee dalam sebuah unggahan di X berbicara kepada penduduk di wilayah Khan Yunis

"Demi keselamatan Anda, Anda harus segera mengungsi dari wilayah tersebut dan pindah ke zona kemanusiaan," ancam juru bicara IDF tersebut.

Tentara Israel (IDF) di satuan Brigade Givati ​​berdiri di atas sebuah tank di Rafah timur di Jalur Gaza selatan, dalam gambar selebaran yang dirilis pada 10 Mei 2024. Tentara Israel (IDF) di satuan Brigade Givati ​​berdiri di atas sebuah tank di Rafah timur di Jalur Gaza selatan, dalam gambar selebaran yang dirilis pada 10 Mei 2024. (Kredit foto: Pasukan Pendudukan Israel)

Tak Padam-padam

Sebagai catatan, perluasan agresi militer IDF ke wilayah Gaza Selatan, termasuk Khan Yunis dan Farah sudah berlangsung sejak Mei silam, hampir enam bulan silam.

Namun, hingga kini, agresi IDF tersebut belum mampu memadamkan api perlawanan faksi milisi perlawanan Palestina, meski Hamas sudah kehilangan pemimpin tempur mereka, almarhum Yahya Sinwar.

"Israel dilaporkan sudah memulai operasi perluasan invasi militer ke Rafah, Gaza Selatan pada Sabtu (11/5/2024)," tulis laporan Khaberni saat itu.

Selain Gaza Selatan, Pasukan Israel (IDF) saat itu juga menyatakan akan melakukan operasi kembali ke Gaza Utara, khususnya ke Kamp Jabalia untuk memblok Hamas me-rebulid pasukan di wilayah tersebut.

Dalam pengumuman perintah evakuasi ke warga sipil Palestina di dua wilayah Gaza tersebut, IDF menyatakan akan mengerahkan 'kekuatan besar' pasukan dalam operasi militernya.

Satu di antara kekuatan besar itu rupanya menyertakan pasukan buldozer saat tentara IDF mulai menyerbu daerah Al-Farahin, sebelah timur Abasan Al-Kabira, di Khan Yunis, Gaza Selatan, pada Sabtu (11/5) pagi silam.

 "Sumber-sumber Palestina mengatakan bahwa pasukan pendudukan melakukan operasi buldoser besar-besaran di daerah tersebut," tulis laporan Khaberni.

Khan Yunis merupakan area penting bagi IDF untuk dikuasai.

Pengerahan buldozer dalam sebuah operasi pembongkaran besar-besaran menyiratkan strategi perang untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai wilayah perlindungan pasukannya saat menggempur total Rafah.

Jarak antara Khan Yunis dan Rafah di Gaza Selatan yang berkisar 8 mil atau 7 Kilometer. Jarak antara Khan Yunis dan Rafah di Gaza Selatan yang berkisar 8 mil atau 7 Kilometer. (tangkap layar)

Sebagai catatan, Rafah dan Khan Yunis hanya berjarak sekitar 8 mil atau 7 Kilometer, perimeter ideal bagi basis pasukan untuk maju dan mundur dari dan ke lokasi pertempuran.

"Mereka untuk mengubahnya menjadi daerah perlindungan potensial sehubungan dengan pembicaraan tentang Pertempuran Rafah, serta keinginan untuk beristirahat dan memulihkan kesiapan pasukan Israel," papar Pakar militer dan strategis, Kolonel Hatem Karim Al-Falahi.

Meski membombardir Khan Yunis, Israel tidak sepenuhnya menguasai wilayah tersebut. Tercatat, serangan-serangan sergapan milisi perlawanan Palestina membuat banyak prajurit IDF roboh.

Petempur Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan Hamas di Gaza. Israel dilaporkan banyak mengalah dalam tawaran final ke Hamas terkait proposal pertukaran tahanan dan sandera untuk gencatan senjata di Gaza. Petempur Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan Hamas di Gaza. Israel dilaporkan banyak mengalah dalam tawaran final ke Hamas terkait proposal pertukaran tahanan dan sandera untuk gencatan senjata di Gaza. (khaberni/HO)

Hamas Akan Mati-matian Bertahan di Rafah 

Seiring rencana IDF melancarkan operasi militer skala besar di Rafah, surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan, mengutip sumber-sumber di tentara Israel, kalau gerakan Hamas akan mempertahankan garis perlawanannya di kota tersebut.

"Hamas akan tetap berada di Rafah bahkan jika operasi militer terus berlanjut di seluruh kota, dan tidak ada solusi ajaib," tulis laporan tersebut.

Ini artinya, Rafah akan menjadi medan perang yang sangat berbahaya bagi jutaan pengungsi yang masih terperangkap di kota tersebut.

Terlebih, negosiasi pertukaran sandera antara Hamas dan Israel, berstatus mati suri -kalau tidak mau dibilang terhenti- karena aksi invasi Israel yang duluan menyerang Rafah Timur dan menembus titik penyeberangan Rafah di perbatasan Mesir.

Asap membumbung ke udara pasca pemboman Israel atas Kota Rafah di Gaza Selatan pada 11 Februari 2024. Asap membumbung ke udara pasca pemboman Israel atas Kota Rafah di Gaza Selatan pada 11 Februari 2024. (AFP/Al Mayadeen)

Hamas: Israel Memang Mau Perang Diperpanjang

Adapun gerakan Perlawanan Hamas terkait kelanjutan negosiasi pertukaran tahanan itu menegaskan, mereka merespons upaya para mediator secara bertanggung jawab dan positif.

Hamas mengklaim, juga sudah menunjukkan fleksibilitas yang diperlukan untuk tercapainya kesepakatan.

Hamas menuntut agar gencatan senjata dilakukan secara permanen, penarikan komprehensif pasukan musuh dari seluruh Jalur Gaza, kembalinya para pengungsi dalam kebebasan penuh, dan pertukaran tahanan melalui kesepakatan serius dan nyata yang mengakhiri penderitaan semua tahanan Palestina di penjara-penjara pendudukan.

Semua tuntutan itu dengan imbalan pembebasan tahanan Israel seperti yang tertuang dalam proposal terbaru yang diajukan mediator, termasuk AS.

"Gerakan ini menunjukkan dalam sebuah pernyataan bahwa penolakan pendudukan terhadap usulan para mediator, melalui amandemen yang dibuat, membawa permasalahan kembali ke titik awal," tulis Khaberni dalam laporannya.

Hamas menekankan bahwa serangan tentara pendudukan Israel terhadap Rafah dan pengambilaliihan kendali di titik penyeberangan Rafah-Mesir tersebut terjadi segera setelah Hamas mengumumkan persetujuannya terhadap proposal mediator.

"Ini menegaskan bahwa pendudukan (memang) menghindari mencapai kesepakatan," kata Hamas.

Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menyiapkan rudal Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, bersiap menembakkan rudal ke pasukan Israel. Hamas menyatakan akan tetap bertahan di Rafah saat Israel mengumumkan rencana operasi skala besar di wilayah yang kini menampung 1,5 juta pengungsi tersebut.

Rafah Bakal Jadi Kuburan Penjajah

Hamas juga menekankan kalau invasi terhadap Rafah tidak akan menjadi sebuah piknik bagi tentara Israel.

"Gaza akan selalu menjadi kuburan bagi penjajah," kata pernyataan Hamas.

Hamas menyebut, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan pemerintahan ekstremisnya menggunakan negosiasi tersebut sebagai kedok untuk menyerang Rafah dan menduduki titik penyeberangan  tersebut.

"Mereka mau melanjutkan perang pemusnahan terhadap rakyat Palestina, dan mereka memikul tanggung jawab penuh karena menghalangi tercapainya kesepakatan," kata Hamas.

Gerakan ini juga menegaskan kalau mereka akan menyiapkan strategi canggih menghadapi aksi-aksi Israel.

"Mengingat perilaku Netanyahu, penolakannya terhadap proposal mediator, serangan terhadap Rafah, dan pendudukan perbatasan (Rafh-Mesir), pimpinan gerakan akan mengadakan konsultasi dengan para pemimpin faksi perlawanan Palestina untuk mempertimbangkan kembali strategi negosiasi kami," kata Hamas.

(oln/khbrn/*)

Tag:  #pakar #militer #roket #rajum #qassam #punya #pesan #khusus #bagi #israel #harapan #buat #pemukim

KOMENTAR