Penyelam Thailand Berupaya Menjaga Kehidupan Laut dengan Membersihkan 'Peralatan Hantu'
Foto Penyelam: Seorang penyelam menunjukkan ke kamera potongan jaring ikan yang ditinggalkan di sekitar terumbu karang di Phuket, Thailand pada 4 April 2024. (Sumber: REUTERS/Napat Wesshasartar)
11:21
23 April 2024

Penyelam Thailand Berupaya Menjaga Kehidupan Laut dengan Membersihkan 'Peralatan Hantu'

 

 - Selain keberagaman kuliner yang tersedia di Negara Gajah Putih, Thailand juga dikenal dengan keindahan bawah lautnya. Namun, keindahan bawah laut di sana juga tidak terbebas dari masalah sampah yang melanda banyak negara di dunia.

  Di bawah permukaan perairan lepas pantai di Phuket, Thailand, para penyelam dengan susah payah mengumpulkan peralatan memancing yang terbengkalai, di mana sebagian besar terbuat dari plastik, yang tersangkut di karang dan merusak kehidupan laut.

Peralatan penangkapan ikan yang dibuang atau hilang ini dikenal oleh penduduk lokal sebagai 'peralatan hantu' dan merupakan masalah yang berkembang di perairan Thailand dan sekitarnya, menjerat kehidupan laut dan menambah polusi mikroplastik karena jaring dan tali rusak seiring berjalannya waktu.   Menurut Departemen Sumber Daya Kelautan dan Pesisir Thailand, yang dikutip dari Reuters, perkiraan persentase kehidupan laut yang terancam punah yang terkena dampak polusi plastik di bagian atas Laut Andaman di lepas pantai Thailand telah meningkat dari 20 persen pada 2021 menjadi setidaknya 30 persen pada 2023.

Kelompok penyelam scuba dan organisasi kelautan di Thailand telah berupaya menghilangkan alat penangkapan ikan yang terbengkalai dari terumbu karang melalui misi pembersihan, namun mengalami masalah dalam melacak skalanya.   Para ahli mengatakan kurangnya strategi yang terkoordinasi menghambat upaya mencari solusi yang lebih komprehensif dan efektif untuk melacak, mengelola, atau melarang pembuangan peralatan penangkapan ikan.

"Kami terus-menerus mengumpulkan peralatan penangkapan ikan yang dibuang. Kami memiliki komunitas selam scuba yang kuat. Ada banyak sektor pemerintah yang bekerja dalam upaya pembersihan ini," kata Salisa Traipipitsiriwat, juru kampanye senior dan manajer plastik Asia Tenggara dari Environmental Justice Foundation (EJF), yang telah menjalin mitra dengan organisasi lain untuk mengumpulkan data.   Tujuannya adalah untuk membantu para ilmuwan kelautan menilai dampak dari peralatan penangkapan ikan yang ditinggalkan di perairan Thailand.   "Meski ada pengumpulan sampah, namun pengumpulan datanya tidak seragam," tambah Salisa.

Di lepas pantai Phuket, sekitar 20 penyelam sukarelawan yang dilengkapi peralatan selam, gunting, jaring, dan buku catatan menyelam untuk mengumpulkan jaring ikan yang dibuang, mencatat data selama misi pembersihan. Mereka juga mendorong penyelam rekreasi lainnya untuk bergabung dalam inisiatif mereka.   Kelompok ini juga melibatkan sekitar 500 nelayan untuk mengumpulkan jaring yang terbengkalai.

Sampah dipilah dan ditimbang dan, jika memungkinkan, dikirim untuk didaur ulang. Sekitar 130 ton peralatan penangkapan ikan bekas telah dikumpulkan oleh EJF dari komunitas nelayan lokal di sepanjang wilayah pesisir Thailand dan didaur ulang menjadi produk baru.

Dalam satu kasus, seekor penyu mati ditemukan di pantai dan dibawa untuk dilakukan nekropsi oleh dokter hewan kelautan. Di dalam perutnya terdapat potongan tali dan plastik.

"Saat ini, sampah plastik adalah salah satu penyebab utama hewan laut yang terancam punah terdampar di pantai," kata Patcharaporn Kaewmong, kepala pusat penyelamatan laut di Phuket.

"Pengelolaan sampah adalah masalah yang sangat besar," imbuhnya.  

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #penyelam #thailand #berupaya #menjaga #kehidupan #laut #dengan #membersihkan #peralatan #hantu

KOMENTAR