Sikap Netanyahu Dipertanyakan Biden, Sebut-sebut Iron Dome hingga Bakal Sambangi Israel
Presiden AS Joe Biden (kiri) dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Joe Biden mengatakan pendekatan PM Israel Benjamin Netanyahu terhadap perang di Gaza disebutnya merugikan Israel 
14:50
10 Maret 2024

Sikap Netanyahu Dipertanyakan Biden, Sebut-sebut Iron Dome hingga Bakal Sambangi Israel

- Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengatakan pendekatan PM Israel, Benjamin Netanyahu terhadap perang di Gaza disebutnya merugikan Israel daripada membantu Israel.

Hal ini dikatakannya dalam sebuah wawancara yang disiarkan Sabtu (9/3/2024), saat pemimpin AS tersebut mengklaim tak sabar melihat sikap rekan Israelnya dalam agresi.

Ketika krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah dan kubu sayap kiri Biden bergejolak, Presiden AS tersebut melontarkan pernyataan yang kontradiktif mengenai pertanyaan "red line" alias garis merah yang dimaksudnya sebagai batasan atas ancaman serangan Israel terhadap Rafah di Gaza selatan.

Netanyahu menurutnya memiliki hak untuk membela Israel, hak untuk terus mengejar Hamas.

Namun, ia menambahkan, PM Israel harus melihat korban atas konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel.

"Dia harus lebih memperhatikan hilangnya nyawa tak berdosa sebagai konsekuensi dari tindakan yang diambil,” ungkapnya dikutip dari Iraqi News.

“Dalam pandangan saya dia lebih merugikan Israel daripada membantu Israel,” katanya.

Mengenai potensi invasi Israel ke Rafah, tempat sekitar 1,5 juta dari 2,4 juta penduduk wilayah tersebut kini tinggal, Biden bersikap ambigu.

“Ini adalah garis merah,” tambah politisi Partai Demokrat berusia 81 tahun itu.

“Saya tidak akan pernah meninggalkan Israel. Pertahanan Israel masih penting."

“Tidak ada garis merah (di mana) saya ingin memotong semua senjata sehingga mereka tidak memiliki Iron Dome (sistem pertahanan udara) untuk melindungi mereka.”

Dia kemudian sekali lagi membantah bahwa sebenarnya ada garis merah yang menurutnya tidak mungkin ada 30.000 orang Palestina tewas.

Meskipun sikap Biden berubah, pemerintahannya tidak begitu peduli dengan seruan para aktivis untuk memotong miliaran dolar bantuan militer yang dikirim AS ke Israel.

Gaza telah menghadapi pemboman tanpa henti oleh Israel sejak Hamas melancarkan serangan lintas batas yang mengejutkan pada tanggal 7 Oktober yang mengakibatkan sekitar 1.200 kematian, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.

Hamas juga menyandera sekitar 250 sandera, 99 di antaranya diyakini Israel masih hidup di Gaza.

Operasi pembalasan Israel di Gaza yang dikuasai Hamas telah menewaskan lebih dari 30.800 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut.

Biden pada hari Sabtu mengelak tentang kemungkinan perjalanan baru ke Israel, yang ia kunjungi pada bulan Oktober tak lama setelah serangan mematikan Hamas, dan termasuk pidatonya di depan anggota parlemen.

Ketika ditanya apakah dia akan melakukan hal itu lagi, Biden menjawab “ya” tetapi menolak mengatakan apakah dia diundang.

OTW Bangun Pelabuhan

KEHANCURAN SEPANJANG GARIS PANTAI - Foto aerial kehancuran di sepanjang garis pantai di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel. KEHANCURAN SEPANJANG GARIS PANTAI - Foto aerial kehancuran di sepanjang garis pantai di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel. (tangkap layar twitter)

Sebuah kapal militer AS telah berlayar menuju Timur Tengah, membawa peralatan untuk membangun dermaga atau pelabuhan sementara di lepas pantai Gaza.

Kapal pendukung, Jenderal Frank S Besson, berlayar dari pangkalan militer di negara bagian Virginia pada Sabtu (9/4/2024), seperti dilaporkan oleh BBC.

Hal ini terjadi setelah Presiden AS, Joe Biden mengatakan, AS akan membangun pelabuhan terapung untuk membantu mengirimkan bantuan ke Gaza melalui jalur laut.

PBB telah memperingatkan bahwa kelaparan di Jalur Gaza “hampir tidak bisa dihindari” dan anak-anak mati kelaparan.

Sementara, pengiriman bantuan melalui darat dan udara terbukti sulit dan berbahaya.

Program Pangan Dunia harus menghentikan pengiriman barang melalui jalur darat setelah konvoi mereka diserang tembakan dan penjarahan.

Dan pada Jumat (8/3/2024), terdapat laporan, lima orang tewas akibat jatuhnya paket bantuan, ketika parasutnya tidak dapat dibuka dengan benar.

Kapal AS berangkat "kurang dari 36 jam" setelah Biden menyampaikan pengumumannya, tulis Komando Pusat AS di X.

Mereka "membawa peralatan pertama yang membangun dermaga sementara untuk mengirimkan pasokan kemanusiaan yang penting" ke Gaza, lanjut pernyataan itu.

Pentagon menjelaskan, membutuhkan waktu hingga 60 hari atau dua bulan untuk membangun dermaga dengan bantuan 1.000 tentara.

Namun, badan-badan amal mengatakan mereka yang menderita di Gaza tidak bisa menunggu selama itu.

Sementara itu, sebuah kapal bantuan yang membawa sekitar 200 ton makanan masih menunggu izin untuk berlayar dari pelabuhan di Siprus pada Minggu (10/4/2024) pagi.

Diharapkan, kapal yang bernama Open Arms itu dapat berangkat sebelum Senin (11/4/2024), menyusul pengumuman Uni Eropa bahwa rute laut baru akan dibuka pada akhir pekan untuk memungkinkan bantuan berlayar langsung dari Siprus – negara UE yang paling dekat dengan Gaza.

Kapal itu milik badan amal Spanyol dengan nama yang sama, Open Arms, dan makanan di dalamnya disediakan oleh badan amal AS, World Central Kitchen.

Tidak jelas bagaimana bantuan yang dikirim melalui laut akan sampai ke pantai dengan aman sebelum dermaga AS dibangun.

Gaza tidak memiliki pelabuhan yang berfungsi dan perairan di sekitarnya terlalu dangkal untuk kapal-kapal besar.

Namun Oscar Camps, pendiri Open Arms, mengatakan kepada Associated Press, di titik tujuan yang masih dirahasiakan tersebut, tim dari World Central Kitchen telah membangun dermaga untuk menerima bantuan.

Israel menyambut baik inisiatif kelautan tersebut, dan mengatakan bantuan akan dikirim setelah pemeriksaan keamanan dilakukan di Siprus “sesuai dengan standar Israel”.

Adapun militer Israel melancarkan kampanye udara dan darat di Jalur Gaza setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 253 lainnya disandera.

Lebih dari 30.900 orang telah terbunuh di Gaza sejak saat itu, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

Konflik tersebut telah menciptakan krisis kemanusiaan yang semakin besar, dan PBB telah memperingatkan bahwa setidaknya 576.000 orang di Jalur Gaza – seperempat dari jumlah penduduk – menghadapi tingkat kerawanan pangan yang sangat parah.

Negara-negara Barat telah menekan Israel untuk memperluas pengiriman darat dengan memfasilitasi lebih banyak rute dan membuka penyeberangan tambahan.

Truk-truk telah memasuki bagian selatan Gaza melalui penyeberangan Rafah yang dikontrol Mesir dan penyeberangan Kerem Shalom yang dikontrol Israel.

Namun wilayah utara, yang merupakan fokus tahap pertama serangan darat Israel, sebagian besar telah terputus dari bantuan dalam beberapa bulan terakhir.

Diperkirakan 300.000 warga Palestina tinggal di sana dengan sedikit makanan atau air bersih.

Israel dituduh menghambat upaya bantuan, dan seorang pakar independen PBB pekan lalu menuduh Israel melancarkan "kampanye kelaparan terhadap rakyat Palestina di Gaza".

Yeela Cytrin, penasihat hukum misi Israel untuk PBB, menjawab bahwa "Israel sepenuhnya menolak tuduhan bahwa mereka menggunakan kelaparan sebagai alat perang", sebelum keluar sebagai protes.

(Tribunnews.com/Chrysnha)

Editor: Sri Juliati

Tag:  #sikap #netanyahu #dipertanyakan #biden #sebut #sebut #iron #dome #hingga #bakal #sambangi #israel

KOMENTAR